| |
| MODUL - 5 |
|
|
| Kewirausahaan-I |
|
|
|
Sumber Peluang Inovasi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| Fakultas | Program Studi | Tatap Muka | Kode MK | Disusun Oleh |
|
|
Fikom |
Penyiaran | 05 |
A51415EL |
Yasan Endrawan, S.Pd, MM. |
|
Abstract | Kompetensi |
|
|
Pada materi ini akan dibahas macam-macam sumber peluang inovasi yang dapat dimanfaatkan, seperti sumber yang tidak terduga dan lain sebagainya. | Mahasiswa diharapkan mampu untukmemanfaatkan berbagai sumber peluang inovasi yang ada, dengan berpikir inovatif dan meyakini bahwa banyak jalan untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam berbagai bidang usaha.
|
Sumber Peluang Inovasi
PENDAHULUAN
Sesuai dengan pengelompokkan program pembangunan di bidang ekonomi menurut Program pembangunan nasional 2000 – 2004 ke dalam tujuh kelompok program antara lain kelompok program pertama, yaitu menanggulangi kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan kelompok program kedua, yaitu mengembangkan usaha skala mikro, kecil menengah dan koperasi, maka program-program yang harus dilaksanakan dan penting untuk digarisbawahi adalah :
1. Program penciptaan iklim usaha yang kondusif
2. Program peningkatan akses kepada sumber daya produktif
3. Program pengembangan kewirausahaan dan kredit usaha kecil menengah berkeunggulan kompetitif.
Sudah bukan rahasia umum bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau disebut juga Usaha Mikro, Kecil dan Mengengah (UMKM), sangat besar memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Kelompok yang semuanya merupakan para entrepreneur ini bahkan mampu bertahan pada saat kondisi bangsa mengalami krisis keuangan. Indonesia membutuhkan banyak wirausaha handal. Saat ini perbandingan jumlah wirausahawan terhadap jumlah penduduk sangat kurang, karena masih dibawah 2% padahal menurut Sosiolog David McClelland berpendapat,”Suatu negara bisa menjadi makmur bila ada entrepreneur (pengusaha) sedikitnya 2% dari jumlah penduduknya”.
Untuk meningkatkan presentasi tersebut, perlu partisipasi dan sinergi dari pemerintah, pendidikan, bisnis, dan masyarakat. Dengan sinergi ini diharapkan dapat menjadikan entrepreneurship sebagai gerakan nasional, sehingga pertumbuhan entrepreneur tumbuh berkembang dalam mendukung perekonomian nasional. Data BPS menunjukkan bahwa sampai akhir 2010 sebanyak 51,259 juta atau sekitar 99,99% unit usaha yang ada di Indonesia tergolong dalam kelompok UMKM. Kelompok usaha ini mampu menyerap tenaga kerja lebih kurang 89,3% dari total para pekerja
Saat ini jumlah pengangguran di Indonesia relatif cukup besar, pada tahun 2010 jumlah angkatan kerja adalah 113,74 juta yang tidak terserap adalah 9,26 juta pengangur, dan 1.198.000 diantaranya adalah sarjana yang menganggur.
Kondisi di atas, menjadi tantangan bagi para sarjana pada saat ini, ditengah-tengah terbatasnya lapangan kerja dan kesulitan mencari pekerjaan, terdapat peluang yang sangat besar untuk mengembangkan usaha, baik usaha kecil, menengah maupun besar untuk menciptakan lapangan kerja baik bagi dirinya sendiri, bagi orang lain yang memperoleh pekerjaan, maupun bagi bangsa dan negara sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi.
Ditambah lagi, menjadi wirausaha tidak hanya sekedar dapat memulai dan mendirikan suatu usaha begitu saja, melainkan dituntut mampu mengarahkan usahanya pada keadaan yang terus menguntungkan dan memperoleh keunggulan bersaing yang berkelanjutan atau terus menerus dibandingkan pesaing-pesaingnya. Maka diperlukan suatu sikap yang mampu menghadapi setiap kemungkinan yang terjadi dalam menjalankan suatu usaha dengan berpegang pada keyakinan dan kemampuan individu yang handal. Jadi wirausaha membutuhkan kemauan dan tujuan yang jelas apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya.
Pertanyaan yang muncul, adalah kemudian apakah semua wirausaha yang dimaksud dapat dilahirkan melalui program pendidikan formal yang ada? Kalau jawabannya ya, berarti merupakan keberhasilan dunia bagi pendidikan kita, tetapi kalau sebaliknya, berarti akan menjadi masalah besar yang harus dihadapi oleh berbagai lembaga pendidikan untuk mengkaji ulang dan membuat program yang mendorong terciptanya wirausaha-wirausaha muda.
