| |
| MODUL - 11 |
|
|
| Kewirausahaan-I |
|
|
|
Pengembangan Ide Usaha |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| Fakultas | Program Studi | Tatap Muka | Kode MK | Disusun Oleh |
|
|
Fikom |
Penyiaran | 11 |
A51612EL |
Yasan Endrawan, S.Pd, MM. |
|
Abstract | Kompetensi |
|
|
Pada materi ini akan dibahas mengenai sumber penemuan ide baru, penyaringan ide, proses perencanaan dan pengembangan produk dan manajemen proses produk baru serta karakteristiknya.
| Mahasiswa diharapkan mampumemahami dan menemukan ide-ide baru yang berkaitan dengan bisnis atau usaha dan mampu mengembangkannya dengan mengupayakan manajemn proses produk yang baru.
|
Pengembangan Ide Usaha
PENDAHULUAN
Sesuai dengan pengelompokkan program pembangunan di bidang ekonomi menurut Program pembangunan nasional 2000 – 2004 ke dalam tujuh kelompok program antara lain kelompok program pertama, yaitu menanggulangi kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan kelompok program kedua, yaitu mengembangkan usaha skala mikro, kecil menengah dan koperasi, maka program-program yang harus dilaksanakan dan penting untuk digarisbawahi adalah :
1. Program penciptaan iklim usaha yang kondusif
2. Program peningkatan akses kepada sumber daya produktif
3. Program pengembangan kewirausahaan dan kredit usaha kecil menengah berkeunggulan kompetitif.
Sudah bukan rahasia umum bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau disebut juga Usaha Mikro, Kecil dan Mengengah (UMKM), sangat besar memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Kelompok yang semuanya merupakan para entrepreneur ini bahkan mampu bertahan pada saat kondisi bangsa mengalami krisis keuangan. Indonesia membutuhkan banyak wirausaha handal. Saat ini perbandingan jumlah wirausahawan terhadap jumlah penduduk sangat kurang, karena masih dibawah 2% padahal menurut Sosiolog David McClelland berpendapat,”Suatu negara bisa menjadi makmur bila ada entrepreneur (pengusaha) sedikitnya 2% dari jumlah penduduknya”.
Untuk meningkatkan presentasi tersebut, perlu partisipasi dan sinergi dari pemerintah, pendidikan, bisnis, dan masyarakat. Dengan sinergi ini diharapkan dapat menjadikan entrepreneurship sebagai gerakan nasional, sehingga pertumbuhan entrepreneur tumbuh berkembang dalam mendukung perekonomian nasional. Data BPS menunjukkan bahwa sampai akhir 2010 sebanyak 51,259 juta atau sekitar 99,99% unit usaha yang ada di Indonesia tergolong dalam kelompok UMKM. Kelompok usaha ini mampu menyerap tenaga kerja lebih kurang 89,3% dari total para pekerja
Saat ini jumlah pengangguran di Indonesia relatif cukup besar, pada tahun 2010 jumlah angkatan kerja adalah 113,74 juta yang tidak terserap adalah 9,26 juta pengangur, dan 1.198.000 diantaranya adalah sarjana yang menganggur.
Kondisi di atas, menjadi tantangan bagi para sarjana pada saat ini, ditengah-tengah terbatasnya lapangan kerja dan kesulitan mencari pekerjaan, terdapat peluang yang sangat besar untuk mengembangkan usaha, baik usaha kecil, menengah maupun besar untuk menciptakan lapangan kerja baik bagi dirinya sendiri, bagi orang lain yang memperoleh pekerjaan, maupun bagi bangsa dan negara sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi.
Ditambah lagi, menjadi wirausaha tidak hanya sekedar dapat memulai dan mendirikan suatu usaha begitu saja, melainkan dituntut mampu mengarahkan usahanya pada keadaan yang terus menguntungkan dan memperoleh keunggulan bersaing yang berkelanjutan atau terus menerus dibandingkan pesaing-pesaingnya. Maka diperlukan suatu sikap yang mampu menghadapi setiap kemungkinan yang terjadi dalam menjalankan suatu usaha dengan berpegang pada keyakinan dan kemampuan individu yang handal. Jadi wirausaha membutuhkan kemauan dan tujuan yang jelas apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya.
Pertanyaan yang muncul, adalah kemudian apakah semua wirausaha yang dimaksud dapat dilahirkan melalui program pendidikan formal yang ada? Kalau jawabannya ya, berarti merupakan keberhasilan dunia bagi pendidikan kita, tetapi kalau sebaliknya, berarti akan menjadi masalah besar yang harus dihadapi oleh berbagai lembaga pendidikan untuk mengkaji ulang dan membuat program yang mendorong terciptanya wirausaha-wirausaha muda.
