| |
| MODUL PERKULIAHAN |
|
|
| PSIKOLOGI KOMUNIKASI
PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL “PERSEPSI INTERPERSONAL, KONSEP DIRI” |
|
|
|
|
|
|
Fakultas | Program Studi | Tatap Muka | Kode MK | Disusun Oleh | ||||
Ilmu Komunikasi | Public Relations | 4 | MK85006 | Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom. | ||||
Abstract | Kompetensi | |||||||
Pokok bahasan dalam Proses Komunikasi Interpersonal ini meliputi: persepsi interpersonal,konsep diri | Mampu memahami dan menjelaskan psoses psikologis komunikasi Inter personal |
PERSEPSI INTERPERSONAL
Pada modul sebelumnya kita telah membicarakan dalil-dalil umum persepsi. Kita menyebutkan faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhi persepsi. Seperti dijelaskan sebelumnya, pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya, menentukan interprestasi kita pada sensasi. Bila objek atau peristiwa di dunia luar itu kita sebut distalstimuli, dan persepsi kita tentang stimuli itu kita sebut percept,maka percept tidak selalu sama dengan distal stimuli. Proses subjektif yang secara aktif menafsirkan stimuli, disebut Fritz Heider sebagai constructive process. Proses ini meliputi faktor biologis dia sosiopsikologis individu pelaku persepsi. Persepsi sosial kini memperoleh konotasi baru sebagai proses mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial. Untuk tidak mengaburkan istilah dan untuk menggarisbawahi manusia (dan bukan benda)sebagai objek persepsi, disini kita menggunakan istilahpersepsi interpersonal. Persepsi pada objek selain manusia kita sebut saja persepsi objek.
Sedangkan Riswandi menyatakan bahwa persepsi interpersonal atau disebut juga persepsi sosial ialah persepsi seseorang terhadap orang lain. Ketika seseorang menilai atau mempersepsi dengan seluruh jiwa raganya dan melalui konsep diri. Jadi persepsi kita pada orang lain timbul setelah orang lain itu mempersepsi kita.
Manakah yg lebih cermat, persepsi objek atau persepsi interpersonal?mana yang lebih besar kemungkinan salahnya? Mana yang lebih sulit? Kumpulkan sepuluh orang mahasiswa diruangan kelas, suruh mereka mengamati papan tulis dimuka, mintakan persepsi mereka tentang papan tulis itu. Besar dugaan kita, persepsi mereka tidak begitu berbeda. Sekarang hadirkan di muka mereka Eva Arnaz, suruh mereka mengamatinya (mana tahan!), dan mintakan mereka memberikan komentar tentang Eva-terangkan sifat-sifatnya. Besar dugaan kita, persepsi mereka akan sangat beragam. Mengapa ?
Ada empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal:
Persepsi Objek | Persepsi Interpersonal |
1. Stimuli ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-benda fisik: gelombang, cahaya, gelombang suara, temperatur, dan sebagainya | 1. Stimuli mungkin sampai kepada kita melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan pihak ketiga. |
2. Kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar objek itu; kita tidak meneliti sifat-sifat batiniah objek itu. Ketika kita melihat papan tulis, kita tidak pernah mempersoalkan bagaimana perasaannya ketika kita amati | 2. Kita mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera kita. Kita tidak hanya melihat perilakunya, kita juga melihat mengapa ia berperilaku seperti itu. Kita mencoba memahami bukan saja tindakan, tetapi juga motif tindakan itu. Dengan demikian, stimuli kita menjadi sangat kompleks. Kita tidak akan mampu”menangkap” seluruh sifat orang lain dan berbagai dimensi perilakunya. Kita cenderung memilih stimuli tertentu saja. Ini jelas membuat persepsi interpersonal lebih sulit, ketimbang persepsi objek. |
