MODUL PERKULIAHAN
ETIK UMB
POKOK BAHASAN :
Tujuan Hidup dan Motivasi Pencapaian Prestasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| Fakultas | Program Studi | Tatap Muka | Kode MK | Disusun Oleh |
|
| Ekonomi dan Bisnis | Akuntansi | 03 | 900004 | Islahulben, SE.MM |
|
Abstract | Kompetensi |
|
|
Kita perlu menetapkan Tujuan hidup agar kita dapat termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut | Mahasiswa mampu mengidentifikasi manfaat penetapan tujuan dan dapat memotivasi diri untuk mencapai tujuan
|
Mengapa Tujuan Penting ?
Seorang pria yang sedang melakukan perjalan berhenti di sebuah persimpangan. Di persimpangan tersebut dia bertanya kepada seorang pria tua, “jalan ini akan membawa saya kemana?” Si orang tua menjawab, “Tujuan anda ingin pergi kemana?” Pria itu menjawab, “Saya tidak tahu” Kemudian orang tua itu berkata, “Ambil jalan yang mana saja. Tidak ada bedanya kan?”
Memang benar, ketika kita tiodak tahu arah tujuan kemana kita akan pergi, memilih jalan mana pun akan membawa kita sampai ke ujung jalan.
Tujuan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang ingin diwujudkan atau dicapai oleh manusia (Srijanti, dkk 2006). Tujuan merupakan pedoman dan arah bagi manusia untuk bekerja dan mengisi kehidupannya. Dalam menjalanikehidupan, manusia diciptakan Allah sebagai mahkluk yang digerakkan oleh sejumlah tujuan agar hidupnya menjadi bermakna.
Semua orang yang sukses dan menonjol di bidangnya memiliki karakteristik yang sama, yaitu:
1. Mengetahui tujuan hidup
2. Mempunyai strategi dan program kegiatan untuk mencapai tujuannya
3. Mempunyai tekad kuat untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan waktu pencapaiannya, tujuan dapat dibedakan menjadi:
1. Tujuan Jangka Pendek
2. Tujuan Jangka Menengah
3. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan dapat juga dirumuskan untuk periode lebih lama dari 5 tahun.
Namun pencapaian tujuan akan lebih mudah dicapai dan dievaluasi jika di pecah dalam periode yang relatif pendek. Ketika Anda sudah menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam waktu satu, atau tiga atau lima tahun ke depan maka mulailah membuat catatan-catatan tentang langkah-langkah yang sudah dan perlu dilakukan untuk mewujudkannya.
: < 1 tahun
: 1 – 3 tahun
: 3 – 5 tahun
Menetapkan Tujuan
Tujuan merupakan pagar yang menjaga Anda tetap berada dalam jalur menuju cita-cita Anda. Buat tujuan yang realistis. Tujuan yang terlalu ambisius seringkali tidak dapat tercapai. Jika itu terjadi, dapat mengikis kepercayaan diri Anda. Sebaiknya, di awal buatlah tujuan kecil dan dapat diraih kemudian tingkatkan secara bertahap (Greenwald, 2010)
Menyusun tujuan yang berkualitas perlu SMART. Clements (2006) menguraikan unsur-unsur tujuan yang berkualiatas, yaitu:
1. Specific (khusus)
Rumuskan tujuan secara spesifik. Maksudnya tujuan tidak bermakna ganda terhadap apa yang ingin Anda capai. Tujuan perlu fokus pada definisi spesifik bidang-bidang perilaku kinerja.
2. Measurable (terukur)
Tujuan yang terukur berarti mengandung alat ukur. Jika tujuan tidak dapat diukur, kita akan sulit mengevaluasi pencapaiannya. Pengukuran merupakan cara untuk memantau kemajuan, apakah tujuan telah tercapai atau belum.
Contohnya: saya ingin meningkatkan indeks prestasi saya. Pernyataan tujuan tersebut belum terukur. Agar terukur maka seharusnya, “saya ingin meningkatkan indeks prestasi saya menjadi di atas 3.0” (karena sebelumnya 2,50).
3. Achievable (dapat dicapai)
Tujuan dicapai dengan kemampuan yang ada. Oleh karena itu tujuan yang baik berada dalam batas kemampuan orang yang membuat tujuan. Tujuan selanjutnya ditingkatkan secara bertahap sehingga memberi tantangan namun dapat dicapai. Tujuan yang sangat tinggi menyebabkan sulit dijangkau dan bisa menimbulkan frustasi.