Untuk itulah, mata kuliah kewirausahaan ini diajarkan pada mahasiswa Universitas Mercu Buana sebagai Mata Kuliah Ciri Universitas dan diharapkan dapat menciptakan wirausahawan-wirausahawan baru sekaligus mampu meningkatkan image UMB di tengah masyarakat.
Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah kewirausahaan ini diharapakan mempunyai gambaran yang jelas tentang kewirausahaan dan termotivasi menjadi wirausaha, mempunyai role model wirausahawan, mempunyai mental dan sikap yang kuat untuk menjadi pengusaha, berwira usaha dengan kreatif dan berinovasi, mengenali peluang dan mulai memilih wirausaha, menentukan wirausaha yang akan dilaksanakan, melakukan perencanaan bisnis dan operasionalnya, perencanaan investasi dan keuangan, merancang strategi pemasaran, prilaku/etika pengusaha (etika bisnis), dapat membuat bussines plan dengan benar
Mata kuliah ini dilengkapi dengan berbagai kisah orang sukses dalam menjalankan usaha, kiat-kiat, keterampilan-keterampian dan kemampuan-kemampuan dasar dalam penerapan, kajian kasus dan latihan-latihan yang dipandu oleh dosen
Tujuan akhir setelah mengikuti mata kuliah ini adalah mahasiswa mampu:
PENGEMBANGAN IDE USAHA
I. SUMBER PENEMUAN IDE-IDE BARU
Sumber ide biasanya berkaitan dengan hal-hal atau kegiatan yang menyangkut organisasi atau lembaga yang ada hubungannya dengan bisnis, seperti :
1.1 Konsumen
Dengan memperhatikan potensial konsumen terutamaneeds dan wants mereka maka dapat menimbulkan ide-ide usaha baik untuk produk baru ataupun perbaikan dari produk yang sudah ada. Seperti need konsumen peminum kopi yang tinggi akan macam cita
rasa kopi serta want mereka akan tempat minum kopi yang memungkinkan mereka menikmati kopi dengan santai dan beramai-ramai dengan kolega mendorong tumbuhnya warung kopi di mal-mal atau perkantoran baik dari luar negeri (Coffe Bean dan Starbucks) serta dari dalam negeri (Kopi Luwak, Nescafe dll).
1.2 Perusahaan yang sudah ada
Terkadang dari produk yang sudah ada dipasar belum memenuhi tingkat kebutuhan konsumen sehingga diperlukan perbaikan produk ataupun pengembangan produk tersebut.
Selain itu penanganan perusahaan terhadap produk yang tidak baik juga dapat mendorong terciptanya ide untuk cara menangani produk yang dapat menciptakan produk lebih sesuai dengan konsumen. Contohnya adalah pada industri mobil tahun 1990 an dimana Toyota Kijang dari Toyota menguasai pasar mobil niaga khususnya yang memiliki bonnet (hidung) karena tidak mempunyai pesaing. Hal ini mendorong pabrik lain seperti Isuzu mengeluarkan Isuzu Panther dan Mitsubishi yang mengeluarkan Mitsubishi Kuda.
1.3 Saluran Distribusi
Pendistribusian yang tidak merata atau tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen dapat menimbulkan ide-ide usaha untuk menyempurnakan produk ataupun menciptakan produk baru. Contohnya adalah Pendistribusian Pendapatan Negara yang tidak berimbang ke daerah menimbulkan timbulnya sistem pemerintahan otonomi daerah yang dirasakan daerah lebih adil.
1.4 Pemerintah
Ada dua cara sumber pengembangan ide dari pemerintah yaitu pertama, melalui dokumen hak-hak paten yang memungkinkan pengembangan sejumlah produk baru. Kedua, melalui pengaturan pemerintah kepada dunia bisnis yang bisa memungkinkan munculnya gagasan produk baru. Misalnya adalah peraturan pemerintah mengenai kebersihan udara melalui pengurangan emisi gas buang kendaraan memungkinkan munculnya usaha-usaha produk pengurang emisi seperti bahan bakar tanpa timbal dan produk catalitic converter (penyaring gas buang) kendaraan.
1.5 Penelitian dan Pengembangan
Melalui penelitian dan pengembangan memungkinkan timbulnya gagasan produk baru atau perbaikan dari produk yang sudah ada. Contohnya adalah penelitian terhadap penyakit flu menghasilkan jenis obat flu yang tidak membawa efek mengantuk. Walaupun terdapat banyak pendekatan untuk mencari sumber ide bagi produk atau jasa, proses ini dapat dipercepat dengan penggunaan saran-saran berikut :
a. Kebutuhan akan Sumber Penemuan.