Untuk itulah, mata kuliah kewirausahaan ini diajarkan pada mahasiswa Universitas Mercu Buana sebagai Mata Kuliah Ciri Universitas dan diharapkan dapat menciptakan wirausahawan-wirausahawan baru sekaligus mampu meningkatkan image UMB di tengah masyarakat.
Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah kewirausahaan ini diharapakan mempunyai gambaran yang jelas tentang kewirausahaan dan termotivasi menjadi wirausaha, mempunyai role model wirausahawan, mempunyai mental dan sikap yang kuat untuk menjadi pengusaha, berwira usaha dengan kreatif dan berinovasi, mengenali peluang dan mulai memilih wirausaha, menentukan wirausaha yang akan dilaksanakan, melakukan perencanaan bisnis dan operasionalnya, perencanaan investasi dan keuangan, merancang strategi pemasaran, prilaku/etika pengusaha (etika bisnis), dapat membuat bussines plan dengan benar
Mata kuliah ini dilengkapi dengan berbagai kisah orang sukses dalam menjalankan usaha, kiat-kiat, keterampilan-keterampian dan kemampuan-kemampuan dasar dalam penerapan, kajian kasus dan latihan-latihan yang dipandu oleh dosen
Tujuan akhir setelah mengikuti mata kuliah ini adalah mahasiswa mampu:
SUMBER PELUANG INOVASI
Suatu kenyataan yang tidak terelakkan ketika memulai sebuah usaha (enterpreneruial) adalah bagaimana melihat peluang dan memutuskan untuk mengambil peluang tersebut. Pada dasarnya, peluang itu ada di sekitar kita, tetapi seringkali tidak terlihat, tertutup. Tertutup oleh mata hati kita. Kecemasan, keraguan, ketidakpercayaan atau dikatakan sistem beliefyang ada pada diri kita, sehingga sumber daya tidak terlihat secara baik. Mengapa hal ini terjadi? Karena kita merasa tidak mempunyai ‘apa-apa’ sehingga sumber daya yang ada dalam diri kita atau di sekeliling ‘kita’ tidak terlihat.
Peter Drucker mengatakan bahwa ada 7 aspek yang dapat dijadikan sumber
peluang untuk berinovasi. Apakah itu?
1. Yang tak terduga
2. Ketidakselarasan
3. Inovasi berdasarkan kebutuhan proses
4. Perubahan struktur industri/ struktur pasar
5. Perubahan demografi
6. Perubahan persepsi, mood, dan makna
7. Pengetahuan yang baru, baik saintifik maupun non saintifik.
Sumber 1: Yang tidak terduga
Di dunia ini, banyak hal yang merupakan sumber peluang yang tidak terduga. Hal ini mengisyaratkan bahwa walaupun manusia dapat merencanakan dengan sebaikbaiknya, maka kemungkinan ‘terjadi’ sesuatu di luar skenario bisa terjadi. Yang tidak terduga merupakan lokus control di luar diri kita. Jika dijadikan contoh kemalangan, maka kasus lumpur panas di Sidoarjo akibat kesalahan dalam proses pengeboran maka tidak ada satupun pihak PT Lapindo Brantas yang membayangkan dampak yang begitu hebat dalam semua aspek kehidupan.
Jika pengeboran berjalan dengan baik dan lancar, pihak perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang sangat luar biasa. Tetapi dengan ‘kemalangan’ tersebut, maka dapat dipastikan perusahaan ‘akan gulung tikar’. Bisakah anda memberikan contoh positif, bahwa yang tidak terduga akan membawa peluang usaha atau mungkin berinovasi? Di awal bulan September ini, saya melakukan perjalanan di luar pulau Jawa untuk memberikan pelatihan SDM pada sebuah perkebunan. Salah satu jenis komoditinya adalah teh. Berdasarkan cerita dari staf yang ikut pelatihan tersebut dikatakan bahwa komoditi teh selama ini terus merugi, kecuali satu hal yaitu ketika terjadi krisis moneter dimana rupiah terdepresiasi. Krisis menoter bagi sebagian pihak merupakan ‘petaka’ tetapi hal ini justru menjadi yang tak terduga dalam meraih keuntungan. Tetapi baru sebatas meraup keuntungan dan belum dalam tataran berinovasi.
Sumber 2: Ketidakselarasan
Ketidakselarasan antara harapan konsumen dengan produk/ jasa. Tidakselarasan internal dalam ritme logika proses. Ketidakselarasan adalah suatu rentang/ gap antara yang seharusnya dengan yang terjadi. Dalam berwirausaha banyak sekali situasi yang menunjukkan ketidakselarasan. Lima tahun yang lalu, yang dapat naik pesawat terbang adalah mereka kelas atas saja. Setelah dilakukan deregulasi, dimana swasta dapat mengembangkan perusahaan jasa penerbangan, maka bermuncullanlah berbagai maskapai penerbangan . Dimana peluangnya? Yang pertama, wilayah Indonesia sangat luas dan terdiri dari kepulauan, maka bisnis di bidang perhubungan udara sangat menjanjikan.
