| |
| MODUL PERKULIAHAN |
|
|
| PSIKOLOGI KOMUNIKASI
SISTEM KOMUNIKASIMASSA |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| Fakultas | Program Studi | Tatap Muka | Kode MK | Disusun Oleh |
|
| Ilmu Komunikasi | Public Relations | 09 | MK85006 | Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom. |
|
Abstract | Kompetensi |
|
|
Pokok bahasan dalam Proses KomunikasiMassa: Pengertian Komunikasi Massa,Sistem Komunikasi Massa Dan Sistem Komunikasi Interpersonal.
| Mampu memahami dan menjelaskan komunikasi massa dan perubahan sikap dan perilaku |
Pengantar
Emil Dofivat menyatakan bahwa abad ini disebut abad komunikasi massa. Komunikasi telah mencapai suatu tingkat di mana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak. Teknologi komunikasi mutakhir telah menciptakan apa yang disebut “publik dunia” atau Weltoffentlichkeit (Dofivat, 1967). Pendaratan manusia di bulan, kunjungan Soeharto ke Amerika Serikat, pembunuhan massal di Libanon dapak disaksikan di seluruh penjuru bumi. Bersamaan dengan perkembangan teknologi komunikasi ini, meningkat pula kecemasan tentang efek media massa terhadap khalayaknya.
Sejak tahun 1964 komunikasi massa telah mencapai publik dunia secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini secara teoritis kita akan mampu memperlihatkan satu gambar, memperdengarkan satu suara kepada tiga myliar manusia di seluruh dunia secara simultan. Komunikator hanya tinggal menyambungkan alat pemancar dan jutaan orang tinggal menyetel alat penerima. Secara teknis hal ini sudah lama dapat dilakukan. Yang masih harus diperdebatkan ialah: Komunikator mana yang harus bicara, dan gambar apa yang harus diperlihatkan.
Psikologi telah lama menelaah efek komunikasi massa pada perilaku penerima pesannya. Annual Review of Psychology hampir selalu menyajikan berbagai hasil penelitian psikologis tentang efek komunikasi massa. Sesuai dengan kerangka faktor-faktor personal dan situsional yang memengaruhi perilaku manusia, dalampembahasan ini kita akan melihat bagaimana karakteristik individu memengaruhi pengunaan media, di samping meneliti pengaruh media massa pada sistem kognitif dan sistem afektif khalayaknya. Kita akan berusaha menjawab pertanyaan: Betulkah media massa ini amat kuat dalam mengubah sikap dan perilaku khalayak? Betulkah media massa tidak hanya sanggup memperkokoh nilai, sikap, dan perilaku, tetapi juga sanggup membentuk, mengarahkan, dan mengubahnya?
Pengertian Komunikasi Massa
Banyak pengertian tentang komunikasi massa yang diutarakan oleh para ahli, diantaranya yaitu:
Dari sekian banyak pengertian tentang komunikasi massa, selanjutnya Jalaludin Rakhmat merangkum definisi-definisi di atas, di sini komunikasi diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Sistem Komunikasi Massa Dan Sistem Komunikasi Interpersonal
Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, secara teknis kita dapat menunjukkan empat tanda pokok dari komunikasi massa menurut Elizabeth-Noelle Neumann: (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologis yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal. Ini tampak pada pengendalian arus informasi, umpan balik, stimuli alat indra, dan proporsi unsur isi dengan hubungan.
Sistem Komunikasi Massa | Sistem Komunikasi Interpersonal |
Pengendalian arus informasi Arus informasi tidak dapat dikendalikan, misalnya kita tidak dapat menghentikanpembaca berita dengan perkataan, “Sebentar dulu, ada yang belum saya pahami. Kita tidak akan dapat mempengaruhi pembaca beritasupaya mengubah pembicaraan isi beritanya. Mengapa? Karena kita dengan pembaca berita sedang terlibat dalam proses komunikasi massa. | Pengendalian arus informasi Arus informasi dapat dikendalikan, misalnya misalnya, saya memberikan kuliah kepada Anda, maka anda dapat mengarahkan perilaku komunikasi saya. Bila saya berbicara “ngawur”, Anda dapat menegur saya dan mengembalikan saya pada “jalan yang lurus”. Saya juga dapat mengubah informasi yang saya sampaikan karna yang reaksi yang saya terima dari Anda. Keadaan ini mempengaruhi efek psikologi peristiwa komunikasi. |
Umpan balik Hal yang sama terjadi pada umpan balik sebagai peneguhan. Redaktur surat kabar, majalah, atau penyiar radio dan televisi hanya memperoleh umpan balik dalam keadaan terlambat (delayed feedback). Omzet yang terjual habis dalam wakyu cepat, gejolak sosial yang timbul sesudahnya, mungkin memengaruhi penerbitan surat kabar dan majalah pada waktu berikutnya. Akan tetapi, berbeda dengan komunikasi interpersonal, pengaruh umpan balik peneguhan ini tidak terjadi pada situasi komunikasi tertentu secara serentak. | Umpan balik Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas dan lewat berbagai saluran pada komunikasi interpersonal. Bila Dosen memberikan kuliah pada Mahasiswa secara tatap muka, Dosen akan memperhatikan bukan saja ucapan Mahasiswa, tetapi juga kernyitan mata, gerakan bibir, posisi tubuh, intonasi suara, dan tidak terhitung lambang non verbal lainnya.
