| |
| MODUL PERKULIAHAN |
|
|
| PSIKOLOGI KOMUNIKASI
PROSES KOMUNIKASI INTRA PERSONAL |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| Fakultas | Program Studi | Tatap Muka | Kode MK | Disusun Oleh |
|
| Ilmu Komunikasi | Public Relations | 03 | MK85006 | Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom. |
|
Abstract | Kompetensi |
|
|
Pokok bahasan dalam Proses Komunikasi Intra Personal: Proses pengelolaan informasi, sensasi, persepsi, Simulasi, Memori, Berfikir/Respons
| Mampu memahami dan menjelaskanproses komunikasi intra personal |
Pengantar
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pro-kontra mewarnai pencalonan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden pada Pemilu 2014. Banyak yang berharap agar Jokowi mampu mengatasi persoalan bangsa. Namun demikian, tak sedikit yang tak setuju dan menganggapnya sebagai keserakahan.
Di Australia, pencalonan Jokowi sebagai calon presiden oleh Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan begitu menyita perhatian publik dan media setempat. The Sydney Morning Herald (SMH) menyebut sosok Jokowi sebagai figur yang penuh daya tarik. Dalam beritanya, SMH, menulis judul “Indonesia: Jokowi's Pull is Gravitational, but Will He be Allowed to Run for President?”, Sabtu (15/3).
SMH menyebut, gaya kepemimpinan Jokowi ini memberi pengaruh pada orang-orang di sekitarnya. SMHmenuliskan, dalam setiap kunjungannya ke berbagai lokasi, orang dengan antusias menyalami Jokowi dan mendengarkan setiap kata yang dilontarkan mantan wali kota Solo itu. Gaya baru Jokowi dalam politik telah memberinya daya gravitasi hampir jutaan masyarakat, mulai dari pemilih kelas bawah hingga menengah.
Meski baru menjabat gubernur Jakarta selama sekitar 18 bulan, namun popularitas Jokowi mampu menjadi favorit mengungguli pesaing lainnya untuk menggantikan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Pencalonan Jokowi ini, menurut SMH, menandakan bahwa Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri telah menanggalkan ambisinya sendiri untuk menjadi presiden dan memberikannya kepada Jokowi.
Pelaku pasar pun memberi sinyalemen positif atas pencalonan Jokowi itu. “Satu hal yang saya amati setelah deklarasi pencapresan Jokowi, para pelaku pasar langsung menanggapi positif. Hal ini ditandai dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang langsung naik, nilai mata uang rupiah pun menguat,” tutur seorang mahasiswa Indonesia di Victoria University of Wellington, Muhammad Zakaria Al Anshori, saat dihubungi Republika, pada Sabtu (15/3).
Namun demikian, tak sedikit pula yang mempertanyakan kualitas kepemimpinan Jokowi. Mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi mempertanyakan visi Jokowi memimpin Indonesia. Menurut Hasyim, sebagai capres, Jokowi harus menjelaskan visinya kepada masyarakat jika kelak memimpin bangsa.
“Sampeyan kalau mimpin Indonesia akan dibawa ke mana dan diapain negara ini,” kata Hasyim dalam acara Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan di Pondok Pesantren Darul Ma'arif, Bandung, Sabtu. Menurut Hasyim, masyarakat perlu tahu lebih jauh terkait visi kepemimpinannya. Namun, mantan cawapres yang bersanding dengan Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2009 ini enggan mengomentari lebih jauh terkait pencapresan orang nomor satu di DKI Jakarta tersebut. “Belum bisa dibicarakan sekarang karena belum ada kontak. Kan baru dicapreskan. Kalau sudah dijelaskan (visinya), baru saya bisa kasih komentar,” ujar dia.
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Ari Dwipayana menyatakan, pencapresan Jokowi telah mengubah peta politik yang sebelumnya sudah dibangun parpol selain PDIP. Selama ini, kata dia, Jokowi selalu unggul dalam berbagai survei. Hal ini, lanjut dia, membuat berbagai pihak berusaha mendekat ke PDIP. Namun, sebagian lainnya akan segera menyusun strategi untuk menghadapinya. “Itu karena Jokowi diunggulkan,” kata Ari, kemarin (Minggu, 16 Maret 2014, 12:05 WIB)
Peristiwa di atas mengungkapkan bagaimana stimuli- dalam hal ini, pesan komunikasi “Pro Kontra Jokowi Mencalonkan diri sebagai Capres”- telah melahirkan tanggapan yang beraneka ragam. Walaupun peristiwanya sama, orang akan menanggapinya berbeda-beda, sesuai dengan keadaan dirinya. Secara psikologis kita dapat mengatakan bahwa setiap orang mempersepsi stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya. Dalam ilmu komunikasi kita berkata, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Words don’t mean; people mean. Kata-kata tidak mempunyai makna; oranglah yang memberi makna.
