| |
| MODUL KAPITA SELEKTA KOMUNIKASI |
| Tehnik reportase |
|
|
|
|
| |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| Fakultas | Program Studi | Tatap Muka | Kode MK | Disusun Oleh |
|
| Ilmu Komunikasi | Public Relations | 09 |
| Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom. |
|
Abstract | Kompetensi |
|
|
Membahas mengenai tehinik reportase
| Diharapkan setelah pembahasan, mahasiswa memahami tehnik reportase
|
Tehnik Reportase
| |
| MODUL KAPITA SELEKTA KOMUNIKASI Teknik Repotase |
|
|
|
|
|
|
| |
|
|
|
|
|
|
|
|
| ||
| Fakultas | Program Studi | Tatap Muka | Kode MK | Disusun Oleh |
| ||
| Ilmu Komunikasi | Public Relations | 06 |
| Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom. |
| ||
Abstract | Kompetensi | |||||||
|
| |||||||
Membahas mengenai Repotase
| Diharapkan setelah pembahasan, mahasiswa Tehnik Repotase
|
Reportase
Pendahuluan
Reportase adalah pemberitaan, pelaporan, tehnik pelaporan kejadian berdasarkan pengamatan atau sumber tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal 744, 1990). Repotase secara sederhana bisa diartikan sebagai suatu laporan yang dilakukan oleh seorang reporter atau wartawan mengenai suatu peristiwa yang dilihatnya dengan mata kepala sendiri ( on location ). Reportase juga mengandung pengertian melaporkan suatu kejadian, tapi disiarkan kemudian Reportase erat kaitannya dengan wawancara, sehingga seringkali wawancara dianggap sebuah reportase.
Wawancara
Terdapat beberapa definisi wawancara, antara lain adalah :
Tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar
Wawancara bertujuan memberikan fakta,alasan, atau opini untuk sebuah topik tertentu dengan menggunakan kata-kata narasumber sehingga pendengar dapat membuat satu kesimpulan atau keabsahan
Pada dasarnya dalam suatu wawancara pasti mada yang mewanwancarai dan yang diwawancarai. Jadi pasti ada pertanyaan dan jawaban
Wawancara pada dasarnya suatu dialog yang memungkinkan suatu pihak pewawancara mebimbing arah percakapan melalui serangkaian pertanyaan
Apakah wawancara sama dengan reportase? Jawabannya adalah tidak. Reportase memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas daripada wawancara, sedangkan wawancara merupakan salah satu jenis teknik reportase
Definisi Reportase
Jakob Oetama :
Bambang Sadono :
Jadi reportase secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah berita yang telah dikembangkan dan diperdalam secara komprehensif dengan mengungkap sesuatu yang belum jelas sehingga bisa memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada pembaca.
Jenis-Jenis Reportase
Ada beberapa jenis reportase yang harus diketahui dan diperhatikan, yaitu :
Peranan Komunikator
Istilah komunikasi sering kita dengar pada percakapan sehari-hari, untuk mengganti kata hubungan. Para ahli komunikasi massa menggunakan istilah komunikasi untuk maksud atau pengertian yang berbeda yaitu lebih diartikan sebagai pernyataan atau pemberitahuan. Semua bentuk pernyataan, baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun ekspresi diri yang dimaksud untuk memberi tahu disebut komunikasi . namun banyak para ahli komunikasi berpendapat bahwa komunikasi tidak cukup hanya berupa penyampaian pesan, tetapi harus ada unsur yang menerima pesan atau pernyataan.
Kemudian berkembang bahwa komunikasi sangat tergantung dari tujuan atau sasarannya Bila penerima pesan/pernyataan mengerti isi pesan yang disapaikan , maka itulah yang disebut komunikasi . Berikut beberapa definisi komunikasi :
Reportase bisa dikatakan salah satu bentuk komunikasi, oleh karena itu komunikator sangat berperan penting. Siapakah yang bertindak sebagai komunikator dalam reportase ?
Peranan Reporter
Reporter merupakan komunikator yang melakukan komunikasi dengan komunikannya. Reporter bertindak untuk memberikan penekanan, bahwa kegiatan komunikasi mempunyai tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain yang menjadi sasaran komunikasi . Reporter juga yang melaporkan suatu kejadian dari lapangan harus berusaha menjelaskan peristiwa yang sedang ia saksikan . Oleh karena itu harus memiliki suara yang cukup meyakinkan agar dapat mempengaruhi khalayak .
Peranan reporter yang diungkapkan ini adalah reporter yang bergerak dalam dunia penyiaran. Bagi reporter dalam dunia percetakan akan mencatat apa yang disaksikannya. Dia akan berkomunikasi dengan khalayak dari hasil tulisannya, memberi informasi, khalayak akan membaca hasil karyanya . Pernyataan atau pesannya juga dapat mempengaruhi perilaku pembaca. Pembaca akan memberikan opini, pendapat akan berubah sesuai dengan opini surat kabar tersebut
Pewawancara ( interviewer )
Reporter bisa menjadi seorang pewawancara, dimana terhadi pertemuan antara seseorang dengan orang lain yang diisi dengan tanya-jawab .