|
Stimuli alat indra Dalam komunikasi massa, stimulus alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar. Pada televisi dan film, kita mendengar dan melihat. McLuhan (1964) pernah populer pada tahun 60-an ketika ia menguraikan perkembangan sejarah berdasar penggunaan media massa. Ia membagi sejarah umat manusia pada tiga babak: (1) Babak tribal ketika alat indera manusia bebas menangkap berbagai stimulus tanpa dibatasi teknologi komunikasi; (2) Babak Gutenberg, ketika mesin cetakmenyebabkkan orang berkomunikasi secara tertulis dan membaca dari kiri ke kanan; di sini, hanya indera mata yang mendapat stimulus, sehingga manusia akan cenderung berpikir linear; (3) Babak Neotribal, ketika alat-alat elektronis memungkinkan manusia menggunakan beberapa macam alat indera dalam komunikasi. | Stimuli alat indra Dalam komunikasi interpersonal, seperti yang telah diuraikan pada umpan balik, orang menerima stimulus lewat seluruh alat inderanya. Ia dapat mendengar, melihat, mencium, meraba, dan merasa (bila perlu). |
Proporsi unsur isi dengan hubungan Unsur isi sangat penting. Sistem komunikasi massa justru menekankan menjelaskan “apanya”. Berita disusun berdasarkan sistem tertentu dan ditulis dengan menggunakan tanda-tanda baca dan pembagian paragraf yang tertib. Pesan media massa juga dapat dilihat atau didengar kembali. Bagian-bagian berita yang penting dapat di kliping dan dilihat kembali bila diperlukan. TVRI seringmengadakan siaran ulangan. Pesan media massa dapat disimpan, diklasifikasikan, dan didokumentasikan. | Proporsi unsur isi dengan hubungan Unsur hubungan sangat penting. Ketika Anda berkomunikasi dengan suami anda, pesan yang Anda sampaikan tidak berstruktur, tidak sistematis, dan sukar disimpan atau dilihat kembali (retrival). Dalam komunikasi interpesonal, yang memnentukan efektivitas bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan menusiawi: bukan “apanya” tetapi ‘bagaimana”.
|
Sejarah Penelitian Efek Komunikasi Massa
“Pada malam tanggal 30 oktober 1938, ribuan orang Amerika panik karena siaran radio yang menggambarkan serangan makhluk Mars yang mengancam seluruhperadaban manusia. Barangkali tidak pernah terjadi sebelumnya, begitu banyak orang dari berbagai lapisan dan di berbagai tempat di Amerika secara begitu mendadak dan begitu tegang tergoncangkan oleh apa yang terjadfi waktu itu,”begitu Hadley Cantril memulai tulisannya tentang The invasion of Mars. (Schramm, 1977: 579)
Sebuah pemancar radio menyiarkan sandiwara Orson-Welles. Sandiwara ini begitu hidup sehinga orang menduga bahwa yang terjadi adalah laporan pandangan mata.Sekurang-kurangnya satu juta orang ketakutan atau tergoncangkan”. Benarkah media massa perkasa? Elizabeth Noelle-Neumann menjawab pertanyaan ini sebagai berikut. Menurut Noelle Neuman, penelitian efek media massa selama empat puluh tahun mengungkapakan kenyataan bahwa efek media massa tidak perlu diperhatikan; efeknya tidak begitu berarti.
Periode | Tokoh | Perkembangan |
Tahun 1940 pada pasca—Perang Dunia l | Harold Laswell | Menganalisis teknik teknik propaganda yang dipengaruhi oleh pendeta radio Father Coughlin. Pada saat yang sama, behaviorisme dan psikolog instink sedang populer dikalangan ilmuwan. Keduanya melahirkan apa yang disebut dengan Melvin DeFleur (1975) sebagai instinctive S R theory. Menurut teori ini , media menyajikan stimulus perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Teori ini disebut juga “teori peluru” (bullet theory) atau “model jarum hipodermis” yang menganalogikan pesan komunikasi seperti obat yang disuntikkan dengan jarum kebawah kulit pasien. Ellizabet Noelle Neumann (1973) menyebut teori ini the concept of powerfulmas media. |
Tahun 1940 an | Carl I Hovland | Melakukan beberapa penelitian eksperimental untuk menguji efek film terhadap tentara. Ia dan kawan kawannya menemukan bahwa film hanya efektif dalam menyampaikan informasi, tetapi tidak dalam mengubah sikap. |
Tahun 1940 an | Paul Lazarsfeld | Menemukan bahwa media massa hampir tidak berpengaruh sama sekali. Alih alih sebagai agent of conversion (media untuk mengubah perilaku), media massa lebih berfungsi untuk memperteguh keyakinan yang ada. Pengaruh media massa juga disaring oleh pemuka pendapat. Pengaruh interpersonal ternyata lebih dominan daripada media massa. Khalayak juga bukan lagi tubuh passif yang menerima apa saja yang disuntikkan kedalamnnya. Khalayak menyaring informasi melalui proses yang disebut terpaan selektif (selective exposure) dan persepsi selektif (selective perception). |