4. Realistic (realistis)
Tujuan yang realistis adalah tujuan yang layak dan dapat dicapai dengan kondisi yang ada.
5. Relevant (relevan)
Tujuan dibuat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Tujuan yang relevan akan membantu seseorang mencapai misi-nya atau mencapai tujuan yang lebih besar.
6. Time frames (batas waktu)
Tujuan dicanangkan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan yang baik ditetapkan awal dan akhirnya, sehingga jelas kapan diadakan penilaian
Apa Itu Motivasi Berprestasi (Achievement Motivation)?
Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang. Dorongan itu memaksa seseorang untuk bergerak atau bertindak. Sedangkan motivasi berprestasi ialah motivasi yang menyebabkan orang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.
Motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni:
Manusia terdorong untuk melakukan suatu perbuatan bisa karena keinginan untuk mendapatkan imbalan fisik material, misalnya dengan terpenuhinya kebutuhan jasmani, baik berupa barang atau uang. Motivasi seperti ini sangat lemah dan sifatnya sangat sementara. Misalnya orang yang melakukan sesuatu untuk sekadar mendapat makanan guna menutupi rasa lapar, maka ketika sudah kenyang ia akan kehilangan motivasi. Sebaliknya, ia pasti akan kehilangan motivasi untuk melakukan perbuatan yang justru membuat ia lapar, misalnya berpuasa. Apalagi memperjuangkan suatu kebenaran, yang mungkin akan membuatnya menderita. Jadi, motivasi fisik material sekalipun ada dan memang perlu, tapi sulit untuk dikembangkan untuk menjadi pendorong utama bagi manusia dalam berusaha.
Motivasi psiko-emosional akan menggerakkan manusia untuk berbuat karena suatu kondisi kejiwaan yang ingin dimiliki seseorang ini seperti rasa kebahagiaan, kehormatan, kebanggaan dan sebagainya. Orang sering menyebutnya kepuasan batin. Misalnya, seseorang berani melakukan perlawanan keras terhadap orang yang dinilai telah merusak nama baiknya. Atau berjuang mati-matian dengan mempertaruhkan harta dan jiwa demi menjaga kemerdekaan. Dan sebagainya. Motivasi ini meski lebih kuat bila dibandingkan dengan motivasi fisik – material, sebenarnya juga masih lemah dan sementara sifatnya.
Inilah motivasi terkuat yang terdapat pada diri manusia. Motivasi ini dibangun oleh kesadaran seorang muslim dalam hubungannya dengan Allah SWT. Dzat yang menciptakan manusia, menghidupkan, memberi rizki dan mematikan serta akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya di dunia. Motivasi ibadah dan pertanggungan inilah yang mampu mendorong manusia untuk melakukan perbuatan apa saja, meski harus mengorbankan harta, tenaga dan nyawa sekalipun, selama berjalan dalam batas yang diperintahkan Allah SWT. Inilah konsep lillahi Ta’ala (demi Allah semata). Bila ditanamkan, dibina dan dijaga dengan sebaik-baiknya, motivasi ini akan mampu membentuk pribadi yang konsisten, teguh dan berani. Pada masa Rasulullah, motivasi ini mampu menggetarkan musuh pada Perang Badar meski pasukan musuh berjumlah tiga kali lipat dari pasukan kaum Muslimin. Pada masa sekarang, kita dapati pada pejabat yang jujur. Mereka berani menolak uang suap milyaran rupiah meski sesungguhnya dari segi materi uang sebanyak itu tentu sangat menggiurkan. Tapi keimanannya kepada Allah mencegahnya untuk berbuat seperti itu.
Maka, motivasi yang harus dibangun oleh setiap manusia dalam mewujudkan aktivitas kehidupannya adalah motivasi spiritual semata. Dengan motivasi ini, seseorang akan terpacu untuk berikhtiar terus-menerus disertai dengan sikap tawakal dan pantang berputus harapan hingga akhirnya meraih keberhasilan dengan izin Allah Yang Maha Pemurah lagi Penyayang. Inilah motivasi berprestasi yang sesungguhnya.
Adalah fitrah jika kondisi manusia itu labil. Keimanan seseorang itu fluktuatif. Motivasi juga cenderung naik turun. Ada kalanya kita merasa di puncak motivasi. Terkumpul bola semangat yang sangat besar di atas tangan kita. Namun kadangkala kita juga merasa sangat malas. Sama sekali tidak ada gairah untuk melakukan sesuatu. Saat itulah motivasi kita turun.