Penemuan yang berasal dari persepsi kebutuhan yang jelas ingin dipenuhi dan banyak produk atau jasa yang telah dikembangkan dari persepsi tersebut seperti kebutuhan irigasi di daerah langka air, mahal, dan agak bergaram memungkinkan seorang wirausaha memproduksi peralatan penetes air sesuai metode irigasi yang sesuai.
b. Hobi atau Kesenangan Pribadi.
Hobi atau minat pribadi adakalanya bisa mendorong bisnis baru. Contohnya adalah orang yang memiliki hobi mobil dan kebersihan tubuh akan membuat usaha bengkel dengan salon sehingga pemilik mobil dapat mengurus tubuhnya sementara mobilnya dibengkel.
c. Mengamati Kecenderungan-kecenderungan.
Kecenderungan dan kebiasaan dalam mode merupakan sumber gagasan untuk melakukan usaha. Peluang yang terlihat oleh pengamat dan mendorong wirausaha mengerjakan sesuatu yang baru pada saat yang tepat. Contohnya adalah saat mode pakaian bermerek tumbuh maka marak bisnis factory outlet di kota Bandung dan Jakarta
d. Mengamati Kekurangan-kekurangan produk dan jasa yang ada.
Kekurangan pada produk dilakukan dengan memperbaiki kinerja atau menambah keunggulan yang diperlukan. Contohnya
e. Mengapa Tidak Terdapat ?
Peluang timbulnya usaha baru adakala datang dari pertanyaan “Mengapa tidak terdapat….?”. Seperti contoh tidak adanya cairan penghapus tinta merupakan peluang mendirikan usaha baru yang disebabkan tidak adanya alat untuk menghapus tinta.
f. Kegunaan lain dari Barang-barang Biasa.
Banyak produk komersil berasal dari penerapan barang-barang biasa untuk kegunaan lain yang bukan kegunaan yang dimaksudkan dari barang itu. Barang tersebut dari perubahan
karakter dan kegunaan dari barang akhir hingga pengembangan penerapan baru barang yang tidak terpakai. Seperti Kit Wash dan Wax yang merupakan penambahan wax (cairan pengkilat) pada shampo mobil yang ada sehingga kita tidak perlu membeli wax.
g. Pemanfaatan Produk dari Perusahaan lain.
Produk atau perusahaan baru dapat terbentuk sebagai perusahaan yang memanfaatkan produk dari perusahaan yang ada. Misalnya seorang pegawai pada perusahaan yang memproduksi cairan pembersih mobil berusaha mendapatkan tambahan penghasilan dengan membuat salon mobil panggilan pada malam hari atau hari libur dan konsumennya puas dan menjadi pelanggan tetap hingga penghasilannya melebihi penghasilan di kantor. Hal itu membuatnya memutuskan mendirikan salon mobil tetap. Menurut penelitian di Amerika yang dilakukan oleh NFIB Foundation (1990), sumber ide untuk bisnis baru adalah sebagai berikut :
- Dari pekerjaan terdahulu (43%)
- Hobi / Minat pribadi (18%)
- Adanya kesempatan / peluang (10%)
- Saran orang lain (8%)
- Pendidikan / Kursus (6%)
- Teman / Saudara (6%)
- Bisnis keluarga (6%)
- Lain-lain (3%)
II. PENYARINGAN IDE
Dari sekian banyak ide yang didapat, kemudian dipilih ide produk apa yang paling baik untuk bisnis yang kita lakukan. Ada berbagai cara untuk melakukan pemilihan ide produk, dimana salah satu cara adalah dengan melakukan proses tahapan sebagai berikut dibawah ini :
a. Macro Screening
Dari ratusan ide yang mungkin didapat, pilihlah sekitar 20 ide yang mempunyai potensi bisnis. Disini kriteria yang digunakan untuk memilih masih umum sekali, yaitu yang mempunyai potensi bisnis.
b. Micro Screening
Dari 20 ide produk yang ada, kemudian dipilih lagi menjadi 5 ide dengan menggunakan kriteria tertentu. Sebagai contoh kriteria dapat menggunakan beberapa faktor, misalnya :
1. Tersedianya pasar lokal
2. Tersedianya tenaga kerja lokal
3. Tersedianya bahan baku
4. Tersedianya teknologi
5. Mendapat prioritas dari pemerintah
6. Peluang di masa yang akan datang
7. Dan sebagainya.
Dengan adanya pemilihan bertahap tersebut, diharapkan kita dapat mempunyai alternatif beberapa ide produk yang akan dikembangkan lebih lanjut
Ide / Gagasan Yang Tepat
Suatu bisnis yang baik harus mempertimbangkan pelaku dan situasi atau lingkungan yang sesuai untuk bisnis tersebut. Oleh karena itu ide produk yang baik harus memperhitungkan kemampuan calon wirausaha dan situasi / lingkungan yang mempengaruhi bisnis tersebut.