Pada pembahasan ini akan diuraikan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpulkannya, dan menghasilkannya kembali. Proses pengolahan informasi, yang di sini kita sebut komunikasi intra personal meliputi: sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli.Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi.Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons.
Sensasi berasal dari kata sense yang berarti alat penginderaan yang menghubungkan orgasme dengan lingkungannya. Benyamin B. Wolman (1973: 39) menjelaskan, ‘sensasi adalah pengalaman elementer yang segera yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis atau konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan penggunaan alat indera’.
Berdasarkan pemaparan di atas kita dapat mengetahui kolerasi antara stimuli dengan sensasi. Jadi kolerasi antara keduanya adalah terjadi dalam suatu sebab-akibat (kausalitas). Stimuli itu mengakibatkan sensasi. Dengan demikian keberadaan sensasi itu tidak dapat berdiri dengan sendirinya, justru keberadaannya itu sangat dipengaruhi oleh keberadaan stimuli.
Lefrancois (1974: 39) menjelaskan, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indera manusia sama, bahkan mungkin lebih dari rumput-rumputan, karena rumput dapat juga menginderakan cahaya dan humiditas. Hal ini senada dengan apa yang dijelaskan oleh John Locke dan Berkeley. John Lock mengatakan ‘tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dulu lewat alat indera’. Berkeley menjelaskan, ‘andaikan kita tidak memiliki alat indera, maka dunia ini tidak akan ada’.
Kita mengenal lima alat indera yang lebih dikenal dengan istilah pancaindera. Dalam psikologi alat indera itu ada sembilan, yaitu penglihatan, pendengaran, kinestetis, vestibular, perabaan, temperature, rasa sakit, perasa dan penciuman. Berdasarkan sumber informasinya, maka kita dapat membagi alat indera ini menjadi tiga kelompok. Pertama, alat indera yang menerima informasi dari luar adalah eksteroseptor (misalnya telinga dan mata). Kedua, alat indera yang menerima informasi dari dalam adalahinteroseptor (misalnya sistem peredaran darah). Ketiga, alat indera yang mengindera gerakan tubuh sendiri adalahproprioseptor (misalnya organ vestibular).
Ketajaman sensasi sangat ditentukan oleh faktor-faktor personal. Faktor-faktor personal di sini meliputi kebiasaan atau kebudayaan, perbedaan pengalaman dan kapasitas alat indera yang berbeda. Sebagai contohnya adalah banyak orang mengetahui bahwa masakan Padang itu terlalu pedas bagi orang Jawa. Akan tetapi masakan Padang itu biasa-biasa saja bagi orang Sumatra Barat. Di sinilah terletak perbedaan antara orang Jawa dengan orang Sumatra Barat dalam mempersepi masakan padang tersebut. Orang Jawa tidak begitu sering memakan makanan yang sangat pedas. Sedangkan orang Sumatra Barat sering memakan makanan yang sangat pedas.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Persepsi dapat dikatakan sebagai pandangan atau penilaian terhadap stimuli yang diterima. Persepsi ini erat kaitannya dengan sensasi. Sensasi hanya sekedar respons alat indera dalam menerima stimuli tanpa adanya pandangan atau penilaian terhadap stimuli tersebut. Sedangkan persepsi adalah pandangan atau penilaian terhadap stimuli setelah adanya sensasi. Dengan demikian sensasi itu merupakan bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori.
Kadang-kadang dalam suatu waktu dan keadaan kita melakukan kesalahan sensasi atau persepsi. Anda melihat teman Anda yang sedang melihat-lihat etalase toko. Anda menyergapnya dari belakang, “bangsat lu. Udah lupa sama aku, ya”. Orang itu membalik. Anda terkejut. Ia bukan kawan Anda, tetapi orang yang tidak pernah Anda kenal seumur hidup Anda. Ini bukan kesalah sensasi. Ini kekeliruan persepsi. Bila dosen mengucapkan “bagus”, tetapi Anda mendengar “Agus”, Anda keliru sensasi. Tetapi bila saya mengucapkan ‘anda cerdas sekali’ lalu anda menerima pujian saya dengan berang, karna anda kira saya mempermainkan anda, anda salah mempersepsi pesan saya.