Memang itu wajar. Akan tetapi kehidupan menuntut kita untuk senantiasa berprestasi. Lingkungan akan memberi kita penghargaan apabila kita berprestasi. Tapi lingkungan juga akan menghina kita jika tidak produktif. Islam pun mengajarkan demikian. Jika hari ini tidak berbeda dengan hari kemarin, merugilah kita. Jika lebih buruk? Parah lagi, kita termasuk orang-orang celaka. Dan jika hari ini lebih baik dari sebelum-sebelumnya, masuklah kita ke dalam golongan orang-orang yang beruntung.
Kondisi di atas cukup bertentangan. Satu sisi kita dituntut prestatif, tetapi di sisi lain kita juga punya rasa malas. Lantas, bagaimana cara kita menghilangkan rasa malas? Atau bagaimana caranya menigkatkan motivasi?
Sebenarnya yang paling berhak meningkatkan motivasi kita adalah diri kita sendiri. Kitalah yang lebih menentukan keberhasilan kita. Dan kita pun bisa mengusahakan peningkatan motivasi itu melalui beberapa cara.
Menurut Anis Matta dalam bukunya, Model Manusia Muslim, motivasi atau kemauan dapat dibangun dengan pemantapan tujuan hidup. Sedini mungkin, cobalah kita merumuskan tujuan hidup kita sebenarnya. Karena orang yang tidak punya tujuan akan mudah terombang-ambing oleh masalah.
Rumusan tujuan hidup ini hendaknya sejelas mungkin. Tidak cukup kita hanya bercita-cita menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa, agama, dan keluarga. Tetapi labih jauh lagi, rumuskan dengan cara apa kita akan menjadi orang berguna. Misalnya kita ingin berguna dengan menjadi seorang entrepreneur. Alasannya ingin memberi kesempatan kerja bagi orang lain. Setidaknya itu lebih jelas dari cira-cita sebelumnya.
Jika sudah, cobalah visualisasikan tujuan itu sedetil-detilnya. Bayangkan gagahnya kita menjadi seorang entrepreneur.Jalan-jalan sambil menggenggam handphone. Bolak-balik ke luar negeri karena urusan bisnis. Pakaian rapi, rambut klimis, wangi, dan segar. Kendati kaya, kita pun tidak lupa akan kewajiban sebagai seorang hamba. Tak pernah kita lalai mendirikan shalat, shaum, tilawah, infaq, nikah, da’wah, dan berakhir dengan meraih gelar syuhada. Penggambaran cita-cita yang detil ini akan membuat kita lebih bersemangat.
Jika kita masih merasa malas, cobalah analisis. Mengapa rasa malas itu muncul? Apakah karena kita merasa tidak cocok terhadap jenis aktivitas tertentu? Jika itu alasannya, kita pun bisa menyiasatinya. Cobalah cintai pekerjaan itu. Caranya dengan mencari tahu beribu manfaatnya. Dengan mengetahui manfaat, kita akan lebih bersemangat dalam bekerja. Karena kecenderungan manusia menyukai sesuatu yang memberinya manfaat. Rasulullah SAW sendiri sering menjelaskan pahala-pahala yang akan didapat jika mengamalkan amalan tertentu.
Selain itu, rasa cinta bisa dimunculkan juga dengan mencintai Sang Pemilik Cinta Yang Kekal, yaitu Allah. Niatkanlah setiap aktivitas kita dengan harapan mendapat cinta dan ridha dari Allah. Karena itu adalah sebaik-baik tujuan.
Rasa malas juga bisa dihilangkan dengan mulai bergerak. Bergerak di sini artinya ialah memulai berbuat. Seringkali kita merasa malas sebelum mencoba bekerja. Belum apa-apa, di benak kita muncul anggapan-anggapan penghambat. Namun coba abaikan anggapan itu. Mulailah bekerja. Karena bisa jadi setelah itu kita ternyata menemukan ritme yang asyik di sana. Sehingga kemudian kita mendapati diri kita larut dalam aktivitas.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan orang-orang yang begitu aktif dan penuh vitalitas dalam bekerja. Bila kita seorang karyawan, akan kita temukan teman-teman (atau Anda sendiri) yang berlainan intensitas dan cara kerjanya dalam menyelesaikan tugasnya. Ada yang amat giat untuk mencapai sukses, ada yang sedang-sedang saja, bahkan ada pula yang nampaknya tidak ada gairah.