3. Ketika kita mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada kita; kita pun tidak memberikan reaksi emosional padanya. Perasaan Anda dingin saja ketika Anda memandang papan tulis; tetapi, sedingin itu jugakah ketika Anda memandang Eva Arnaz? Apakah Eva juga akan diam saja, ketika Anda memandangnya tidak berkedip? | 3. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal Anda, dan karakteristik orang yang ditanggapi, serta hubungan Anda dengan orang tersebut, menyebabkan persepsi interpersonal sangat cenderung untuk keliru. Lagi pula, kita sukar menemukan kriteria yang dapat menentukan persepsi siapa yang keliru: persepsi Anda atau persepsi saya. |
4. Objek relatif tetap. Papan tulis yang Anda lihat minggu yang lalu tidak berbeda dengan papan tulis yang kita lihat hari ini. Mungkin tulisan pada papan tulis itu sudah berubah, mungkin sobekan kayu di sudut sudah hilang, tetapi secara keseluruhan papan tulis itu tidak berubah | 4. Manusia selalu berubah. Anda hari ini bukan Anda yang kemarin, bukan Anda esok hari. |
Pengaruh Faktor-faktor Situasional pada Persepsi Interpersonal
Deskripsi Verbal. Deskripsi Verbal menurut Solomon E. Asch yaitu tentang bagaimana rangkaian kata sifat menentukan persepsi orang. Bila kita kisahkan pada Anda bahwa calon istri Anda cerdas, rajin, lincah, kritis, kepala batu, dan dengki, Anda akan membayangkan dia sebagai orang yang “bahagia”, “humoris”, dan “mudah bergaul”. Tetapi bila rangkaian kitu dibalik, dimulai dari dengki, kepala batu, dan seterusnya, kesan Anda tentang dia berubah.Kata yang disebut pertama akan mengarahkan penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai primacy effect.
Petunjuk Proksemik/ Jarak. Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan. Dalam konteks ini, jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukan tingkat keakraban diantara mereka (termasuk ketika berkomunikasi). Edward THall membagi jarak ke dalam empat corak: jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab.
Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues)/ Gerakan tubuh.Kinesik adalah studi tentang gerakan tubuh manusia seperti: membusungkan dada (sombong), menundukkan kepala (merendah), berdiri tegak (berani), bertopang dagu (sedih), dan menadahkan tangan (bermohon) dan sebagainya. Contoh. Suatu hari Anda menerima tamu yang ingin berbicara dengan Anda. Anda melihat tamu itu masuk dengan membungkuk, berjalan tertatih-tatih, kemudian duduk dengan tidak berani menatap Anda. Bicaranya terpatah-patah; kedua telapak tangannya saling meremas dan diletakkan di atas kedua paha yang dirapatkan benar. Bagaimana pendapat Anda tentang tamu itu? Orang besarkah atau orang kecil? Takut pada Anda atau benci? Percaya pada diri atau rendah diri? Anda sudah pasti mempunyai persepsi khusus tentang orang itu. Persepsi itu didasarkan pada gerakan orang itu, pada petunjuk kinesik.
Petunjuk Wajah. Seperti petunjuk kinesik, petunjuk wajah pun menimbulkan persepsi yang dapat diandalkan. Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna. Dalam beberapa detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusasaan. Kata menelaah wajah rekan dan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan mereka pada gilirannya, menelaah kita.
Petunjuk paralinguistic. Paralinguistic ialah bagaimanacara orang mengucapkan lambing lambing verbal. Jadi, jika petunjuk verbal menunjukan apa yang diucapkan, petunjuk paralinguistic mencerminkan bagaimana mengucapkanya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau obrolan). Suara keras akan dipersepsi marah atau menunjukan hal yang sangat penting. Tempo bicara lambat, ragu ragu dan tersendat sendat, akan dipahami sebagai ungkapan rendah diri ataukebodohan.