Persepsi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada tiga factor yang sangat mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian (attention), faktor fungsional dan faktor struktural. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
2.1 Perhatian (Attention)
Kenneth E. Andersen (1972: 46) menjelaskan, ‘perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol di dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah’. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampikan masukan-masukan melalui alat indera lain. Ada dua faktor penarik perhatian, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian
Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Stimuli diperhatikan karena memiliki karakteristik yang dominan, yaitu gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan perulangan.
Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia lebih tertarik pada objek-objek yang bergerak. Dalam kalimat lain dapat digambarkan bahwa manusia itu lebih tertarik kepada sesuatu yang aktif ketimbang yang pasif. Sebagai contohnya ketika kita berada di gudang yang dipenuhi benda-benda mati, kita akan tertarik hanya kepada tikus kecil yang bergerak, atau jam dinding yang masih berfungsi.
Intensitas stimuli. Manusia akan senantiasa melihat stimuli yang memiliki nilai lebih ketimbang stimuli yang memiliki nilai rendah. Sebagai contohnya warna merah pada latar belakang warna putih, tubuh jangkung di tengah-tengah orang pendek, orang bule di tengah-tengah orang negro.
Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru dan inovatif akan menarik perhatian. Misalnya pada Face Book. Sebelum adanya Face Book orang-orang (terutama para remaja) tertarik kepada Friendster. Akan tetapi setelah adanya Face Book itu, maka orang-orang lebih memilih meninggalkan Friendsternya dan beralih kepada Face Bookkarena Face Book memiliki nilai kebaruan dan inovatif yang lebih tinggi dari Friendster.
Perulangan. Hal yang disajikan secara berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Sebagai contohnya adalah dalam pertandingan sepak bola, maka yang menjadi top score pencetak gol terbanyak, akan mendapatkan perhatian lebih dari kebanyakan orang (seperti pelatih, teman se-tim, para supporter atau bahkan tim lawan).
Faktor Internal Penarik Perhatian
Perhatian sangat dipengaruhi oleh faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhi perhatian kita itu ada dua, yaitu faktor-faktor biologis dan factor-faktor sosiopsikologis.
Faktor-faktor biologis. Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Pada saat haus, seluruh pikiran didominasi oleh minuman. Yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal lain misalnya tidur. Anak muda yang baru saja menonton film porno, akan cepat melihat stimuli seksual di sekitarnya.
Faktor-faktor sosiopsikologis. Faktor-faktor ini sangat dipengaruhi oleh motif sosiogenis. Misalnya dalam perjalanan naik gunung, geolog akan memperhatikan batuan, ahli botani akan memperhatikan bunga-bungaan. Ahli zoologi akan memperhatikan binatang, ahli seni akan memperhatikan warna, bentuk dan orang yang bercinta.
2.2 Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai fakor-faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh stimulinya, akan tetapi persepsi itu sangat ditentukan oleh karakteristik orang yang merespons stimuli tersebut. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi ini lazimnya disebut sebagai kerangka rujukan (frame of reference).
Levin, Chein dan Murphy memperlihatkan gambar-gambar yang tidak jelas kepada dua kelompok mahasiswa. Gambar tersebut lebih sering ditanggapi sebagai makanan oleh sekelompok mahasiswa yang lapar daripada oleh kelompok mahasiswa yang kenyang. Persepsi yang berbeda ini tidak disebabkan oleh stimuli, karena gambar yang diberikan kepada kedua kelompok mahasiswa itu sama. Jelas perbedaan itu bermula pada kondisi biologis mahasiswa.
Murray melakukan eksperimen untuk mengetahui bagaimana suasana mental mempengaruhi persepsi. Sekelompok anak disuruh menceritakan gambar seorang laki-laki sebelum dan sesudah bermain “perang-perangan”. Sesudah perang-perangan, anak-anak cenderung lebih banyak melihat kekejaman pada wajah orang dalam gambar itu.
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila orang lapar dan orang haus duduk di lestoran, yang pertama akan melihat nasi dan daging, yang kedua akan melihat minuman. Kebutuhan biologi menyebabkan persepsi yang berbeda.