Bentuk acara ini sangat menarik khalayak karena dilakukan dengan tokoh atau orang terkenal. Namun harus hati-hati, jangan sampai Reporter tergelincir menjadi percakapan santai. Menurut Stuart W.Hyde perbedaan reportase dengan wawancara terletak pada tehnik pelaksanaan. Tehnik didasarkan pada tujuan . Wawancara merupakan percakapan yang tujuannya sudah ditentukan sebelumnya oleh pewawancara sebagai pengendala wawancara termasuk narasumber . Oleh karena itu pewawancara harus bisa mengendalikan narasumber dan memperhatikan :
Tujuan Wawancara
Yang membedakan reportase dengan wawancara adalah tujuannya. Tujuan dari wawancara adalah :
Wawancara berfungsi agar khalayak mendapatkan keterangan yang lengkap sehingga membuat pemahaman menjadii lebih utuh terhadap sebuah peristiwa atau persoalan. Jenis Wawancara antara lain :
Dalam melakukan wawancara, maka terdapat beberapa tehnik yang perlu diketahui, antara lain adalah :
Perencanaan
Dalam melakukan reportase maka dibutuhkan sebuah perencanaan. Perencanaan terdiri dari :
Menurut Antonius Darmonto : Format acara terdapat Format Program dan Format Produksi .
Reportase Investigatif
Sejarah dari reportase investigative dimulai dari PARA PENDOBRAK. Pada awal Abad ke-20 sebuah generasi wartawan Amerika yang disebut "muckrakers" (pendobrak) muncul menyuarakan reformasi pemerintahan dari tingkat pusat hingga lokal. Mereka menyidik dan mengungkapkan borok-borok kekuasaan yang korup: meliputi praktek buruk perusahaan besar (buruh di bawah umur, kartel dan monopoli) hingga kebusukan dalam mesin politik.
Di Indonesia sendiri dimulai dengan banyaknya SKANDAL KEUANGAN. Di Indonesia, laporan investigatif muncul sejak 1970-an ketika Koran Indonesia Raya dan kemudian Majalah Tempo mengungkap skandal keuangan di Pertamina. Tak heran jika investigasi keuangan (financial investigation) merupakan aspek yang menonjol, bahkan hingga kini. Investigasi hampir identik dengan pengungkapan skandal keuangan.
Wartawan investigatif memusatkan laporan mereka pada penyalahgunaan kekuasaan--baik kekuasaan budaya, keuangan, politik maupun pengambilan kebijakan--yang mengambil bentuk pada pelanggaran hukum terselubung atau konflik kepentingan yang ingin dirahasiakan oleh sekelompok orang maupun lembaga. Laporan investigatif seringkali kemudian ditindaklanjuti oleh investigasi resmi pemerintah (polisi, jaksa, pengadilan). Ini merupakan contoh klasik bagaimana pers mendorong lembaga-lembaga publik bertanggungjawab terhadap publik; membuat urusan pemrintahan lebih transparan, baik di tingkat pusat maupun lokal.
Investigasilah yang membuat pers bisa dianggap sebagai "watchdog" dari kebebasan konstitusional. Investigasilah yang membuat pers disebut pilar ke-empat demokrasi dan karenanya dilindungi undang-undang yang khusus (UU Pers). Tanpa itu, pers sama saja dengan industri lain yang berorientasi profit, bukan berorientasi publik. Pada intinya, jurnalisme investigasi meliputi kerja mengungkap dan mendokumentasikan aktivitas yang sebelumnya tidak diketahui oleh publik. Ini seringkali melibatkan taktik yang sering digunakan polisi untuk mengungkap kejahatan.
Proses Reportase Investigatif
Daftar Pustaka
Frenzel, Carrol W., 1992, “Management of Information Technology”, Masachusetts : Boyd and Fraser.
Senn, J.A., 1995, “Information Technology in Business”, Prentice Hall.
Markland, Robert E., 1987, “Quantitative Methods for Management Decisions”, John Wil8ey & Sons.
Gray, P., 1994, “Decision Support and Executive Information Systems”, Prentice Hall.
Turban, E., 1995, “Decision Support and Expert Systems”, Prentice Hall.
Laudon and Laudon. “Management Information Systems: Managing The Digital Firm, 8th Edition”, Prentice Hall, 2003.
Jessup, L., Valacich, J. Information Systems Today; Prentice Hall, NJ., 2003
R. McLeod, Management Information Systems, 9/E, Prentice Hall, 2003-08-09
2013
| Kapita selekta Komunikasi | Pusat Bahan Ajar dan eLearning | |
|
| Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom | http://www.mercubuana.ac.id |
Komentar
Posting Komentar