Ide produk yang ada perlu dianalisis lebih mendalam sehingga diketahui apa kekuatan dan kelemahannya dengan memperhatikan situasi lingkungannya.
Dari Ide / Gagasan Menjadi Bisnis
Ide produk yang baik belum tentu menjadi bisnis yang baik pula. Untuk itu sebelum ide produk direalisir harus diuji dulu kelayakannya dilapangan yang merupakan situasi lingkungan bisnis sebenarnya. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan
keberhasilan suatu bisnis seperti: Pasar dan pemasaran, teknik/operasi usaha yang dilakukan, organisasi dan manajemen, dan keuangan. Dengan adanya suatu rencana bisnis untuk suatu ide produk, akan memudahkan kita menilai apakah ide produk tersebut layak atau tidak
layak kalau direalisir menjadi bisnis yang sebenarnya.
III. PROSES PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK
3.1 Kriteria Evaluasi
Kriteria dibuat untuk mengevaluasi produk baru dalam peluang pasar, persaingan, sistem pemasaran, faktor keuangan, dan faktor produksi.
3.2 Tahap Ide
3.3 Tahap Konsep
3.4 Tahap Pengembangan Produk
3.5 Tahap Tes Pemasaran
IV. MANAJEMEN PROSES PRODUK BARU
4.1 Kiat Sukses Program Produk Baru
Menurut Cooper, R. ada 15 pelajaran untuk suksesnya program produk baru yaitu:
1. Produknya unik dan unggul.
Artinya, produknya “berbeda”, memberi manfaat unik, dan berasio nilai tinggi untuk konsumen.
2. Sangat berorientasi pasar.
Dipengaruhi oleh pengetahuan tentang keadaan pasar (market driven) dan proses pengembangan produk baru berfokus pada konsumen.
3. Berwawasan pasar internasional.
Dengan melihat pada keadaan internasional maka disain produk, pengembangannya, dan target pemasarannnya, akan menghadirkan inovasi produk yang terdepan.
4. Lebih banyak melakukan persiapan sebelum produk dikembangkan.
5. Perumusan dengan tajam definisi / konsep produk pada awal dari proses.
6. Pelansiran produk yang dipersiapkan dengan matang dan dilaksanakan dengan baik.
Rencana pemasaran yang mapan untuk pelansiran produk adalah inti dari keberhasilan.
7. Struktur, disain dan iklim organisasi yang tepat.
8. Dukungan manajemen puncak tidak menjamin sukses, walaupun bermanfaat.
9. Adanya sinergi sangat penting, proyek yang “asing” cenderung gagal.
10. Produk yang ditujukan ke pasar yang menarik akan berjalan lebih baik. Daya tarik pasar adalah kriteria utama dalam seleksi produk.
11. Suksesnya produk baru dapat diduga.
Profil produk yang unggul dapat dipakai sebagai kriteria seleksi produk baru.
12. Suksesnya produk baru dapat dikendalikan. Perlu lebih ditekankan adanya kebutuhan untuk kelengkapan, konsekuen, dan kualitas dalam pelaksanaan.
13. Sumberdaya dan sarana harus tersedia.
14. Kecepatan adalah segala-galanya, namun harus tanpa mengorbankan kualitas dalam pelaksanaannya.
15. Perusahaan yang menjalankan pengembangan produk baru secara bertahap dan menggunakan konsep pengembangan produk dengan pedoman permainannya secara disiplin, akan lebih berhasil.
4.2 Karakteristik Produk Baru yang Unggul dan Pengembangan
1. Produk yang unggul dan unik.
- Mempunyai bentuk/perlengkapan yang unik untuk konsumen
- Memenuhi kebutuhan konsumen lebih baik dari pesaing.
- Memecahkan masalah yang dialami bila konsumen menggunakan produk pesaing.
- Mengurangi biaya bagi konsumen.
- Inovatif atau ada pertama-kalinya.
2. Berwawasan konsumen.
Dicapai dengan sebagai berikut:
- Mengenali kebutuhan konsumen.
- Mengerti apa yang dibutuhkan pemakai.
- Memenuhi kebutuhan pasar.
- Terus-menerus berhubungan dengan konsumen.
- Kuat dalam pengetahuan pasar dan penelitian pasar.
