Peranan Komunikator, Reportase, dan Pewawancara

PERTEMUAN 2

 

 

MODUL

Teknik Reportase & Wawancara

Oleh: Rahmadya Putra Nugraha, M.Si

 

Pokok Bahasan:

Peranan Komunikator, Reportase, & Pewawancara

 

Tujuan dan Instruksional Khusus:

Dengan memperoleh materi ini, mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami tentang Peranan Komunikator, Reportase, & Pewawancara.

 

 

Peranan Komunikator

 

Peran seorang Public Relations sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi / perusahaan. Public Relationsadalah sebagai Jembatan antara perusahaan dengan publik atau antara manajemen dengan karyawannya agar tercapaiMutual Understanding (saling pengertian) antara kedua belah pihak. Public Relations bertindak sebagai komunikator ketika manajemen berhubungan dengan para karyawan. Adapun peran Public Relations menurut Dozier & Broom (20 : 2000) antara lain :

a.       Penasehat Ahli ( Expert Prescriber )

Seorang praktisi Public Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (Communicator Fasilitator ).

b.      Fasilitator Komunikasi ( Communication Fasilitator )

Dalam hal ini, praktisi Public Relations bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginnkan dan diharapkan oleh publiknya

c.       Fasilitator Proses Pemecahan Masalah ( Problem Solving Process Fasilitator )

Peranan praktisi Public Relations dalam pemecahan masalah persoalan Public Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat ( adviser ) hingga mengambil rindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.

d.      Teknisi Komunikasi ( Communication Technician )

Peranan communications technician ini menjadikan praktisi Public Relations sebagai journalist in recident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan of communication in organization.

 

Humas atau PR (Public Relation) merupakan salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atau institusi atas dasar menghormati kepentingan bersama.

Perkembangan teknologi informasi telah melahirkan perkembangan yang cukup pesat pada media massa cetak dan elektronik. Menjamurnya berbagai media massa dan derasnya arus informasi yang menerpa masyarakat belum merupakan jaminan akan memberi pencerahan kepada masyarakat, bahkan dalam beberapa kasus justru membuat bingung masyarakat. Sementara itu muncul pendapat bahwa dengan berkembangnya teknologi informasi, maka informasi diserahkan kepada masyarakat dan tidak lagi diurus oleh pemerintah. Peran pemerintah lebih dititik beratkan hanya sebagai pembuat kebijakan, regulasi dan fasilitasi. Dengan kondisi tersebut, diperlukan kelembagaan Humas (Hubungan Masyarakat) dalam setiap instansi pemerintah termasuk perguruan tinggi.

Humas atau yang lebih dikenal sebagai PR (Public Relation) merupakan salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atau institusi atas dasar menghormati kepentingan bersama. Pembentukan Humas berfungsi untuk menterjemahkan kebijakan kepada intern (pegawainya) atau masyarakat (publik) dan untuk memonitor setiap sikap dan tingkah laku publik untuk disampaikan kepada pimpinan di dalam suatu institusi sebagai bahan pengambil keputusan.

Sebagai juru bicara pimpinan, merupakan tugas yang wajar dilakukan oleh Pejabat Humas, karena di institusi manapun humaslah juru bicara resminya. Humas merupakan representasi dari kebijakan pimpinan institusi tersebut. Humas yang profesional tentu sudah  terlebih dahulu merencanakan apa dan bagaimana caranya menyampaikan kebijakan pimpinan kepada publik.

Juru bicara yang bertindak sebagai komunikator, berfungsi menyediakan sumber informasi, selanjutnya menyaring dan mengevaluasi informasi yang tersedia dan mengolahnya kedalam suatu bentuk yang cocok bagi penerima informasi, sehingga penerima informasi memahami isi informasi tersebut. Akibat secara langsung komunikator dapat mempengaruhi pendapat, pandangan dan perilaku penerima informasi.

Dalam hal ini fungsi sebagai komunikator menyediakan sumber informasi adalah penting. Langkah  berikutnya menyaring dan mengevaluasi informasi tersebut apakah memang benar-benar dapat disampaikan kepada khalayak. Kemudian mengolah informasi kedalam bentuk yang cocok seperti tulisan, laporan, pidato, peragaan, dan lain-lain, sehingga mudah dipahami. Dengan demikian komunikator dapat mempengaruhi komunikan. Komunikator mempengaruhi orang lain untuk mengubah sikap sesuai pesan yang dikemukakan, sehingga orang lain mengikutinya atau mengubah sikap dan perilakunya. Peranan utama komunikator adalah untuk menciptakan suasana yang baik untuk proses komunikasi tersebut.