Petunjuk artifaktual/ Penampilan. Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sepertipotongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, tas, pangkat badge, dan atribut-atribut lainnya. Karen Dion, Ellen Berscheid. and Elaine walster meneliti terhadap pengaruhini: apakah penampilan menarik atau tidak menarik menimbulkan asumsi-asumsi tertentu? Apakah orang yang cantik cenderung dianggap berprilaku baik atas dasar kemungkinan sukses dalam hidupnya? Mereka memperlihatkan tiga buah foto kepada para mahasiswaundergraduate. Foto yang pertama menunjukan orang yang cantik; kedua, rata-rata; dan ketiga, berwajah jelek mahasiswa diharuskan memberikan penilaian tentang kepribadian orang dalam foto itu dengan mengisi angket ukuran kepribadian. Kemudian mereka harus memperkirakan kemungkinan perkawinanya dan keberhasilan dalam kariernya. Subjek–subjek eksperimen terbukti menilai orang cantik lebih bahagia dalam pernikahannya, dan lebih mungkin memperoleh pekerjaan yang baik, ketimbang rekan-rekannya memiliki berwajah jelek. Bila kita mengetahui bahwa seseorang memiliki satu sifat (misalnya, cantik atau jelek). Kita beranggapan bahwa ia memiliki sifat-sifat tertentu (misalnya, periang atau penyedih); ini disebut halo effect. Bila kita sudah menyenangi seseorang maka kita cenderung melihat sifat-sifat baik pada orang itu; dan sebaliknya.
Pengaruh factor-faktor personal pada Perssepsi Interpersonal
Persepsi interpersonal besar pengaruhnya, bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita. Berikut pengaruhfactor-faktor personal pada perssepsi interpersonal:
Pengalaman. Pengalaman orang mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Inilah yang menyebabkan seorang ibu segera melihat hal yang tidak beres pada wajah anaknya atau pada petunjuk kinesiklainnya. Ibu lebih berpengalaman mempersepsianaknya dari pada bapaknya. Ini juga sebabnya mengapa anda lebih sukar berdusta didepan orang yang paling dekat dengan anda (kecuali bila anda pendusta professional)
Motivasi. Proses konstruktif sangatlah banyak melibatkan unsur-unsur motivasi. Seperti dijelaskan di muka juga, upaya untuk mendeteksi pengaruh motivasi social terhadap persepsi. Diantara motivasi yang pernah diteliti antara lainmotif biologis, ganjaran dan hukuman, karakteristikkepribadian, dan perasaan terancam karena persona stimuli. Motif personal lainya yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil. Menurut Melvin Lerner, kita perlu mempercayai bahwa dunia ini diatur secara adil –setiap orang memeroleh apa yang layak diperolehnya. Orang diganjar dan di hukum Karena perbuatannya.
Kepribadian. Kepribadian orang seperti mudah bergaul, ramah, terbuka/ekstrovert, tertutup/introvert, otoriter dan sebagainya adalah faktor-faktor personal yang akan mempengaruhi orang ketika ia menilai orang lain/persepsi interpersonal.
Proses pembentukan kesan
Stereotyping. Stereotyping adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotypingini mungkin yang menjelaskan terjadinya primacy effect danhalo effect yang sudah kita jelaskan di muka. Primacy effectsecara sederhana ,menunjukan bahwa kesan pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu ,pula , halo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.
Inplicit Personality Theory. Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi konsep-konsep ramah, suka menolong, toleran, tidak mencemooh, dan sebagainya. Di sini, kita mempunyai asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh kita. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orangketika membuat kesan dengan orang lain.
Atribusi. Atribusi adalah proses penyimpulan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak. Atribusi boleh juga ditujukkan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya akan membicarakn atribusi pada diri orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup popular pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser focus pembentukan dan perubahan sikap. Secara garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran. Contoh. Apakah mahasiswa yang drop out itu gagal karena kemalasan dan kurang motivasi atau karena system pendidikan yang salah dan dosen yang tidak bermutu? Apakah orang itu miskin karena malas, bodoh, dan kurang inisiatif atau karena struktur ekonomi yang menindas? Pada pernyataan-pernyataan ini, kita mempersoalkan kausalitas internal dan eksternal.
