| |
| MODUL PERKULIAHAN |
|
|
| PSIKOLOGI KOMUNIKASI
PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL “ATRAKSI INTERPERSONAL HUBUNGAN INTERPERSONAL” |
|
|
|
|
|
|
Fakultas | Program Studi | Tatap Muka | Kode MK | Disusun Oleh | ||||
Ilmu Komunikasi | Public Relations | 5 | MK85006 | Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom. | ||||
Abstract | Kompetensi | |||||||
Pokok bahasan dalam Proses Komunikasi Interpersonal ini meliputi: Atraksi Interpersonal,Hubungan Interpersonal. | Mampu memahami dan menjelaskan psoses psikologis komunikasi Inter personal |
ATRAKSI INTERPERSONAL
Atraksi interpersonal adalah ketertarikan yang terjadi diantara peserta komunikasi interpersonal. Makin tertarik kita pada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan orang tersebut. Kesukaan pada orang lain, sikap positif, dan daya tarik seseorang inilah yang disebut atraksi interpersonal.
Faktor-Faktor Personal Yang Memengaruhi Atraksi Interperonal
Kesamaan Karakteristik Personal. Orang-orang yang meiliki kesmaan dalam nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Reader dan English menemukan bahwa mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya. Penelitian tentang pengaruh kesamaan ini banyak dilakukan dengan berbagai kerangka teori. Atas kesamaan ini pada kenyataan bukanlah satu-satunya determinan atraksi. Atraksi interpersonal akhirnya merupakan gabungan dari efek keseluruhan interaksi di antara individu. Walaupun begitu, bagi komunikator, lebih tepat untuk mulai komunikasi dengan mencari kesamaan di antara semua peserta komunikasi.
Tekanan Emosional (stress). Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskan atau harus memikul tekanan emosional, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Stanley Schahter membuktikan pernyataan tersebutdengan sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada kelompok pertama diberitahukan bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan. Kepada kelompok kedua dibertahukan bahwa mereka hanya akan mendapat kejutan ringan saja. Schachter menemukan di antara subjek pada kelompok pertama (kelompok yang tingkat kecemasannya tinggi), 63 persen ingin menunggu bersama orang lain, dan di antara subjek pada kelompok kedua hanya 33 persen yang memerlukan sahabat. Schachter menyimpulkan bahwa situasi penimbul cemas (anxiety producing situations)meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang. Orang-orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi.
Harga Diri yang Rendah. Kesimpulan penelitian Walster, bila harga diri direndahkan, hasrat afliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih-sayang orang lain. Dengan perkataan lain, orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.
Isolasi Sosial. Manusia adalah makhluk sosial—itu sudah diketahui orang banyak. Manusia mungkin tahan hidup terasing beberapa waktu, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Beberapa orang peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial amat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain. Bagi orang yang terisolasi sepertinarapidana, petugas di rimba, atau penghuni pulau terpencil kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Karena manusia cenderung menyukai orang yang mendatangkan kebahagiaan, maka dalam konteks isolasi sosial, kecenderunganya untuk menyenangi orang lain bertambah.
Faktor-Faktor Situasional yang Memengaruhi Atraksi Interpersonal
Daya Tarik Fisik (Physical Attractiveness). Beberapa peneliti telah mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab utama atraksi personal. Kita senang pada orang-orang yang tampan dan cantik. Mereka, pada gilirannya, sangat mudah memeroleh simpati dan perhatian orang.
Ganjaran (Reward). Kita menyenangi orang yang memberikan ganjaran kepada kita. Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita; kita akan menyenangi orang yang memuji kita. Menurut teori pertukaran sosial (social exchange theory), interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak daripada biaya. Atraksi, dengan demikian, timbul pada interaksi yang banyak mendatangkan laba. Bila pergaulan saya dengan Anda sangat menyenangkan, sangat menguntungkan dari segi psikologis atau ekonomis, kita akan saling menyenangi.
Familliarity. Familliarity artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Prinsip familliarity dicerminkan dalam peribahasa Indonesia, “Kalau tak kenal, maka tak sayang” (lebih jelas lagi dalam bahasa Jawa, “Witing tresno jalaran soko kulino”). Jika kita sering berjumpa dengan seseorang, asal tidak ada hal-hali lain, kita akan menyukainya.