Contoh lain ketika di Mesir dilancarkan kampanye Keluarga Berencana. Supaya pesan sampai kepada kelompok buta huruf, maka kampanye dilakukan melalui gambar berikut ini:
Gambar tersebut dimaksudkan untuk menunjukan bahwa beban kehidupan akan makin bertambah berat bila jumlah anak bertambah banyak. Tetapi mengejutkan sekali, orang-orang mesir tidak menafsirkannya seperti itu. Ketika dilakukan survei pendapat responden, mereka menunjukan keheranan mengapa orang gambar itu tiba-tiba roboh. Rupaya mereka membaca gambar itu dari arah kanan ke kiri, seperti membaca huruf arab.
Kerangka rujukan (frame of reference)
Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Mula-mula konsep ini berasal dari penelitian psikofisik yang berkaitan dengan persepsi objek. Para psikolog sosial menerapkan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergantung pada rangkaian objek yang dinilainya. Dalam rangkaian objek-objek yang berat, objek seberat 92 gram dinilai ‘’ringan’; sedangkan dalam rangkaian benda-benda ringan objek yang sama dinilai ‘berat’. Bila dilanjutkan pada persepsi sosial, kita akan melihat bahwa besar-kecilnya pendapatan dinilai dalam kerangka rujukan penilaiannya. Buat orang yang terbiasa mendapat gajih 500 ribu rupiah, keuntungan 100 ribu rupiah tidaklah begitu menggembirakan. Buat orang yang menganggur, jumlah yang sama merupakan keuntungan yang luar biasa.
Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Berbicara tentang fluor albus, adnexitis, dysmenorhhae, atau kanker cerviks di muka ahli komunikasi, tidak akan menimbulkan pengertian apa-apa. Mereka tidak memiliki kerangka rujukan untuk memahami istilah-istilah kedokteran tersebut. Begitu pula mahasiswa kedokteran akan sukar memahami pembicaraan tentang teori-teori komunikasi, bila mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan dalam ilmu komunikasi. Menurut McDavid dan Harari (1968) para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisa interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.
2.3 Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para psikolog Gestalt merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural. Prinsip-prinsip ini selanjutnya disebut dengan teori Gestalt.
Penelitian Solomon Asch:
Kata-kata pada rangkaian sama, tetapi urutannya diubah. A dimulai pada sifat positif, B pada sifat negatif.
Ternyata komentar orang berbeda. A dianggap sebagai orang yang memiliki kemampuan, tetapi mempunyai kelemahan yang tidak begitu merusak. B dianggap sebagai orang yang ‘rusak’ yang kemempuannya yang gawat.
Contoh berikutnya:
Bila anda mengatakan “Menikah itu berat tetapi bahagia”, anda pasti memilih menikah. Tetapi bila anda berkata “menikah itu bahagia tetapi berat”, anda pasti memilih tidak menikah.
Contoh kasus:
Jika Bejo yang terkenal sebagai tokoh gali berpakaian jelek, Anda akan mengira pakaiannya kusut dan kotor. Jika pakaian yang sama dipakai oleh Udin, Kiai yang miskin, Anda mengomentarinya sebagai pakaian yang walaupun lusuh, tetapi ditambal dengan rapid an bersih. Di sini terjadi asimilasi. Sifat-sifat kelompok melemahkan sifat individu. Jika si Yeni (ratu kecantikan) ditemukan dengan rambut yang belum disisir, maka Anda akan menganggapnya tetap cantik, walaupun rambutnya tidak disisir rapi. Tetapi, Jika si Kemong (ratu kejelekan) ditemukan berambut kusut, maka Anda akan segera memberikan komentar, “Jelek sekali apalagi rambutnya berantakan”. Di sini terjadi kontras.
Contoh
Mahasiswa diundang makan di istana oleh presiden ini adalah ‘gilt by association’ (cemerlang karna berhubungan).
Ketua KPK terlihat makan di lestoran dengan tersangka korupsi ini adalah ‘guilt by association’ (bermasalah karna berhubungan)
Memori adalah sistem yang sangat berstruktur yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap stimuli dating, stimuli itu direkam baik sadar ataupun tidak. Kapasitas memori manusia itu luar biasa. Memori itu terjadi melalui tiga proses, yaitu
Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui memori pada tahap ketiga: pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui dengan empat cara:
Ada tiga teori yang menjelaskan memori: teori aus, teori interferensi, dan teori pengolahan informasi.
Teory Arus (Disuse Theory).
Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Willism James, juga Benton J.Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorzize” ---makin sering mengingat makin jelek kemampuan mengingat (Hunt, 1982: 94).
Teori Interferensi (Interference Theory).