Hubungan antara Pejabat Humas dengan wartawan bagaikan hubungan dua orang teman atau mitra yang saling memerlukan. Hubungan kedua orang yang bermitra tersebut bersifat simbiosis mutualisme (saling membutuhkan). Hubungan mereka saling bergantung, mereka benar-benar saling membutuhkan. Dengan demikian, tak satu pihakpun yang boleh menganggap dirinya lebih tinggi dan penting dari pada mitranya. Posisi kedua mitra tersebut setara namun peran atau fungsi, motif dan tujuan kegiatan masing-masing saling berbeda.

 

Peranan Reporter

Secara khusus seorang reporter adalah orang yang mengumpulkan ,menulis dan menyajikan berita. Reporter merupakan suatu piranti ( alat ),telingan dari stasiun dan khalayak yang mempunyai Tugas :

a. Mengumpulkan berita dari berbagai sumber

b. Mencari informasi,fakta dan data

Dan memiliki Syarat :

a. Menguasai teknik

b. Harus imparsial

c. Akurat

d. Balance ( berimbang )

Menjadi Seorang reporter dituntut sebagai penutur dalam menentukan satu informasi dalam live report utk reporter dituntut memiliki satu kombinasi percakapan untuk lancar berbicara sopan. Agar bisa berbicara sopan maka reporter harus menguasai kaidah-kaidah. Dan kecepatan mengusai informasi.

Peran mendasar dari media komunikasi massa adalah jurnalistik yakni kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan informasi kepada khalayak. Dahulu, jurnalistik dikaitkan dengan media cetak seperti majalah dan surat kabar. Pemahaman itu kemudian diperluas untuk media elektronik dan maya. Orang yang menjalankan peran itu disebut jurnalis atau reporter. Ada reporter surat kabar, reporter radio, reporter televisi dan reporter virtual news.  Untuk menjadi seorang reporter, mereka perlu dibekali dengan pendidikan dan pelatihan baik teori maupun praktik untuk mengasah wawasan dan ketrampilan dalam mengelola informasi.

       Pada pihak lain, kegiatan jurnalistik tidak cuma menyangkut bagaimana reporter  mengelola informasi. Jurnalisme juga menyangkut industri. Dan sama seperti industri-industri lain, media komunikasi massa pun harus mengorganisir diri secara profesional sesuai dengan hukum-hukum industri seperti taktik untuk meraup keuntungan, strategi  berkompetisi dengan industri media lain serta upaya-upaya memperluas popularitas.

       Kedua unsur jurnalisme ini (sebagai informasi dan sebagai industri) bahu membahu bekerja sesuai dengan profesionalitas mereka masing-masing. Dan terkadang, publik menjadi korban dan sasaran terpaan media. Media menjadi ‘pencipta berita'. Apa yang media katakan akan menjadi bahan diskusi dalam masyarakat, sebaliknya apa yang tidak dikatakan-disampaikan oleh media, tidak menjadi relevan dalam diskusi masyarakat. Media (pegiat media) menentukan tema pembiaraan untuk publik (agenda setting) sekaligus menentukan juga pentingnya pembicaraan itu. Akhirnya, penting tidaknya suatu isu, akan ditentukan oleh  media komunikasi.

 

Peranan Wawancara

Sejalan dengan pentingnya wawancara di dalam melakukan survai, peranan pewawancara sangatlah penting. Meskipun daftar pertanyaan telah lanjut dibuat dengan sempurna oleh para peneliti, namun tetap kuncinya terletak pada para pewawancara. Kesuksesan pengumpulan data sangat tergantung pada mereka, mengingat hal-hal berikut:

1) Dapatkah menciptakan hubungan baik dengan responden, sehingga wawancara dapat berjalan lancar?

2) Dapatkah mereka menyampaikan semua pertanyaan dalam daftar pertanyaan kepada responden dengan baik dan tepat?