Kedekatan (proximity). Erat kaitannya dengan familliarity adalah keekatan. Orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah tumbuh di antara tetangga yang berdekatan atau di antara mahasiswa yang duduk berdampingan. Mungkin dipertanyakan apakah karena saling menyukai orang berdekatan atau karena berdekatan orang saling menyukai. Keduanya benar. Bahwa orang yang berdekatan tempatnya saling menyukai, seiring dianggap hal yang biasa. Dari segi psikologis, ini hal yang luar biasa –bagaimana tempat yang kelihatannya netral mampu mempengaruhi tatanan psikologis amnusia. Ini berati, kita juga dapat memanipulasikan tempat atau desain arsitektural untuk menciptakan persahabatan dan simpati. Barangkali pembauran akan diperlancar dengan mendekatkan rumah-rumah orang yang nonpribumi dengan rumah-rumah orang pribumi (Maaf saya tidak menemukan istilah lain).
Kemampuan (Competense). Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Orang-orang yang sukses di bidang apapun ---profesional atau nonprofesional--- umumnya mendapat simpati orang banyak. Walaupun demikian, seperti faktor-faktor atraksi lainnya, ada beberapa situasi ketika kemampuan tidak menimbulkan atraksi interpersoanal. Aronson menemukandalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang paling disenangi adalah orang memiliki kemampuan tinggi, tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. Ia menciptakan empat kondisi eksperimental: (1) orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah; (2) berkemampaun tinggi tapi tidak berbuat salah; (3) orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah; an (4) orang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah. Orang yang pertama dinilai lebih menarik, dan orang yang ketiga dinilai paling tidak menarik. Orang yang sempurna tanpa kesalahan adalah yang kedua dalam hal daya tarik. Dan orang biasa yang tidak berbuat salah, menduduki urutan ketiga. Jadi, jika Anda cerdas, tampan, dan serba bisa, usahakanlah supaya Anda tidak terlalu sempurna, tunjukkan kelemahan Anda. Sebab, kalau Anda sempurna betul, Anda bukan “man” lagi, tapi “superman”.
Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunkasi Interpersonal
Penafsiran Pesan dan Penilaian. Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional. Oleh karena itu, kietika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negative.
Efektivitas Komunikasi. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila Anda berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan Anda, Anda akan menyenangi mereka. Komunikasi pun berlangsung lebih santai, gembira, dan terbuka. Berkumpul dengan orang-orang yang Anda benci akan membuat Anda tegang, resah, dan tidak enak. Anda akan menutup diri dan menghindari komunikasi. Anda ingin segera mengakhiri komunikasi Anda.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan intererpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik di antara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan yang jelek.” Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekadar menyampaikan isi pesan; kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal –bukan hanya menentukan “content” tetapi juga “relationship”.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat meyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat presepsinya tentang orang lain dan presepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara komunikan. Karena pentingnya hubungan interpersonal ini, kitaakan membicarakan beberapa teori tentang hubungan interpersonal. Teori–teori ini memberikan persepektif untuk memandang proses hubungan interpersonal dan memberikan penjelasan tentang faktor – faktor yang memengaruhi hubungan interpersonal.
Teori – Teori Hubungan Interpersonal
Model pertukaran social. Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami dalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi Ganjaran dan biaya.” Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini. Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Misalnya berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Biaya adalah akibat yang dinalai negative, yang terjadi dalam suatu hubungan. Misalnya berupa waktu, usaha, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek efek yang tidak menyenangkan. Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memeroleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Misalnya, Anda mempunyai kawan yang pelit dan bodoh. Anda banyak membantunya, tetapi hanya sekedar supaya persahabatan dengan dia tidak putus. Bantauan Anda (biaya) ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang Anda terima. Anda rugi. Menurut teori pertukaran sosial, hubungan Anda dengan sahabat pelit itu mudah sekali retak dan digantikan dengan hubungan baru dengan orang lain.
Model peranan. Model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan perananya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan (role expectation) dan tuntunan peranan (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skills), dan terhindar dari konflik peranan dan kerancauan pernanan.
Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok. Guru di harapkan berperan sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi contoh yang baik bagi murid muridnya. Jendral diharapkan berperan sebagai Pembina tentara yang berani dan tegas. Suami diharapkan mencintai dan menghormati istrinya. Guru yang berbuat jahat, jendral yang takut kecoak, suami yang memperbudak istrinya, tidak memenihi ekspektasi peranan.
Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebenahkan kepadanya. Desakan sosial dapat berwujud sebagai sanksi sosial dan dikenakan bila individu menyimpang dari peranannya. Dalam hubungan interpersonal, desakan halus atau kasar dikenakan pada orang lain agar ia melaksanakan peranannya.
Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu; kadang kadang di sebut juga kompetensi sosial (social competence). Di sini, sering dibedakan antara keterampilan kognitif dan keterampilan tindakan. Keterampilan kognitif menunjukkan kemapuan individu untuk memersepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya – ekspektasi peranan. Keterampilan tindakan menunjukkan kemampuan melaksanakan peranan sesuai dengan harapan harapan ini. Dalam kerangka kompetensi sosial, keterampilan peranan juga tampak pada kemampuan “menangkap” umpan balik dari orang lain sehingga dapat menyesuaikan pelaksanaan peranan sesuai dengan harapan orang lain. Hubungan interpersonal amat bergantung pada kompetensi sosial ini.
Konflik peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif, misalnya seorang bapak yang berperan juga sebagai polisi untuk menangani perkara anaknya, atau wanita muda yang memainkan peranan istri, ibu, dan pengacara sekaligus; atau bila individu merasa bahwa ekspektasi peranan tidak sesuai dengan nilai nilai yang di anutnya dan konsep diri yang dimilikinya. Agak dekat dengan konflik peranan ialah kerancuan peranan. Ini terjadi jika individu berhadapan dengan situasi ketika ekspektasi peranan tidak jelas baginya.
Model Permainan. Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia – orang tua, orang dewasa, dan anak. Orang tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita. Orang dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situasi, dan biasanya berkenan dengan masalah masalah penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan. Dalam hubungan interpersonal, kita menampilkan salah satu aspek kepribadian kita (orang tua, orang dewasa, anak). Istri saya menyadari rasa sakit saya, dan ia mau merawat saya seperti seorang ibu (Ini kepribadian orang tua). Hubungan interpersonal saya akan berlangsung baik.
Model Interaksional. Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktual, integratif, dan medan. Semua sistem, terdiri atas subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak bersama sebagai satu kesatuan. Untuk memahami sistem, kita harus melihat struktur. Selanjutnya semua sistem mempunyai kecenderunagan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat-sifatnya. Untuk menganalisanya kita harus melihat pada karakteristik individu-individu yang terlibat, sifat-sifat kelompok, dan sifat-sifat lingkungan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksaan peranan, serta permainan yang dilakukan. Dengan singkat, model interaksional mencoba menggabungkan model pertukaran, peranan, dan permainan.
Tahap-tahap hubungan interpersonal
Pembentukan hubungan interpersonal. Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (acquaintance process).Fokus kita ialah pada proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan hubungan. Perkenalan adalah proses komunikasi dimana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepda bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan .Informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokan pada tujuh kategori: (1) informasi demografis; (2) sikap dan pendapat: tentang orang atau objek; (3) rencana yang akan datang; (4) kepribadian: misalnya, “ bagaimana anda menghadapi kenaikan harga ini?”; (5) perilaku pada masa lalu. Misalnya. “ apakah anda kenal dengan Arko Sukatendel?”; (7) hobi dan minat.
Peneguhan hubungan interpersonal. Hubungan Interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan (equilibrium). Ada empat faktor yang amat penting dalam memelihara keseimbangan ini: keakraban, kontrol, respons yang tepat,dan nada emosiaonal yang tepat. 1. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. 2. Kesepakatan tentang siapa yang akna mengontrol siapa, jika ada perbedaan dalam pengambilan keputusan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, siapakan yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah. 3. Ketepatan respons; artinya respons A harus diikuti oleh respons B yang sesuai. Jika rekan anda berbicara serius, maka tanggapilah dengan serius dan jangan main-main dan dengan nada emosional yang tepat.
Faktor–Faktor yang Menumbuhkan HubunganInterpersonal dalam komunikasi Interpersonal
Percaya (trust), Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting. Secara ilmiah, ”percaya” didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko”. Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya: (1) ada situasi yang menimbulkan risiko. Bila orang menaruh kepercayaan kepada seseorang, ia akan menghadapi risiko. Risiko itu dapat berupa kerugian yang Anda alami. Bila tidak ada risiko, percaya tidak diperlukan; (2) orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat – akibat nya tergantung pada perilaku orang lain; (3) orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik darinya. Selain pengalaman, ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya yaitu: menerima, empati dan kejujuran.
Sikap Suportif. Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.