Menurut teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Jika misalnya dalam kanvas itu terekam hukum relativitas dan segera setelah itu Anda mencoba merekam hukum medan gabungan , Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya. Ini disebut interferensi.
Inhibisi retroaktif (hambatan ke belakang) terjadi jika kita misalnya kita menghafal halaman pertama dalam kamus Inggris-Indonesia, lalu berhasil. Kemudian menghafal halaman kedua, berhasil juga. Akan tetapi yang diingat pada halaman pertama berkurang. Inilah yang disebut inhibisi retroaktif.
Lebih sering mengingat, lebih jelek daya ingat kita. Ini disebut inhibisi proaktif (hambatan ke depan). Masih ada satu hambatan lagi ---walaupun tidak tepat masuk teori interferensi, disebut hambatan motivasional. Psikologi klinik membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang “melukai” hati kita cenderung dilupakan. Freud mengasali lupa pada proses represi yang berkaitan dengan cemas atau ketakutan. Amnesia bisa terjadi karena gangguan fisik atau psikologi; karena kerusakan otak atau neurosis. Sebaliknya, sesuatu yang penting menurut kita, yang menarik perhatian kita, yang memengaruhi kebutuhan kita, akan mudah kita ingat. Ini pengaruh faktor personal dlam memori.
Teori Pengolahan Informasi (Information Theory).
Secara singkat, teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory (STM, memori jangka pendek); lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term memory (LTM, memory jangka panjang). Otak manusia dianalogikan dengan komputer
Sensory storage lebih merupakan proses perseptual daripada memori. Ada dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Sensory storage menyebabkan kita meliahat rangkaina gambar seperti bergerak, ketika kita menonton film. Informasi harus disandi (encoder) dan masuk padashort-term memory. STM sangat terpengaruh interferensi. STM hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi. Jumlah bit informasi ini disebut rentangan memori (memori span). Untuk mengingatkan kemempuan STM, para psikolog menganjurkan kita untuk memngelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.
Ingatan adalah abila informasi yang berhasil dipertahankan pada STM masuk kedalam LTM. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak emenit sampai seumur hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari STL ke LTM dengn chunking(membagi dalam beberapa chunk), rehearsals (mengaktifkan STM untuk waktu yang lama dengan mengulang-ulangnya), clustering(mengelompokkan dalam konsep-konsep), atau methodde of loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus kita ingat)
Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi atau memberikan respons tertentu. Ada dua macam berpikir, yaitu austik dan realistik. Austik itu meliputi melamun dan menghayal. Realistik ini meliputi nalar dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Realistik ini terbagi lagi menjadi tiga, yaitu deduktif (umum-khusus), induktif (khusus-umum) dan evaluatif (kritis, untung rugi, baik buruk)
Berpikir memiliki fungsi tersendiri. Ada tiga fungsi berpikir. Pertama, menetapkan keputusan. Kedua, memecahkan persoalan atau permasalahan. Ketiga,Berfikir kreatif dan realistis dengan melibatkan gagasan. Berfikir kreatif dan realistis itu dapat dipengaruhi olehorientasi preparasi, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.
Setiap orang akan berbeda-beda dalam cara berpikirnya. Ada yang cepat berpikirnya, ada yang biasa-biasa saja, bahkan adapula orang yang lambat dalam berpikir. Hal tersebut sangat erat sekali hubungannya dengan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir itu dipengaruhi oleh kemampuan kognitif, sikap yang terbuka, sikap yang bebas, otonom dan percaya diri.
4.1 Apakah Berpikir Itu?
Berfikir menurut Anita Taylor adalah sebagai proses penarikan kesimpulan. Dalam berpikir, kita melibatkan semua proses yang telah disebutkan, yaitu sensasi, persepsi, dan memori. Dalam memecahkan suatu masalah, pikiran menggunakan
Berpikir merupakan manpulasi atau organisasi unsure-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakuakan kegiatan yang tampak,” kata Floyd L. Ruch. Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, “The term ‘thinking’ refers to many kind of activities that involve the manipulation of concepts and symbols, representations of objects and events”(1973:410). Jadi, berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa.