Bagaimana kita mengetahui perilaku orang lain disebabkan factor internal, dan bukan factor eksternal? Menurut Jones dan Nisbett, kita dapat memahami motif personal stimuli dengan memperhatikan dua hal. Pertama, kita memfokuskan pada perilaku yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua, kita memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpangdari pola perilaku yang biasa. Sekarang, bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa personal stimuli jujur atau munafik (atribusi kejujuran – attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu mendapat keuntungan dari kita dengan pernyataannya itu.
Proses Pengelolaan Kesan (Impression Management)
Kita telah membicarakan bagaimana kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal,dan dipersulit oleh factor-faktor personal pada penanggap. Kesulitan persepsi juga timbul karena persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri penanggap. Erving Goffman menyebut proses ini pengelolaan kesan (Impression Management).
Kita sudah mengetahui orang lain menilai kita berdasarkan petunjuk-petunjuk yang kita berikan; dan dari penilaian itu mereka memperlakukan kita. Bila mereka menilai kita berstatus rendah, kita tidak mendapat pelayanan istimewa. Bila kita dianggap bodoh, mereka akan mengatur kita. Untuk itu, kita secara sengaja menampilkan diri kita (self presentation) seperti yang kita kehendaki.
Peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan disebut front. Front terdiri atas panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya tingkah bertingkah laku (manner). Panggung adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang kita gunakan. Ruang tamu menyangkut perabotan, hiasan dinding, lampu, karpet, dan lemari, kita atur untuk memberikan kesan bahwa kita bukan petit bourgeouis, tetapi mewakili kelompok elit. Lihat piano besar dan lemari buku dengan satu set encyclopedia Britannica. Di situ, kita tempelkan juga gambar kita sedang bersalaman dengan Kepala Negara.
Penampilan berarti menggunakan petunjuk artifaktual. Kita memasang dasi, memakai kemeja Pierre de Cardin, menenteng tas President, dan menyemprotkan minyak wangi dari Guy de la Roche. Mudah-mudahan dengan itu, calon mertua menilai kita sebagai manusia yang sudah mapan (atau “binnen”,lah). Atau Anda memakai T-shirtbertuliskan Kiss me tenderly!, celana jeans yang ketat dengan sisir dari saku, rambut yang diset seperti Lady Di, dan sepatu tinggi dari Itali. Anda ingin memberikan kesan bahwa Anda gadis masa kini yang tidak perlu diragukan.
Gaya bertingkah laku menunjukkan cara kitaberjalan, duduk, berbicara, memandang, dan sebagainya. Pejabat baru yang ingin menumbuhkan kharisma berusaha mengurangi humornya, berbicara teratur dengan tempo yang agak lambat, berjalan tegap, dan memandang dengan tajam. Seorang ibu, istri orang kaya baru, yang mencampurkan bahasa Indonesia dengan beberapa kata bahasa Belanda (yang diperolehnya pada kursus kilat), mengisap rokok pada isapan panjang, dan menyimpan paha kirinya di atas paha kana, seraya menggerak-gerakkan telapak kakinya, sedang menggunakan manneruntuk member kesan tertentu. (kita tidak tahu kesan apa).
Pengaruh Persepsi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Sudah jelas bahwa perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal. Bila Anda diberi tahu bahwa dosen Anda yang baru itu galak dan tidak senang dikritik, Anda akan berhati-hati dalam mengajukan pertanyaan. Bila anda menganggaptetangga Anda sombong dan feodal, Anda akan menghindari bercakap-cakap dengan dia. Lalu, bila Anda mempersepsi kawan Anda sebagai orang cerdas, bijak, dan senang membantu, Anda akan banyak meminta nasihat kepadanya.