Suatu ketika dalam benak kita mungkin mencuat pertanyaan, apa sih gerangan yang melatar belakanginya? Pertanyaan ini telah lama digeluti oleh para ahli pendidikan, ekonomi, sosiologi, psikologi, antropologi, sejarah dan disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan manusia.
Jawaban mereka bermacam-macam tergantung dari mana mereka memandang.
Namun demikian David McClelland Guru besar psikologi dari Harvard University, Massachussett itu secara brillian mengupas kelemahan teori-teori para ahli antropologi, sosiologi, sejarah geografi, dan bahkan psikoanalisis Freud sendiri yang menurutnya tidak mampu menerangkan mengapa ada perbedaan intensitas kerja dan prestasi yang dicapai oleh manusia satu dengan manusia lain, oleh bangsa satu dengan bangsa lain.
Kritik Me Clelland itu terutama dialamatkan kepada ketakmampuan teori tersebut dalam menjelaskan perbedaan secara individual; antara si Amir dengan si Anton, si Tiara dengan si Nur. Kemudian sebagai puncak penelitiannya selama lima tahun (Januari 1947 - Januari 1952), ia mengemukakan konsep Motif Berprestasi (Achievement Motive).
Dalam buku-bukunya secara bergantian menggunakan teori ini dengan kebutuhan berprestasi (need for Achievement disingkat n-Ach). Motif berprestasi inilah gerangan yang menjadi motor penggeraknya.
Untuk mengetahui hal itu Clelland menyusun alat. untuk skala motif. la tidak secara konsisten menentukan istilah yang digunakan antara “Achievement motive” dan “need for Achievement”. Mungkin karena keduanya mempunyai pengertian yang tidak jauh berbeda atau sama saja. Motif berprestasi adalah keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya.
Sementara n-Ach ia beri pengertian dorongan untuk meraih sukses gemilang, hasil yang sebaik-baiknya menurut “standard” of exellence” yang akan lebih nampak dalam suasana rivalitas-kompetitif.
“Standard kesempurnaan” itu lebih besar ditentukan atas dasar pertimbangan individu itu sendiri ketimbang standar menurut ukuran lingkungan sosial. Kendatipun dalam kenyataannya mungkin, bahkan pasti, merupakan hasil internalisasi diri, atau dibentuk oleh ukuran-ukuran sosial dengan siapa orang itu berinteraksi.la menemukan, bahwa seseorang yang abilitasnya inferior tapi memiliki n-Ach yang tinggi, akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan mereka yang abilitasnya superior dengan n-Ach yang rendah.
Mungkin Anda tergoda untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk besar kecilnya atau tinggi-rendahnya motif berprestasi pada diri seseorang. Terbentuknya motif berprestasi amatlah kompleks, sekompleks perkembangan kepribadian manusia. Motif ini tidak lepas dari perkembangan kepribadian tersebut, dan tidak pernah berkembang dalam kondisi vakum. Seperti kita ketahui, betapa besarnya peranan kehidupan keluarga dalam perkembangan kepribadian individu. Hubungan orang tua-anak sedikit demi sedikit menampakan pola-pola kepribadian dan kemudian berkembang dengan segala karakteristiknya mencakup sikap, kebiasaan, cara berfikir, motif-motif, dan sebagainya.
Pada masa di mana seseorang telah meninggalkan masa kanak-kanak, motif itu dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih luas lagi. Orang tua tidak lagi di-anggap sumber nilai atau figure ideal (Freud), atau satu-satunya “significant person” (Sullivan), melainkan nilai-nilai sosial di luar keempat dinding rumah. Di rumah, motif berprestasi anak bisa dipengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarga, pendidikan dan pekerjaan orang tua, hubungan dengan saudara-saudaranya, dan sebagainya.
Sementara di luar, “dibentuk lewat hubungan yang penuh tantangan dengan teman-teman sekerja rekan sekantor, hubungan dengan direktur, dan sebagainya. Tantangan mengandung konotasi persaingan, kondisi mana dianggap sebagai stimulan utama n—Ach. Disinilah Me Clelland (juga para ahli psikologi lain mendalami motif) bertolak dari teori “Seleksi Alam” dan “Lestasi bagi yang kuat”, dari Charles Darwin (1809 - 1882).
Boleh anda cek sendiri. Kalau merasa motif berprestasi anda di tempat kerja kecil, umpamanya, apa yang melatarbelakanginya? Ekonomi yang serba cukup, pimpinan yang kurang menghargai prestasi, atau lingkungan tempat anda bekerja? Sebaliknya dengan motif berprestasi, bekerja akan bertambah semangat. Beruntunglah Anda. Tapi periksa lagi dari mana itu sumbernya?