Persoalannya adalah bagaimana masyarakat dapat menikmati layanan pesawat terbang dengan harga yang terjangkau? Bermuncullah maskapai penerbangan yang lebih beroreintasi padakebutuhan dalam memberikan layanan dan bukan berorientasi kenikmatan, sehingga berbagai fasilitas dipangkas demi efisiensi, seperti tidak disediakan makan, di bandara Soekarno Hatta tidak perlu menyewa ‘garba’ tetapi cukup jalan kaki atau naik bus. Bahkan di tahun 2006, sebuah maskapai penerbangan sama sekali tidak memberikan layanan minum di pesawat dan bahkan menjual minuman tersebut dan tidak ada nomor kursi. Sebuah terobosan.
Sumber 3: Inovasi berdasarkan kebutuhan proses
Inovasi di sini menyempurnakan proses yang sudah ada, menggantikan satu mata rantai proses yang lemah, atau merancang kembali proses yang lama yang sudah ada. Layanan satu atap yang dipelopori oleh pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo dan disusul oleh Pemkab Sragen adalah contoh pemangkasan waktu untuk memperoleh ijin usaha di dua wilayah tersebut. Kecepatan dalam memberikan ijin ini berkorelasi positif dengan jumlah investor yang menanamkan modalnya. Dalam hal ini proses yang dirasakan tidak perlu – dipangkas – disederhanakan.
Sumber 4: Perubahan struktur industri/ struktur pasar
Oleh karena waktu menjadi sangat berharga, maka konsep one stop service menjadi strategi bisnis yang banyak dilakukan oleh pelaku pasar. Sekarang ini, jasa dokter tergabung dalam layanan kesehatan yang lain yaitu laboratorium medik dan apotik, sehingga dalam satu waktu pasien mendapatkan serangkaian dari layanan kesehatan. Demikian juga dengan konsep mall atau plaza yang menyediakan ruang-ruang untuk seluruh kebutuhan manusia dari supermarket, peralatan elektronik, sampai dengan layanan kebugaran dan kesehatan.
Sember 5: Perubahan demografi
Perubahan demografi didefinisikan sebagai perubahan penduduk dalam jumlah, struktur umur, komposisi, jenis pekerjaan, status penghasilan, status pendidikan – merupakan sumber peluang yang paling mudah diramalkan. Masyarakat Yogyakarta dikenal mempunyai angka harapan hidup yang paling tinggi di atas rata-rata nasional. Dengan demikian manula di tahun-tahun yang akan di Yogyakarta jumlahnya akan semakin meningkat. Kebutuhan khusus untuk manula seperti layanan kesehatan menjadi sumber peluang inovasi. Demikian juga dengan struktur masyarakat Indonesia sekarang ini didominasi oleh keluarga kecil yaitu 2-3 anak tiap keluarga. Hal ini memberikan dampak pada kebutuhan rumah yang lebih kecil sehingga perumahan atau real estat dengan ukuran kecil dan dana terjangkau menjadi trand di kota-kota besar.
Sumber 6: Perubahan persepsi, mood, dan makna
Perubahan persepsi merupakan sumber peluang inovasi. Dengan meningkatnya sebagian daya beli masyarakat maka persoalan makan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan ‘dasar’ saja. Masyarakat membutuhkan suasana nyaman. Oleh karenanya, di beberapa wilayah tumbuh rumah makan berkelas internasional atau menggunakan konsep alami dengan harga yang cukup mahal. Demikian juga dengan konsep kecantikan bagi wanita. Menurut persepsi wanita, wanita yang cantik adalah yang berkulit putih. Hal ini ditangkap oleh berbagai rumah kecantikan dengan memberikan layanan memutihkan wajah.
Sumber 7: Pengetahuan yang baru
Beberapa perusahaan dengan devisi penelitian dan pengembangan, secara terus menerus mengembangkan produk/ layanan yang baru. Pengembangan berdasarkan riset ini membutuhkan waktu lama dan biasa yang besar.
Sumber Pustaka:
Tulisan ini diilhami dari artikel ‘Apa kata Peter Drucker tentang Inovasi & Kewirausahaan oleh Gde Raka, 2001’. Tidak diterbitkan.
---oOo---
2012 | Kewirausahaan-1I | Pusat Bahan Ajar dan eLearning | |
|
| Yasan Endrawan, S.Pd, MM | http://www.mercubuana.ac.id |
Komentar
Posting Komentar