KARAKTER SUKSES

 

 

 

 

MODUL PERKULIAHAN

 

 

ETIK UMB

 

 

 

POKOK BAHASAN :

 

KARAKTER SUKSES

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Fakultas

Program Studi

Tatap Muka

 Kode MK

                 Disusun Oleh

 

 

Ekonomi dan Bisnis

Manajemen

09

900004 

                 Islahulben, SE.MM

 

 

 

Abstract

Kompetensi

 

 

Lingkungan yang berkarakter sangatlah penting bagi perkembangan individu. Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang mendukung terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan

 

Mahasiswa mampu memahami penting karakter sukses

 

 

Secara umum istilah karakter sering disamakan dengan istilah temperamen, tabiat, watak atau akhlak yang memberinya sebuah definisi sesuatu yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Secara harfiah menurut beberapa bahasa, karakter memiliki berbagai arti seperti :

-
Kharacter (latin) berarti instrument of marking
-
Charessein (Perancis) berarti to engrove(mengukir)
-
Watek(jawa) berarti ciri wanci
-
Watak (Indonesia) berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekertitabiat, dan perangai.

Dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki sejak lahir, sehingga Donu Kusuma(2007:80) istilah karakter dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari seseorang yang bersumber dari bentukan – bentukan yang diterima dari lingkungan.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1995:445), istilah karakter berarti sifat-sifat kejiawaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain: tabiat, watak. Dalam istilah Inggris, karakter berpandanan dengan Character, yang dalam Oxford Advace Leamer’s Dictionary of Current English (2000) dapat diartikan :

1.
Semua baik kualitas maupun ciri-ciri yang membuat seseorang, kelompok orang atau tempat berbeda dari yang lain
2.
Cara yang khas atau kekhasan yang dimiliki oleh sesuatu, peristiwa atau tempat
3.
Kualitas pribadi yang tangguh misalnya kemampuan dalam menghadapi situasi yang sulit atau berbahaya
4.
Kualitas menarik dan luar biasa yang dimiliki suatu tempat atau orang
5.
Orang yang aneh atau tidak menyenangkan
6.
Orang yang menarik dan luar biasa
7.
Pendapat khalayak tentang anda, apakah anda dapat dipercaya

Dari penjelasan konsep karakter di atas, maka karakter pada nomor 5 dan 6 lebih bersifat informal, sedangkan nomor 7 mengandung pengertian yang lebih bersifat formal.

Karakter yang baik menurut Maxwell(2001) lebih dari sekedar perkataan, melainkan sebuah pilihan yang membawa kesuksesan. Ia bukan anugrah, melainkan dibangun sedikit demi sedikit, dengan pikiran, perkataan, perbuatan, kebiasaan, keberanian usaha keras, dan bahkan dibentuk dari kesulitan hidup.

Karakter adalah suatu sikap yang dimiliki seseorang yang menjadi suatu ciri khas orang tersebut yang biasanya terbentuk dengan sendirinya atau dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar atau orang di sekitarnya.

 

Pendidikan Karakter

Penguatan pendidikan moral atau pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi kirisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, penculikan remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.

Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral, sikap moral dan perilaku moral. Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaiakan

 

Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

1.  Pendidikan Karakter Menurut Lickona

Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona.Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.

2.  Pendidikan Karakter Menurut Suyanto

Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara.

3.  Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya

Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).

4.  Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi

Menurut  kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).

Nilai-nilai dalam pendidikan karakter

Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.

Lebih jelas tentang nilai-nilai pendidikan karakter dapat di lihat pada bagan dibawah ini

18 Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.

Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan,  metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman.

 

Mengenali Kekuatan dan Kelemahan diri

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena hanya manusialah yang diberi akal dan pikiran oleh Tuhan. Meskipun demikian, setiap orang memiliki kodrat yang sama yaitu memiliki kelebihan dan kelemahan.Hal inilah yang menjadikan manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Adanya kelebihan dan kelemahan yang dimiliki setiap orang menyebabkan tidak bisa hidup sendirian. Maka, jika ada orang yang menyombongkan diri merasa orang yang paling, itu sangat memalukan. Dan sebaliknya, sangat tidak pantas jika ada orang yang merasa rendah diri, paling bodoh, paling miskin, paling tidak berharga di hadapan orang lain. Hal itulah yang dapat menyebabkan keputusasaan bahkan mengambil jalan pintas dengan carabunuh diri. Jika kita menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan, maka setiap orang akan selalu rendah hati dan menghargai hak azasi manusia.Bagaimanakah untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan diri sendiri? Cara yang paling tepat adalah dengan melakukan intropeksi diri atau merenungkan diri untuk melihat kemampuan diri sendiri secara jujur.