Secara sederhana besar kecilnya motif dapat dilihat dari upaya yang dilakukan dalam menggapai “standard of excellence”. Ini tentunya hanya gejala saja yang banyak berguna untuk menduga n—Ach seseorang. Agar anda dapat mengecek intensitas motif berprestasi sendiri, ada baiknya secara terperinci dikemukakan ciri-cirinya. Ciri-ciri tersebut dapat diidentifikasi dari segi kognisi, konasi, dan afeksi/emosi.
Dari segi kognisi dapat dikemukakan sbb:
Dari segi konasi dapat dikemukakan sbb:
Dari segi afeksi atau emosi dapat dikemukakan sbb:
Pentingnya Motivasi Berprestasi
Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani aktifitas. Pengertian prestasi menurut Murray (dalam J. Winardi, 2004):
...Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai perporman puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.
Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut McClelland (dalam Alex Sabur, 2003:285) adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Ini disebabkan oleh virus mental.
Dari pendapat tersebut Alex Sabur mengartikan bahwa dalam psikis manusia, ada daya yang mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya tersebut, ia dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya pendorong tersebut dinamakan virus mental, karena apabila berjangkit di dalam jiwa manusia, daya tersebut akan berkembang biak dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan menimbulkan dampak dalam kehidupan.
Menurut McClelland dan Atkinson bahwa Achiement motivation should be characterzed by high hopes of success rather than by fear of failure, artinya motivasi berprestasi merupakan ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan kegagalan. Selanjutnya dinyatakan McClelland bahwa motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Ahli lain yakni Gellerman menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan sangat senang kalau ia berhasil memenangkan suatu persaingan. Ia berani menanggung segala risiko sebagai konsekuensi dari usahanya untuk mencapai tujuan. Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah sebagai suatu cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi.
Komarudin (1994) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi meliputi pertama kecenderungan atau upaya untuk berhasil atau mencapai tujuan yang dikehendaki; kedua keterlibatan ego individu dalam suatu tugas; ketiga harapan suatu tugas yang terlihat oleh tanggapnya subjek; keempat motif untuk mengatasi rintangan atau berupaya berbuat sesuatu dengan cepat dan baik.
Sepanjang masa kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa seseorang selalu punya harapan atau cita-cita. Antara individu yang satu dengan yang lainnya belum tentu mempunyai harapan atau cita-cita yang sama. Misalnya waktu seseorang menginginkan menjadi seorang dokter, tapi setelah dewasa menginginkan menjadi orang yang sukses dan kaya. Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi ataumotivasi berprestasi.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasiyang telah diperoleh serta mempunyai tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasiyang rendah.
Pada jaman dahulu, motivasi berprestasi pada remaja pada umumnya sangat tinggi karena pada jaman dahulu fasilitas-fasilitas umum tidak selengkap saat ini. Belum banyaknya sarana-sarana dan tempat-tempat hiburan yang banyak didatangi para remaja sebagai tempat bergaul seperti halnya pada keadaan jaman dulu juga menyebabkan mereka lebih memfokuskan diri dan berkosentrasi pada pelajaran sehingga motivasi berprestasi mereka jauh lebih tinggi bila dibandingkan pada saat ini dimana fasilitas-fasilitas umum semakin banyak sehingga remaja lebih banyak menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang atau mungkin hanya untuk sekedar bergaul dengan teman.
Untuk mendapatkan sesuatu jauh lebih sulit dibandingkan dengan saat ini, dimana remaja lebih mudah mendapatkan semua yang diinginkannya karena semakin canggihnya teknologi. Hal ini bisa terjadi karena adanya pengaruh, dalam hal ini teman. Atau mungkin keluarga tidak memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, keluarga kurang menghargai prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya hanyalah sia-sia. Selain itu mungkin keluarga hanya memanjakan remaja dengan uang sehingga mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mendapatkan uang karena mereka bisa mengandalkan pada orang tua, yang akhirnya menyebabkanmotivasi berprestasi mereka rendah. Oleh karena itu kita diharapkan mampu meningkatkan motivasi berprestasisecara efektif dan efisien
Dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif.
Aspek Motivasi Berprestasi
McClelland (dalam Marwisni Hasan 2006) menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri.
Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas materi pelajaran.
Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi.
Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas, belajardengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Siswa akan mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan membaca kembali bahan bacaan yang telah diterangkan guru, mengulangi mengerjakan tugas yang belum selesai. Keberhasilan pada setiap kegiatan sekolah dan memperoleh hasil yang baik akan memungkinkan siswa mencapai cita-citanya.
Memiliki tugas yang moderat yaitu memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Siswa dengan motivasi berpretasi yang tinggi, yang harus mengerjakan tugas yang sangat sukar, akan tetapi mengerjakan tugas tersebut dengan membagi tugas menjadi beberapa bahagian, yang tiap bagian lebih mudah menyelesaikanya.
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa membuat kegiatan belajar dari mentaati jadwal tersebut. Siswa selalu mengikuti kegiatan belajar dan mengerjakan soal-soal latihan walaupun tidak disuruh guru serta memperbaiki tugas yang salah. Siswa juga akan melakukan kegiatan belajar jika ia mempunyai buku pelajaran dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan dan melakukan kegiatan belajar sendiri atau bersama secara berkelompok.
Mengadakan atisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah. Siswa datang ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi pelajaran yang akan di berikan guru pada hari berikutnya
Hubungan Motivasi dengan Perilaku
Handoko (1992), menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku. Lewin (dalam Petri) mengungkapkan bahwa perilaku merupakan fungsi dari faktor personal dan faktor lingkungan dalam pengertian bahwa perilaku itu timbul karena adanya dorongan faktor internal dan kekuatan faktor eksternal. Sementara itu Watson (dalam As’ad) menegaskan bahwaperilaku pada dasarnya bersifat mekanistis, yaitu timbulnya disebabkan karena adanya stimulus. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus.
Strategi Sukses dalam Bekerja
Mencari Pekerjaan di saat sekarang ini memang dianggap sebagian orang tidak mudah. Jika salah melangkah sedikit saja anda akan gagal meraih kesuksesan.. Jangan pernah anda ragu-ragu dalam mengirimkan surat lamaran kerja pada perusahaan yang anda minati. Cermati hal-hal penting seputar dunia kerja, terutama bagi anda yang masih belum ada pengalaman kerja atau pemula. Promosikan diri anda sebaik-baiknya surat lamaran kerja anda pada saat anda mengirimkan lamaran pekerjaan tadi. Sebelum melangkah dan melaju ke depan buatlah analisa pada diri anda sendiri. Kenali jenis pekerjaan yang anda inginkan, serta posisi dan gaji yang ingin anda dapatkan. Coba anda jujur pada diri sendiri saat anda melakukan analisa tersebut.
Mungkin yang paling penting saat ini dalam menapaki dunia kerja adalah mencari informasi pekerjaan sebanyak-banyaknya. Dengan cara Membuka pergaulan seluas-luasnya adalah sebuah resep untuk mencari informasi kerja yang bermutu. Selain itu cobalah sarana alternatif berikut untuk mencari informasi kerja.
Jika telah mendapatkan info kerja yang sesuai dan anda telah mengirimkan surat lamaran kerja dan anda telah sampai pada sesi wawancara maka inilah tips dalam memulai wawancara :
Sukses, banyak orang yang menginginkan untuk menjadikan hidupnya menjadi seperti itu, sukses. Sukses dalam berbagai bidang; sukses dalam asmara, sukses dalam studi/sekolah, atau sukses dalam mengejar karier/bekerja. Tapi bagaimana menjadi sukses itu? sukses merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang kita inginkan dan sukses bukan merupakan akhir dari proses karena sukses merupakan awal dari proses sebelumnya.
Sukses adalah dambaan setiap orang, dan berikut ini beberapa tips untuk sukses dalam bekerja. Dalam dunia kerja, seperti halnya pada pertandingan sepak bola/olah raga, dimana mengenal kompetisi atau persaingan untuk mencapai kesuksesan dalam berkarir.
Berikut ini beberapa tips yang mungkin berguna untuk meraihsukses dalam bekerja:
Daftar Pustaka
Artiningrum, Kurniasih; Nugroho, 2012, Etika Perilaku Profesional Sarjana, Graha Ilmu, Yogayakarta
Srijanti, Purwanto, Artiningrum, 2007, Etika Membangun Sikap Profesionalisme Sarjana, Graha Ilmu, Yogyakarta
Sumber Internet :
http://suksesitubebas.com/2012/12/04/pentingnya-memiliki-tujuan/
2013 | Etik UMB | Pusat Bahan Ajar dan eLearning | |
|
| Islahulben, SE.MM | http://www.mercubuana.ac.id |
Komentar
Posting Komentar