Pada kenyataannya persepsi orang sering kali tidak cermat. Bila kedua pihak menanggapi yang lain secara tidak cermat, terjadilah kegagalan komunikasi (communication breakdowns). Anda menunda istri Anda tidak setia, dan istri Anda menduga Anda sudah bosan padanya. Komunikasi di antara anda berdua akan mengalami kegagalan, karena Anda berdua menafsirkan pernyataan orang lain dengan kerangka tadi. Katakanlah, Anda pulang terlambat dari kantor. Istri Anda kelihatan menyanbut Anda dengan gembira. Ia mengungkapkan betapa senangnya Anda pulang setelah cems menunggu. Karena persepsi di atas, Anda menananggapi ucapan istri Anda hanya kamuflase dari ketidaksetiaannya. Dengar suara keras, Anda menanggapi istri Anda, “Ah bilang saja, kamu tidak senang aku pulang cepat.” Istri Anda pasti terkejut dan menduga Anda mencari gara-gara untuk menceraikannya. Anda dapat membayangkan apa yang terjadi selanjutnya. Kegagalan komunikasi ini dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah.
KONSEP DIRI
Dalam bagian terdahulu kita melihat bagaimana kita menanggapi perilaku orang lain menerangkan sifat-sifatnya, mengambil kesimpulan tentang penyebab perilakunya, menentukan apakah petunjuk-petunjuknya yang tampak itu orisinil atau hanya pulasan saja. Ktidak hanya menanggapi orang lain; kita juga mempersepsi diri kita, diri kita bukan lagi persona penanggap, tetapi persona stimuli sekaligus. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, social, dan fisis. Bayangkan anda mengajukan pertanyaan – pertanyaan ini pada diri anda sendiri:
1 | 2 | 3 |
1. Bagaimana watak saya sebenarnya?2. Apa yang membuat saya bahagia atau sedih?3. Apa yang sangat mencemaskan saya? | 1. Bagaimana orang lain memandang saya?2. Apakah mereka menghargai atau merendahkan saya?3. Apakah mereka membenci atau menyukai saya? | 1. Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya?2. Apakah saya orang yang cantik atau jelek?3. Apakah tubuh saya kuat atau lemah? |
Jawaban pada tiga pertanyaan pertama menunjukan persepsi psikologis tentang diri anda; jawaban pada tiga pertanyaan kedua persepsi social tentang diri Anda; dan jawaban pada tiga pertanyaan terakhir, persepsi fisis tentang diri Anda. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian Anda tentang diri Anda. Jadi, konsep diri meliputi apa yang anda pikirkan dan apa yang Anda rasakan tentang diri Anda.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Orang Lain. Jika kita diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita. Dalam perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang memengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara emosional. Orang – orang ini boleh jadi masih hidup atau sudah mati. Di situ Anda mungkin memasukan idola Anda – bintang film, pahlawan kemerdekaan, tokoh sejarah atau… orang yang Anda cintai diam-diam.
Kelompok Rujukan ( Reference Group). Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok: RT, Persatuan Bulutangkis, Ikatan Warga Bojongkaso, atau Ikatan Sarjana Komunikasi. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan cirri-ciri kelompoknya. Kalau Anda memilih kelompok rujukan Anda Ikatan Dokter Indonesia, Anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku Anda. Anda juga merasa diri sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan seluruh sifat-sifat dokter menurut persepsi anda.
Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal
Nubuat yang Dipenuhi Sendiri. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari kuliah dengan sungguh- sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik. Jika ia merasa rendah diri, ia akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada orang-orang yang dihormatinya, tidak mampu berbicara dihadapan umum, atau ragu-ragu menuliskan pemikirannya dalam media massa. Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsepdiri Anda; positif atau negatif. Sebagai peminat komunikasi, sebaiknya kita mampu mengidentifikasi tanda-tanda konsep diri yang positif dan negatif. Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif.
Kosep Diri Negatif | Kosep Diri Positif |
1. Ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam.2. Responsive sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenyasaat menerima pujian3. Cenderung merasa tidak disenangi prang lain. Ia merasa tidak diperhatikan.4. Pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persainganya. | 1. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah;2. ia merasa setara dengan orang lain;3. ia menerima pujian tanpa rasa malu;4. ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat;5. ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
|
Membuka Diri. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain. Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Dalam johari window diungkapkan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita. Untuk membuat Johari Window, gambarlah segi empat dengan garis tengah yang membelah jendela itu menjadi dua bagian. Sebelah atas jendela menunjukkan aspek diri kita yang diketahui orang lain – public self. Sebelah bawah adalah aspek diri yang tidak diketahui orang lain – private self.