Untuk melakukan intropeksi memang bukan hal yang mudah, maka perlu bantuan orang lain terutama orang-orang di sekitar kita untuk memberikan penilaian kepada diri kita secara jujur. Namun, dalam hal ini pun tidak mudah. Sebab kadangkala orang-orang di sekitar kita cendrung mengatakan tidak sejujurnya dan cendrung menyenangkan hati kita. Hal yang penting untuk melakukan intropeksi adalah :

 

1.
Menghilangkan perasaan superior, yakni menganggap dirinya paling hebat, sehingga malu jika diketahui kelamahannya.
2.
Jangan pernah menganggap orang lain lemah, sebelum menemukan kelemahan diri sendiri.
3.
Menanamkan pemahaman kepada diri sendiri bahwa tujuan introspeksi adalah untuk memperbaiki diri agar lebih baik dalam bersikap maupun bertingkahlaku.
4.
Memperhatikan kritikan yang masuk. Walaupun kritikan itu pedih, namun pada hakikatnya kritikan itu bersifat membangun terutama membangun mentalitas kita.
5.
Menggunakan bantuan alat ukur dalam bentuk angket atau kuersioner yang khusus dibuat untuk menguji kelemahan diri. Ini biasanya dilakukan oleh lembaga psikologi.

Dengan mengetahui kelebihan diri, maka kita dapatmengembangkannya sebagai bentuk kekuatan yang mendorong tercapainya kesejahteraan lahir dan batin bagi kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang. Selain dengan mengetahui kelebihan diri, mengetahui kelamahan yang dimiliki juga bermanfaat dalam hal :

Membatasi sikap perilaku
memudahkan dalam mencari jalan keluar terbaik
Mengupayakan agar kelemahan bukan penghambat, tetapi justru pemacu semangat untuk meningkatkan kemampuan yang menjadi kelebihan kita.
Mengakui kelebihan orang lain

Untuk itu mari kita bersama-sama mengintrospeksi diri, sebelum, kita menilai kekurangan orang lain.

 

Kesuksesan sejati akan menghampiri mereka yang tiada henti belajar, bahkan pengalaman pahitpun merupakan pembelajaran yang sangat berharga. Manusia sukses adalah manusia yang berguna dan membawa manfaat bagi sesama manusia dan lingkungannya. Seburuk – buruk manusia adalah yang merugi bagi-bagi orang banyak. Untuk menambah wawaidak san kita berkaitan dengan karakter orang-orang sukses.

Karakter adalah turunan dari sifat kosisten, amanah, respek, asertif, kooperatif, telaten, empati dan religius.