Komunikasi defensif dapat terjadi karean faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional. Diantara faktor-faktor situasional adalah perilaku komunikasi orang lain. Jack R.Gibb menyebut enam perilaku yang menimbulkan suportif. Tulisan Gibb ini ---sebetulnya hanya artikel dalam journal of communication--- banyak dikutip ahli-ahli komunikasi interpersonal. Secara singkat perilaku yang menimbulkan iklim defensif dan suportif diperhatikan pada daftar berikut:
Perilaku Defensif dan Suprotif dari Jack Gibb | |
1. Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain; memuji atau mengecam. Dalam mengevaluasi, kita mempersoalkan nilai dan motif orang lain. Bila kita menyebutkan kelemahan orang lain, mengungkapkan betapa jelek perilakunya, meruntuhkan harga dirinya, kita akan melahirkan sikap defensif. | 1. Deskripsi dapat terjadi juga ketika kita mengevaluasi gagasan orang lain, tetapi orang “merasa” bahwa kita menghargai diri mereka (menerima mereka sebagai individu yang patut di hargai). |
2. Kontrol artinya berusaha untuk mengubah, mengendalikan perilakunya, sikap, pendapat, dan tindakannya. Melakukan kontrol juga berarti mengevaluasi orang lain sebagai orang yang jelek sehingga perlu diubah. Setiap orang tidak ingin didominasi orang lain. Kita ingin menentukan perilaku yang kita senangi. Oleh karena itu, kontrol orang lain akan kita tolak | 2. Orientasi masalah, Anda mengajak orang lain bersama-sama untuk menciptakan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya. |
3. Strategi adalah pengunaan tipuan atau manipulasi untuk memengaruhi orang lain. | 3. Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam. Bila orang tahu kita melakukan strategi, ia akan menjadi defensif. |
4. Netralitas berarti sikap impersonal --- memperlakukan orang lain tidak sebagai persona, melainkan menunjukkan sikap tak acuh, tidak menghiraukan perasaan dan pengalaman orang lain | 4. Empati (yang sudah kita uraikan di muka). Tanpa empati, orang seakan-akan “mesin” yang hampa perasaan dan tanpa perhatian |
5. Superioritas artinya sikap menunjukkan Anda lebih tinggi atau lebih daripada orangn lain karena status, kekuasaan, kemampuan, intelektual, kekayaan, atau kecantikan (dalam istilah Islam, ini disebut takabur). Superioritas akan melahirkan sikap defensive | 5. Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan, Anda tidak mempertegas perbedaan. Status boleh jadi berbeda, tetapi komunikasi Anda tidak vertikal. |
6. Dekat dengan superioritas adalah kepastian (certainly). Orang yang memiliki kepastian besifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat. | 6. Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa manusia adalah tempat kesalahan; karena itu wajar juga kalau suatu saat pendapat dan keyakinannya bisa berubah (“Provisional”,dalam bahasa inggris, artinya bersifat sementara atau manunggu sampai ada bukti yang lengkap). |
Sikap terbuka. Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatism; sehingga untuk memahami sikap terbuka, kita harus mengindentifikasikan lebih dahulu kaakteristik orang dogmatis. Dengan menggunakan Brooks dan Emmert (1977) sebagai rujukan, karakteristik orang yang bersikap terbuka dikontraskan dengan karakterisik orang tertutup (dogmatis) dalam daftar di halam berikut.
|
|
1. Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan keajegan logika.2. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa , dsb.3. Beriorientasi pada isi.4. Mencari informasi dari berbagai sumber.5. Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.6. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.
| 1. Menilai pesan berdasarkan motif – motif pribadi2. Berpikir simplistic, artinya berpikir hitam-putih(tanpa buansa)3. Berdasar lebih banyak pada sumber pesan dari pada isi pesan4. Mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumbernya sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain5. Secara kaku mempertahanan dan memegang teguh system kepercayaannya.6. Menolak, mengabaikan mendistorsi dan menolak pesan yang tidak konsisten dengan system kepercayaannya |
Marilah kita melihat contoh – contoh yang lebih jeals dan karakteristik orang yang dogmatis atau bersikap tertutup:
Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yang efektif, dogmatism harus digantikan dengan sikap terbuka. Bersama – sama dengan sikap percaya dan sikap suprtif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan – paling penting – saling mengembankan kualitas hubungan interpersonal.
Daftar Pustaka
Rakhmat, Jalaludin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riswandi. 2013. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu
‘13 | Psikologi Komunikasi | Pusat Bahan Ajar dan eLearning | |
|
| Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom | http://www.mercubuana.ac.id |
Komentar
Posting Komentar