3) Dapatkah mereka mencatat semua jawaban lisan dari respon dengan teliti dan jelas maksudnya?

4) Apabila jawaban responden tidak jelas, dapatkah mereka menggali tambahan informasi dengan menyampaikan pertanyaan yang tepat dan netral (“Probling”)?

 

Perbedaan antara wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah:

1) Pewawancara dan responden saling belum mengenal.

2) Pewawancara adalah pihak yang terus menerus bertanya, sedang responden pihak selalu menjawab pertanyaan tersebut.

3) Ada urut-urutan pertanyaan yang harus ditanyakan.

Oleh karena itu perbedaan tersebut diatas, maka:

1) Pewawancara harus dapat menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga responden merasa aman dan berkeinginan untuk memberikan informasi yang sebenarnya.

2) Pewawancara harus netral, tidak bereaksi terhadap jawaban responden, apapun yang dikatakannya. Namun demikian menunjukkan perhatian itu perlu dan dianjurkan. Yaitu dengan menganggukkan kepala ataupun ucapan “o ya”.

3) Pewawancara harus sanggup terus menerus menarik perhatian responden, selama wawancara berjalan.

 

Menggali Informasi Lebih Dalam

Sering jawaban respoden kurang memuaskan karena bersifat masih terlalu umum, kurang spesifik. Misalnya: “Anak dapat membantu orang tua”. Membantu dalam hal apa? Ini masih sangat luas kemungkinannya. Karena itu perlu ditanyakan lebih lanjut. Inilah yang disebut menggali informasi lebih dalam atau “Probing” “Apa yang Bapak maksud dengan membantu orang tua”? Berbagai jawaban muncul:

“Anak dapat membantu keuangan”

“Anak dapat membantu pekerjaan orang tua”

“Anak dapat membantu memecahkan masalah keluarga”

Apabila jawaban responden kurang meyakinkan perlu ditambah pertanyaan. Tambahan pertanyaan ini sifatnya harus netral.

Pertanyaan yang netral itu misalnya:

“Mohon dijelaskan lagi maksud Bapak.”

“Dalam hal apa?”

“Saya belum mengerti maksudnya, dapatkah Bapak menerangkan sekali lagi?”

“Apakah dia meninggal sesudah atau sebelum ulang tahun pertama?” dan sebagainya.

 

 

Pengendalian Mutu (Quality Control)

Mengendalikan mutu berarti mengendalikan aktivitas selama tugas lapangan, jelasnya mengendalikan tugas wawancara untuk mendapat hasil survei yang memuaskan.
Pengendalian mutu dapat dicapai dengan jelas:

1) Pengawas (supervisor) dan pewawancara terus menerus belajar selama tugas lapangan.

2) Pengawasan selalu memeriksa dengan teliti daftar pertanyaan yang telah diisi segera diterima dari pewawancara.

3) Pengawas mengkuti dengan seksama hasil kerja pewawancara dan masalah mereka masing-masing.

4) Pengawas mewawancarai responden (yang dipilih secara serampangan) yang telah diwawancarai oleh pewawancara untuk mengetahui bagaimana cara kerja mereka/ “(Spot Check”).

5) Pengawas mendorong para pewawancara untuk selalu mengkomunikasikan secepat mungkin semua masalah lapangan yang dialaminya.

6) Asisten lapangan yang dianggap kurang mampu apabila tidak bisa diperbaiki lebih baik diminta mengundurkan diri.

7) Secara teratur tim petugas lapangan mengadakan diskusi tentang masalah lapangan.
Yang paling utama dari semua ini adalah: Pengawasan memeriksa daftar pertanyaan (yang telah terisi) dengan cermat:

1) Apakah semua pertanyaan telah terisi.

2) Apakah kalimat-kalimat jawaban jelas, tidak mempunyai dua arti atau bahkan tidak ada arti sama sekali. Jawaban harus meyakinkan.