Beberapa karakter yang perlu diperhatikan untuk meraih kesuksesan

1.
Konsisten, artinya satu kata dengan perbuatan, tidak mudah berubah-ubah karena pengaruh rayuan, memegang teguh kesepakatan, teguh dengan prinsiptidak mengikuti kemana arah angin berhembus kencang, dan atau bujukan dari para ”pembisik”.
2.
Amanah, artinya dapat dipercaya, jujur, tidak munafik, tidak korup dan tidak khianat. Untuk dapat dipercaya dibutuhkan waktu dan pembuktian dan itu bagaikan investasi. Tanamlah kejujuran, anda akan memetik kepercayaan. Manusia yang mempunyai sifat amanah adalah manusia yang bersungguh-sungguh mengemban tugas dan tanggung jawabnya, baik ada manusia yang mengawasinya maupun tidak karena dia sangat yakin bahwa Tuhan tidak pernah memejamkan mata-Nya, dan manusia akan diminta pertanggung jawabannya tidak hanya didunia namun juga di akhirat secara adil seadil-adilnya.
3.
Respek, artinya saling menghormati dan saling menghargai. Hormat bukan berarti menghilankan sifat kritis, menghargai bukan berarti memberi terlalu banyak pujian. Bertenggang rasa, artinya mempunyai kesabaran dan kelapangan dada menghadapi sesuatu yang tidak sesuai kehendak diri sendiri. Mengalah bukan untuk kalah, berbeda tetapi tidak perlu berbenturan. Agree to diagree bagian dari sikap respek terhadap perbedaan. Bahkan, Tuhan mengatakan perbedaan itu Rahmat untuk umatNya. Jadi tidak ada alasan untuk tidak respek kepada siapapun dalam kondisi bagaimanpun.
4.
Asertif, artinya teguh dengan pendirian, tidak mudah menyerah/patah hati untuk mendapatkan apa yang dicita-citakannya. Coba lagi dan coba lagi adalah sifat asrtif, berpantang frustasi. Ngotot-ngototan bukan aserif karena ketika ngotot orang tersebut tidak menggunakan akal sehat, tidak siap untuk win-win interaction, melainkan ingin menang sendiri. Asertif adalah keteguhan hati untuk mencari kebenaran sejati, untuk meraih kesuksesan sejati tanpa melepaskan kontrol emosi.
5.
Kooperatif, artinya dapat bekerja sama, berfikiran terbuka dan tidak kaku untuk saling membantu. Cepat kaki, ringan tangan, suka membantu. Ibaratnya belum dipanggil sudah datang, belum disuruh sudah pergi. Kooperatif memerlukan keikhlasan hati karena kooperatif yang dipaksakan atau karena terpaksa akan membuahkan pamrih. Terutama secara materi kooperatif yang diniatkan sebagai ibadah akan dicatat oleh malaikat sebagai amal.
6.
Telaten, artinya teliti, rinci dan rapi. Tidak hanya telaten dalam administrasi, rapi dalam dokumentasi, rinci dalam pembukuan keuangan, dan cermat dalam filling system, namun juga santun dalam belajar, berbudi pekerti dalam berperilaku. Orang yang sukses menjaga waktunya yang dengan rapi sehingga tak ada sedikitpun yang disia-siakannya. Orang yang sukses menjaga uang dan harta bendanya dengan teliti sehingga tak ada se-sen pun yang dimubazirkannya. Ketelatenan itu menyatu dengan sprititnya serta emosionalnya direfisikannya dalam pekerjaan dan kariernya.
7.
Empati, menggunakan fikiran dan perasaan, artinya dengan hati maupun merasakan dengan perasaan orang lain, sekaligus dengan fikiran/logika maupun menangkap serta mencerna jalan fikiran orang tersebut. Empati tidak sam dengan simpati, melainkan mempunyai makna yang lebih luas. Dalam empati anda berusaha memahami perasaan dan fikran orang lain agar dapat membantu orang itu mengatasi persoalan bilaman dia membutuhkan. Ketika bersimpati, perasaan anda hanyut merasakan perasaan orang tersebut, sebagai akibatnya logika turun jauh dibawah oerasaan. Dalam berempati, kita tidak menginginkan posisi perasaan diatas logika.
8.
Religius, artinya taat dalam menjalankan ajaran agama/kepercayaan yang diyakini tanpa meremehkan agama/kpercayaan orang lain. Sifat religius terpancar dari tutur kata serta perilakunya, tersirat pada kepekaan nuraniunya sebagai manisfestasi pemahaman dan ibadah religinya. Spritual yang terkandung dalam nurani bukan untuk dipamerkan, bukan untuk mengintimidasi orang lain, melainkan untuk mengasihi. Setiap Langkah dan keputusannya berdasarkan keikhlasan yang rujukannya adalah petunjuk Tuhan serta Rasulnya. Dalam setiap tindakan, dia berlaku adil, dalam membuka hari selalu diawali dengan doa memohonkan petunjuk, bimbingan serta keridhoan Tuhan.

PERANAN HARD SKILL DAN SOFT SKILL

Hard skill sangatlah penting untuk dikembangkan, karena kemampuan seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan baik dan benar adalah tergantung bagaimana hard skill yang dia miliki. Tidak mungkin seseorang bisa membuat sebuah alat yang berguna jika dia tidak mengetahui cara pembuatan, tujuan, dan kegunaannya alat tersebut. ataupun tidak mungkin seseorang mampu memperbaiki sesuatu jika dia tidak tuhu apa yang dia perbaiki Sebelum melamar sebuah pekerjaanpun seharusnya lulusan perrguruan tinggi (mahasiswa) harus memperhatikan pekerjaan yang akan diterimanya dengan kemampuannya. Membandingkan kemampuan dengan pekerjaan yang akan dikerjakan adalah hal yang baik. Untuk itu mahasiswa perlu mempersiapkan dirinya dengan mengembangkan hard skill sebagai dasar untuk melamar pekerjaan dan diimbangi dengan soft skill sebagai landasan untuk melakukan pekerjaan. Karena hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Bagi perekrutan karyawan bagi perusahaan pendekatan hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill baik, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya adalah memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter Hal tersebut menunjukkan bahwa hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik.  