Tahun 1940 an | Leon Festinger | Muncul theory of cognitive dissonance (teori disonansi kognitif). Teori ini menyatakan bahwa individu berusaha menghindari perasaan tidak senang dan ketakpastian dengan memilih informasi yang cenderung memperkokoh keyakinannya, sembari menolak informasi yang bertentangan dengan kepercayaan yang diyakininnya. Berbagai penelitian 1940 dan 1950an makin membuktikan keterbatasan, pengaruh media massa |
Tahun 1960 | Joseph Klapper | Menerbitkan buku The Effects Of Mass Comunnication. Dari rangkuman hasil hasil penelitian, klapper, antara lain, menyimpulkan bahwa efek komunikasi massa terjadi lewat serangkaian faktor factor perantara. Factor factor perantara itu termasuk proses selektif (persepsi selektif, terpaan selektif, dan ingatan selektif, dan proses kelompok, norma kelompok, dan kepemimpinan opini. McQuail merangkumkan semua penemuan penelitian pada periode ini sebagai berikut: 1) Ada kesepakatan bahwa bila efek terjadi, efek itu sering kali berbentuk peneguhan dari sikap dan pendapat yang ada.2) Sudah jelas bahwa efek berbeda beda tergantung pada prestise atau penilaian terhadap sumber komunikasi.3) Makin sempurna monopoli komunikassi massa, makin besar kemungkinan perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki.4) Sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan memengaruhi kemungkinan pengaruh media-“komunikasi massa efektif dalam menimbulkan pergeseran yang berkenaan dengan persoalan yang tidak dikenal, tidak begitu dirasakan, atau tidak begitu penting.”5) Pemilihan dan penafsiran isi oleh khalayak dipengaruhi oleh pendapat dan kepentingan yang ada dan oleh norma norma kelompok.6) Sudah jelas juga bahwa struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus komunikasi, mambatasi, dan menentukan efek yang terjadi. |
Setelah para peneliti menyadari betapa sukarnya melihat efek media massa pada orang, para peneliti sekarang memperhatikan apa yang dilakukan orang terhadap media massa. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Pendekatan ini yaitu “uses and gratification (penggunaan dan pemuasan)” | ||
Periode | Tokoh | Perkembangan |
Tahun 1959 | Elihu Katz | Penggunaan media adalah salah satu cara untuk memeroleh pemenuhan kebutuhan, maka efek media sekarang didefinisikan sebagai situasi ketika pemuasan kebutuhan tercapai. Kita akan berjumpa lagi dengan pendekatan uses and gratification ketika kita membicarakan factor factor personal yang memengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa. Model uses and gratification boleh disebut sebagai model efek moderat sebagai bandingan terhadap model efek terbatas dari klapper. Model lain yang termasuk model efek moderat adalah pendekatan agenda setting yang dikembangkan oleh Maxwell E. Mc Comb dan Donald L. Shaw. Menurut teori ini, media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. |
Tahun 1973 | Mendelsonn | Kampanye media massa terbukti mempunyai efek yang penting terhadap sikap dan perilaku. Di jerman, Elisabeth Noelle Neumann menekankan pentingnya kembali kepada konsep efek perkasa dari media massa. Menurut Noelle Neumann, penelitian terdahulu tidak memperhatikan tiga factor penting dalam media massa. Factor itu bekerja sama dalam membatasi presepsi yang selektif. Ketiga factor itu adalah ubiquity (serba ada), kumulasi pesan, dan keseragaman wartawan. Ubiquity artinya serbaada. |
Tahun 1982 | Frederick Williams | Pada abad ini terjadi revolusi komunikasi. Ada yang menyebutnya bahkan “ledakan komunikasi” (the comunnicatin explosion). Frederick Williams dalam bukunya The Communication Revolutions, melukiskan bagaimana teknologi komunikasi mengubah pola kehidupan santai kita, transportasi, kesehatan, politik, pendidikan, dan seluruh tatanan social kita. |
Secara singkat kita telah melacak perkembangan penelitian efek komunikasi dari periode Perang Dunia I sampaisekarang. Pada 50 tahun terakhir, dalam dunia komunikasi terjadi kemajuan komunikasi yang jauh lebih cepat dari pada puluhan ribu tahun sebelumnya. Mungkin orang memandang pesimistis pada kebebasan manusia pada abad technetronic (teknologi elektronis) yang akan datang. Namun seperti telah kita katakan pada bagian terdahulu manusia bukanlah robot yang pasif yang dikontrol lingkungan. Setiap manusia mempunyai cara yang unik untuk mengalami lingkungan secara fenomenologis. Oleh karena itu, sebelum kita mengulas efek media massa, kita akan membicarakan dulu faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada media massa.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro. 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Rakhmat, Jalaludin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
‘13 | Psikologi Komunikasi | Pusat Bahan Ajar dan eLearning | |
|
| Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom | http://www.mercubuana.ac.id |
Komentar
Posting Komentar