Contoh:
Andaikan anda melakukan korupsi sebanyak empat miliar rupiah, setiap hari anda membelanjakan seratus ribu rupiah. Dalam berapa tahun uang anda baru habis? Cukupkah hasil korupsi itu untuk dinikmati seumur hidup anda atau bahkan keturunan anda?. Untuk menjawab pertanyaan ini, anda tidak menggunakan citra. Anda memakai angka, kali, bagi, jumlah dan kurang. Ini kita sebut saja lambang verbar (verbal symbols)
Hannah Arendt dalam karya terakhirnya Thinking, mengatakan bahwa manusia tidak dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa atau lambang-lambang verbal.“Thought without speech is inconceivable”, katanya. Galton, Faraday, Einstein, dan beberapa ilmuan terkenal lain melaporkan bahwa mereka memecahkan masalah-masalah ilmiah dengan citra visual, dan baru kemudian menerjemahkan pikiran merekan kedalam kata-kata. Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Anita Taylor et al. mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is an inferring process. (Taylor et al. 1977:55)
4.2 Bagaimana Orang Berpikir?
Ada dua macam berpikir :
Berfikir realistik terbagi:
Menurut perkembangan mutakhir psikologi kognitif, manusia lebih sering berpikir tidak logis daripada berpikir logis seperti berpikir deduktif. Kata Morton Hunt, berpikir logis bukanlah kebiasaan kita atau hal yang alamiah. Cara berpikir yang menurut kaidah logika tidak valid, yang biasanya kita lakukan, justru berjalan agak baik dalam kebanyakan situasi sehari-hari. Berpikir tidak logis ternyata lebih praktis, efisien, dan bermanfaat. Terkenal ucapan Wason dan Johnsohn-Laird, “At best we can all think like logicians; at worst, logicians all think like us” (Pada keadaan terbaik, kita semua dapat berpikir seperti ahli logika; dalam keadaan terbaik, kita sema dapat berpikiir seperti ahli logika; dalam keadaan terjelek, ahli logika semua berpikir seperti kita).
Ole R. Hasti dan Alexander George keduanya sarjana ilmu politik, menemukan bahwa pengambilan keputusan luar negeri di tingkat atas lebih banyak menetapkan keputusan berdasarkan proses irasional. Inilah yang disebut dengan berfikir analogis; umumnya orang menggunakan perbandingan atau kontras. Berpikir analogis yang tidak logis paling sering digunakan untuk menetapkan keputusan, memehkan soal, dan melahirkan gagasan baru.
4.3 Menetapkan Keputusan (Decision Making)
Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil beraneka ragam. Akan tetapi, ada tanda-tanda umumnya: (1) keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative; (3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh diditangguhkan atau dilupakan.
Faktor personal amat menentukan apa yang diputuskan, antara lain kognisi, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Pada kenyataannya, kgnisi, motif, dan sikap berlangsung sekaligus.
Contoh:
Bila anda tahu bahwa daerah X berbahaya, maka anda akan memutuskan untuk tidak akan datang kesana
Bila anda menginginkan posisi penting di kantor X, maka anda akan bekerja sama dengan Q.
4.4 Memecahkan Persoalan (Problem Solving)
Proses memecahkan persoalan langsung melalui lima tahap (tentu, tidak sesalu begitu!)
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Pemecahan Masalah
Seperti perilaku manusi yang lain, pemecahan masalah dipengaruhi faktor-faktor situasional dan personal. Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh faktor-faktor biologis terhadap proses pemecahan masalah. Faktor biologis dan sosiopsikologis puun memengaruhinya, seperti
4.5 Berpikir Kreatif (Creative Thinking)
Berpikir kreatif, menurut James C.Coleman dan Cousstance L.Hamen (1974:452), adalah “thinking which produces new concepts, new understandings, new inventions, new work of art.” Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat, antara lain:
Orang kreatif ternyata berpikir analogis; mereka mampu melihat berbagai hubungan yang tidak terlihat oleh orang lain. Berpikir analogis orang kreatif ditandai oleh sifatnya yang luar biasa, aneh, dan kadang-kadang tidak rasional. Ada yang mengatakan bahwa orang kreatif biasanya agak gila. Orang kretif melakukan loncatan pemikiran yang memperdalam dan menjelaskan pemikiran. Geeorge Lakoff dan Mark Johnson menjelaskan pemikiran kreatif berhasil memperluas cakrawala pemikiran. Berpikir kreatif adalah berpikir analogis-metaforis.
Proses Berpikir Kreatif
Para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor personal dan situasional. Orang-orang kreatif memiliki temperamen yang beraneka ragam. Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif (Coleman dan Hammen, 1974:455):
Daftar Pustaka
Rakhmat, Jalaludin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
‘13 | Psikologi Komunikasi | Pusat Bahan Ajar dan eLearning | |
|
| Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom | http://www.mercubuana.ac.id |
Komentar
Posting Komentar