Dunia kerja saat ini membutuhkan sumber daya yang terampil, sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk mempunyai keahlian hard skill yang tinggi, Hard skillmerupakan keahlian bagaimana nilai akhir kuliah mahasiswa/nilai akademis (IPK) mahasiswa ini sebagai persyaratan untuk memenuhi admnistrasi dalam melamar pada suatu perusahaan, selain harus memiliki IPK yang tinggi di era persaingan yang ketat ini juga kita dituntut memiliki soft skill yaitu ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skillketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill), Baik hard skills maupun soft skillsmerupakan prasyarat kesuksesan seorang sarjana dalam menempuh kehidupan setelah selesai pendidikannya. Seperti yang dijelaskan di atas bahwahard skills ditekankan pada aspek kognitif dan keahlian khusus menurut disiplin keilmuan tertentu, sedangkansoftskills merupakan perilaku personal dan interpersonalskill yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kinerja seorang manusia.

Menurut Pumphrey dan Slatter (2002) dalam artikel Teguhwijaya menengarai bahwa soft skill memiliki karakteristik sebagai berikut:     Bersifat generik,dalamarti digunakan dalam berbagai penyelesaian tugas yang berbeda.   Dapat ditransfer dan diterapkan dalam berbagai aktivitas pelaksanaan tugas, disebut juga sebagai keterampilan hidup (life skills). Merupakan keterampilan atau atribut yang terdapat dalam aktivitas seperti pemecahan masalah, komunikasi, pemanfaatan teknologi, dan bekerja dalam kelompok. Dapat dipromosikan sebagai keterampilan yang memberi kontribusi dalam ‘pembelajaran seumur hidup’ (‘life long learning’). Dapat dimiliki dan digunakan oleh pengusaha dan organisasi pemerintah. Dapat ditransfer dalam berbagai konteks yang berbeda oleh orang-orang yang memiliki latar belakang disiplin ilmu, profesi dan jabatan yang berbeda-beda. Berdasarkan data yang diadopsi dari Havard School of Bisnis, kemampuan danketerampilan yang diberikan di bangku pembelajaran, 90 persen adalah kemampuan teknis dan sisanya soft skill.Padahal, yang nantinya diperlukan untuk menghadapi dunia kerja yaitu hanya sekitar 15 persen kemampuan hard skill. Dari data tersebut, lanjutnya, dapat menarik benang merah bahwa dalam memasuki dunia kerja soft skill-lah yang mempunyai peran yang lebih dominan.Beberapa daftar softskill yang umumnya dibutuhkan di dunia kerja : Inisiatif, etika/integritas, berfikir kritis, kemauan belajar, komitmen, motivasi, bersemangat, dapa diandalkan, komunikasi lisan, kreatif, kemampuan analitis, manajemen diri, menyelesaikan persoalan, dapat meringkas, berkooperasi, fleksibel, mampu bekerja dalam tim, mandiri, mendengarkan, tangguh, berargumen logis, kemampuan mengatasi stress dan manajemen waktu.

 