3) Tulisan harus jelas. Kalau tidak jelas pengawasan atau editor jangan menerka-nerka. Sebaiknya pewawancara yang bersangkutan ditanya apa maksudnya. Mengapa jam diskusi bersama secara teratur tentang masalah lapangan. Di dalam kesempatan berdiskusi para anggota tim akan saling belajar, makin sering pertemuan diskusi ini dilakukan makin baik. Kesalahan dapat dipercepat diperbaiki. Bagi mereka yang belum mengalaminya, dapat menghindarinya. Diskusi informasi pun sangat baik dilakukan dan sering sangat efektif, misalnya: pada waktu makan bersama, pada waktu makan bersama, pada waktu istirahat, dan lain sebagainya. Dikatakan efektif karena disitu suasana lebih santai dan pengalaman-pengalaman bermunculan. Meskipun selalu dianjurkan harap semua pengalaman ditulis, tetapi dalam kenyataannya sering pewawancara tidak menuliskannya. Karena itu diskusi informasi ini sangat berguna.

Jika Anda melakukan wawancara terhadap seseorang, Anda dapat memakai teknik individual atau perorangan. Kegiatan wawancara ini bisa sedikit berbeda tergantung pada orang, tempat, waktu, dan hal yang dibicarakan. Sebelum melakukan wawancara perhatikan hal berikut.

1. Menghubungi orang yang akan diwawancara, baik langsung maupun tidak langsung dan pastikan kesediaannya untuk diwawancarai.

2. Persiapkan daftar pertanyaan yang sesuai dengan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan dalam wawancara. Persiapkan daftar pertanyaan secara baik dengan memperhatikan 6 unsur berita, yaitu 5W + 1H. Pada saat kegiatan wawancara berlangsung usahakan tidak terlalu bergantung pada pertanyaan yang telah disusun.

3. Berikan kesan yang baik, misalnya datang tepat waktu sesuai perjanjian.

4. Perhatikan cara berpakaian, gaya bicara, dan sikap agar menimbulkan kesan yang simpatik. Pada saat wawancara Anda perlu memperhatikan pegangan umum pelaksanaan wawancara berikut ini.

Jelaskan dulu identitas Anda sebelum wawancara dimulai dan kemukakan tujuan wawancara.
Mulai wawancara dengan pertanyaan yang ringan dan bersifat umum. Lakukanlah pendekatan tidak langsung pada persoalan, misalnya lebih baik tanyakan dulu soal kesenangan atau hobi tokoh. Jika dia sudah asyik berbicara, baru hubungkan dengan persoalan yang menjadi topik Anda.
Sebutkan nama narasumber secara lengkap dan bawalah buku catatan, alat tulis, atau tape recorder saat melakukan wawancara.
Dengarkan pendapat dan informasi secara saksama, usahakan tidak menyela agar keterangan tidak terputus. Jangan meminta pengulangan jawaban dari narasumber.
Hindari pertanyaan yang berbelit-belit.
Harus tetap menjaga suasana agar tetap informatif. Hormati petunjuk narasumber seperti “off the record”, “no comment”, dan lain-lain. Hindari pertanyaan yang menyinggung dan menyudutkan narasumber.
Harus pandai mengambil kesimpulan, artinya tidak semua jawaban dicatat.
Beri kesan yang baik setelah wawancara. Jangan lupa mohon diri dan ucapkan terima kasih dan mohon maaf!

Selain itu, kita harus mengetahui betul apa tujuan wawancara. Penyajian Atau Pembuatan Laporan Hasil Wawancara Hal-hal yang harus diperhatikan agar tulisan hasil wawancara menarik bagi para pembaca adalah:

1. Kata-kata yang diucapkan narasumber hendaknya ditulis apa adanya. Hal ini akan membuat cerita tersebut hidup. Seolaholah narasumber langsung bercerita pada setiap pembaca. Keterangan mengenai keadaan sekitar narasumber membantu pembaca untuk melihat narasumber ketika diwawancarai.

2. Kejadian-kejadian, keterangan-keterangan, dan pendapatpendapat yang diberikan narasumber mempunyai bobot terhadap tulisan, namun usahakanlah agar lebih jeli dalam penyampaiannya.

3. Wawancara menjadi efektif jika tujuan pewawancara jelas, yaitu untuk memberi informasi, hiburan, bimbingan praktis, atau laporan.

4. Penyajian hasil wawancara sebenarnya tergantung pada pewancara, bisa berupa narasi, dialog, esai, deskripsi, dan sebagainya.

 

 

 

 

 

 

Rahmadya Putra N., M.Si | Pertemuan 2

 

Komentar