Publik ( diketahui orang lain) |
Privat (tidak diketahui orang lain) |
Bila jendela kita belah kebawah, sebelah kiri adalah aspek diri yang kita ketahui, dan sebelah kanan adalah aspek diri yang tidak kita ketahui.
Diri yang kita ketahui | Diri yang tidak kita ketahui |
Bila kedua jendela ini degabung, kita membuat Johari Window yang lengkap. Masukkanlah ke dalam kamar-kamar jendela itu konsep-konsep “terbuka” (open), “buta” (blind), “tersembunyi” (hidden), “tidak dikenal” (unknown).
Terbuka | Buta |
Tersembunyi | Tidak dikenal |
Ketahui ketahui
Privat
Kamar pertama disebut daerah terbuka (open area), meliputi perilaku dan motivasi yang kita ketahui dan diketahui orang lain. Pada daerah kita sering melakukan pengelolaan kesan yang sudah kita bicarakan, kita berusaha menampilkan diri kita dalam bentuk topeng. Anda benci kepada atasan Anda, tetapi Anda berusaha menunjukkan sikap ramah kepadanya. Ketika ia meminta maaf telah menyinggung Anda, Anda menjawab, “Aah, tidak ada apa-apa kok, Pak!” Gejolak hati Anda, kejengkelan Anda pada dia, diri yang ada tutup-tutupi, adalah daerah tersembunyi (hidden area). Seringkali kita menjadi terbiasa menggunakan topeng, sehingga kita sendiri tidak menyadarinya. Orang lain sebaliknya mengetahui. Orang yang rendah diri berusaha jual tampang, meyakinkan orang lain tentang keunggulan dirinya, dan merendahkan orang lain. Ia tidak menyadarinya, tapi orang mengetahuinya. Ini termasuk daerah buta (blind area). Tentu ada diri kita yang sebenarnya, yang hanya Allah yang tahu. Ini daerah tidak dikenal (unknown area). Makin luas diri publik kita, makin terbuka kita pada orang lain, makin akrab hubungan kita dengan orang lain. Pengertan yang sama tentang lambang-lambang, persepsi yang cermat tentang petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal, pendeknya komunikasi interpersonal yang efektif, terjadi pada daerah publik. Makin baik Anda mengetahui seseorang, makin akrab hubungan Anda dengan dia, makin lebar daerah terbuka jendela Anda.
Percaya diri (Self Confidence). Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif, timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejek atau menyalahkannya. Dalam diskusi, ia akan lebih banyak diam. Dalam pidato, ia akan berbicara terpatah-patah. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensip dalam komunikasi, akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja. Bila kemudian ia terpaksa berkomunikasi, sering pembicaraannya tidak relevan, sebab berbicara yang relevan tentu akan mengundang reaksi orang lain, dan dia akan dituntut berbicara lagi.
Selektivitas. “Konsep diri memengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa Anda bersedia membuka diri, bagaimana kita memersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat,”. Dengan singkat, konsep diri menyebabkan terpaan selektif (selective exposure), persepsi selektif (selective preception), dan ingatan selektif (selective attention). Kita ingin menambahkan satu lagi: penyandian selektif(selective encoding). Penyandian adalah proses penyusunan lambang-lambang sebagai terjemahan dari apa yang ada dalam pikiran kita. Jika kita merasa diri sebagai seorang bangsawan, kita akan memilih kata-kata tertentu dan menghindari kata-kata yang lain. Kita akan menggunakan gerakan tangan, ungkapan wajah, atau posisi tubuh yang sesuai dengan martabat kita sebagai bangsawan.
Daftar Pustaka
Rakhmat, Jalaludin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riswandi. 2013. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu
‘13 | Psikologi Komunikasi | Pusat Bahan Ajar dan eLearning | |
|
| Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom | http://www.mercubuana.ac.id |
Komentar
Posting Komentar