BEBERAPA UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGEMBANGKAN HARD SKILL DAN SOFT SKILL

Untuk menjawab pertanyaan Apakah mahasiswa memiliki sikap/sifat negatif bisa dikatakan memiliki hard skill dan soft skill yang baik? Maka kita perlu melihat keadaan tiap individu, apakah itu keadaan fisik, ekonomi, lingkungan, keluarga dll. Menurut tim pengajar  bahwadalam kehidupan ini individu tidak terbebas dari kondisi yang memuaskan atau menyenangkan dan ataupun kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak atau kurang memuaskan. Ditambahkan juga bahwa seseorang harus mensikapi kondisi tersebut apakah bila memuaskan atau menyenangan disiapi dengan carameluap-luap sehingga lupa diri, ataukah mensikapinya dengan cara yang sederhana bahwa dalam hidup ada saatnya menyenangkan dan ada saatnya tidak menyenangkan. Demikian juga apabila kondisi tidak atau kurang meyenangkan bagaimanakah individu mensikapinya apakah dengan cara menyalahkan diri sendiri dan orang lain atau bahkan menyalahkan lingkungan dengan berlebihan, sehingga timbul antipati.Kedua kondisi tersebut harus disikapi dengan sikap optimis, menerima sebagaimana adanya tidak pesimis apalagi mengeluh dan menyelahkan diri sendiri. Dalam hal bersikan individu harus dapat menerima knyataan sebagaimana adanya dengan penuh harapan bahwa segala sesuatu akan berakhir dengan tetap mencari solusi yang benar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain ataupun lingkungan. Harus terbina pada diri individu sebagai hasil pendidikan terutama oleh pendidikan diri sendiri bahwa dalam hidup tidak tidak selalu terjadi sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain sertalingkungan sebagaimana adanya dan selalu berusaha berbuat yang terbaik dalam hidup merupakan hasil pendidikan yang berlangsung tanpa batas. Dalam mengembangkan hard skill seorang peserta didik (mahasiswa) sering diadakan perlombaan-perlombaan. Selain itu, tidak jarang pendidik memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada anak didiknya yang memiliki prestasi baik. Bahkan pertandingan antar mahasiswa dalam satu negara atapun antar negera sering dibuat sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki seseorang. Hal ini semata-mata bertujuan untuk mengembangkan hard skill. Selain hard skill, seserorang tidak terlepas dari soft skill, karena seseorang tidak terlepas dari dirinya sendiri dan orang lain. Maksudanya adalah seseorang punya akal, hati nurani yang harus dikembangkan untuk mampu mengatur dirinya sendiri dan untuk berinteraksi dengan orang lain.  Umumnya kelemahan dibidang soft skillberupa karakter yang melekat pada diri seseorang.Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun demikian soft skill bukan sesuatu yang stagnan.Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak carameningkatkan soft skillSalah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Meskipun, satucara ampuh untuk meningkatkan soft skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain. Mengikuti organisasi adalah salah satu cara untuk berinteraksi dengan orang lain.             Dalam rangka mengembangkan atribut soft skill peserta didik di perguruan tinggi, diperlukan evaluasi diri dari setiap mahasiswa tentang kekuatan mana yang dimiliki saat ini, sekaligus kelemahannya. Para mahasiswa diberi lembar kuesioner yang berisi atribut soft skill. Lalu mengisinya dengan memberi tanda mana yang sudah merasa cukup mereka miliki dan mana yang masih perlu dikembangkan. Atribut yang paling banyak muncul di daftar sehingga terlihat atribut mana yang memiliki modus tertinggi untuk dikembangkan. Lalu program studi di mana mahasiswa itu berada meninjau visi program studinya, dan berupaya untuk memadukan antara harapan mahasiswa, harapan lembaga dan sumberdaya yang dimiliki. Dengan demikian akan terpilih beberapa atribut yang perlu dan penting dikembangkan untuk para mahasiswanya. Pengembangan soft skill di perguruan tinggi juga dapat dilakukan melalui kegiatan proses pembelajaran dan juga kegiatan kemahasiswaan dalam kegiatan ekstra kurikuler atau kokurikuler. Hal yang terpenting, softskills ini bukan bahan hafalan melainkan dipraktekkan oleh individu yang belajar atau yang ingin mengembangkannya. Pada saat mahasiswa ingin mengembangkan minat dan bakatnya di dalam bidang olah raga umpamanya, acapkali pembimbing kegiatan olah raga senantiasa berpusat pada teknik bagaimana memenangkan pertandingan yang akan dilakukan oleh mahasiswanya. Menurut Syawal untuk tahun akademik 2009/2010 telah ditetapkan kebijkan untuk mengimplementasikan soft skill dalam proses pembelajaran di setiap masing-masing prodi/jurusan dari setiap fakultas di lingkungan . Dalam hal ini jelas bahwa, selain mengembangkan hard skill untuk mahasiswa  jugadikembangkan soft skill dengan mengimplementasikansoft skill tersebut dalam proses pembelajaran. Syawal juga menambahkan bahwa proses pengintegrasian soft skill,  menetapkan langkah dalam situasti pembelajaran yang bergeser dari teaching learning center (CTL) menuju student learning center (SCL), suatu paradigma baru dalam tatap muka. integrasi dan problem based learning, tugas berbasis masalah dan aneka sumber

 

Seni bergaul dengan Bijak

Kita senantiasa harus berhubungan dengan orang lain, baik hubungan pribadi maupun hubungan professional di dunia kerja. Kualitas kehidupan kita akan menjadi lebih baik jika kita mau meningkatkan kompetensi social agar bisa bergaul dengan sehat, efektif, dan harmonis, sembari tetap berani menjadi diri sendiri.

Tidak semua orang tahu bagaimana harus bersikap dan membawa diri dalam beragam relasi dan situasi social, Namun, jika kita punya kemuan untuk melatih diri, kita bisa mengembangkan kemampuan bergaul yang sehat dan efektif.

Seni bergaul bijak dapat kita pelajari untuk meninhgkatkan kecerdasan interpersonal dan sikap yang tepat. Ketrampilan sosial merupakan pengembangan diri yang kita butuhkan untuk memperbaiki hubungan yang rusak, membina hubungan baru, meninhgkatkan keharmonisan dan menjaga relasi agar tetap erat dan positif dengan siapa pun.

 

Kinerja dengan Iq, Eq dan Sq

Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau yang popular dengan sebutan “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakan oleh emosi. Contoh keseharian dalam hal EQ adalah kemampuan berpikir positif terhadap orang lain,  empati, bertanggung jawab, berinteraksi sosial, mudah menahan emosi marah dan kebencian atau pengendalian diri, kerjasama, kecakapan sosial, semangat dan motivasi, dan   menghargai orang lain.  Sementara itu SQ berperan dalam melengkapi IQ dan EQ yang dimiliki seseorang. Dengan SQ seseorang dapat mengefektifkan IQ dan EQ yang dimilikinya dengan rambu-rambu sistem nilai agama dan kemanusiaan. Karena itu dia mampu memaknai hidup dan kehidupan dalam konteks yang lebih luas. Misalnya keseimbangan hidup untuk dunia dan untuk akhirat. Menghargai sesama rekan kerja sebagai mahluk Tuhan. Dengan kata lain tidak berperilaku sombong dan sebaliknya selalu rendah hati. Orang seperti ini juga pandai bersyukur atas karunia Tuhan. Dan takut kepada-Nya kalau akan berbuat buruk. Apa implikasi penguasaan IQ, E-SQ dalam dunia pekerjaan? Sudah banyak referensi yang mengatakan bahwa IQ tidak akan berarti apa-apa ketika EQ dan SQ terabaikan. Lembaga di Amerika Serikat yang diberi nama Emotion Quotient Inventory (EQI ) telah mengumpulkan data-data orang-orang yang sukses. Hasilnya menunjukkan bahwa peran IQ terhadap keberhasilan seseorang yang sukses rata-rata hanya 6 % sampai  20% saja. Selebihnya karena peran  EQ dan SQ. Dari informasi seperti itu apakah dengan demikian ketika perusahaan akan membuka peluang atau lowongan kerja kepada khlayak tidak diperlukan persyaratan IQ tinggi? Tidak seperti itu. IQ tetap sangat penting dan ia merupakan pintu awal kesuksesan seseorang dalam dunia kerja. Disadari bahwa selama ini perguruan tinggi tidak secara formal memasukkan ESQ dalam kurikulum.  Karena itu selain kebutuhan akan IQ  maka perusahaan perlu melakukan proses pembelajaran E-SQ secara intensif ketika sudah menerima karyawan baru. Bentuknya antara lain bisa berupa sosialisasi, pelatihan-pelatihan, dan seminar seminar motivasi berprestasi, pengendalian diri, kepemimpinan, komunikasi, kepribadian, kesadaran diri, kecakapan sosial, keagamaan, soft skills, dsb. Disamping itu akan lebih baik lagi perusahaan menanamkan dan mengembangkan budaya korporat, kedisiplinan, etos kerja keras, kerjasama, dan kekeluargaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Liliweri, 1991, Behaviour in Organization, Understanding and Managing the Human Side of Work, Allyn an Bacon, Orlando

Lunandi, AG, 1994, Komunikasi Mengenai Meningkatkan Efektivitas Komunikasi antar Pribadi, Kanisius, Yogyakarta

Febe Victoria Chen, 2012, Soft Skill For Success “Sikap Tepat, Karier Hebat”, BIP Gramedia, Jakarta.

 

Sumber Internet :

http://www.geschool.net/ditaputriliana/blog/post/pengertian-iq-eq-dan-sq

http://sintyaapriliani284.blogspot.com/2013/06/pengertian-karakter-menurut-ahli.html

 

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/

 

 

 

2014

Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearning

 

 

Islahulben, SE.MM

http://www.mercubuana.ac.id

                            

Komentar

Posting Komentar