- Pelaksanaan dan kegiatan pemasaran yang berkualitas.
- Pendanaan yang lebih untuk kegiatan pemasaran awal.
3. Definisi atau konsep produk/proyek yang tajam.
Ketajaman definisi atau konsep meliputi sebagai berikut:
- Pasar sasaran tertentu ; jelas siapa yang akan menggunakan produk tersebut.
- Penggambaran / diskripsi produk ; produk apa, apa yang dapat dilakukan olehnya dan manfaatnya.
- Penjabaran strategi posisi (positioning) yang diambil.
- Daftar tentang bentuk, sifat, persyaratan dan spesifikasi produk yang harus ada dan sebaiknya ada.
4. Struktur, disain, dan iklim organisasi.
Pengembangan produk baru bukan merupakan kegiatan disatu bagian atau departemen, melainkan merupakan kegiatan multi disiplin dan multi-fungsi. Peran kelompok dan pimpinan kelompok kerja sangat menentukan.
Tiga alternatif struktur sangat menonjol :
a. Matriks yang imbang (balanced matrix)
Seorang manajer proyek ditugaskan untuk menangani proyek dan berkontribusi dalam tanggung-jawab dan wewenang dengan para manajer fungsional: ada kebersamaan dalam
menyetujui dan mengarahkan.
b. Matriks proyek (project matrix)
Seorang manajer proyek ditugaskan untuk menangani proyek dan mempunyai tanggung-jawab serta wewenang utama atas proyek. Para manajer fungsional menugaskan karyawan yang diperlukan dan menyediakan keahlian teknis.
c. Kelompok proyek (project team)
Seorang manajer proyek diberi wewenang menangani kelompok yang terdiri dari anggota inti yang berasal dari berbagai fungsi. Para manajer fungsional tidak mempunyai keterlibatan dan wewenang formal.
Terlepas dari bentuk mana yang dipilih, kepemimpinan proyek yang kuat dan adanya kewewenangan formal sangatlah penting. Iklim yang ditumbuhkan harus memberi ganjaran dan mendorong adanya kreativitas dan inovasi dan tersedianya sarana untuk melakukan usaha kreatif.
5. Mempercepat proses produk baru.
Ada lima metode dalam mempercepat proses produk baru tanpa merugikan kualitas dalam pelaksanaannya, yaitu:
a. Lakukan langkah pertama dengan tepat. Pengulangan akan memperpanjang waktu.
b. Pekerjaan rumah dan definisi produk yang jelas. Persiapan dengan membuat pekerjaan rumah dan memperjelas produk/proyeknya.
c. Proyek diorganisir secara kelompok multifungsi dan dengan diberi kewewenangan.
d. Proses dilakukan secara berurutan, bersamaan, atau bertumpuk.
e. Proses bertahap dengan mengikuti pedoman main (game plan)
Game plan merupakan model pengembangan produk yang didasarkan konsep dan pegangan operasional yang membawa dari tahap gagasan menuju pada pelansiran produk. Model
menjelaskan kegiatan dan tes yang dilalui. Pedoman yang disusun meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pengembangan produk baru.
4.3 Proses Pengembangan Produk Baru
Model pengembangan produk baru menurut Cooper terdiri dari lima pintu dan lima tahap. ”Pintu” adalah kegiatan menilai apakah proses dilanjutkan atau tidak. “Tahap” adalah kegiatan yang dalam model Cooper adalah :
a. Penyelidikan awal.
b. Penyelidikan mendalam.
c. Pengembangan.
d. Percobaan dan penilaian.
e. Produksi penuh dan pelansiran pemasaran.
---oOo---
2012 | Kewirausahaan-I | Pusat Bahan Ajar dan eLearning | |
|
| Yasan Endrawan, S.Pd, MM | http://www.mercubuana.ac.id |
Anda memiliki artikel bagus di sini! jika ada orang di sini yang mencari pinjaman @ 2 tingkat sebagai imbalan untuk membeli rumah atau kebutuhan pembiayaan lainnya, saya ingin Anda menghubungi mr pedro di pedroloanss@gmail.com ketika saya diperkenalkan dengan mr. pedro di seminar market watch, saya memasuki pasar sebagai pembeli pertama. tentu saja, kebutuhan saya sedikit berbeda dan saya memiliki banyak pertanyaan. sebelum dia mengirimi saya surat pra-persetujuan saya, dia menelepon untuk berbicara dengan saya tentang apa artinya dan apa yang bisa berubah. dia membuat dirinya tersedia untuk saya di hampir setiap jam melalui email dan teks. dia sangat responsif dan berpengetahuan. dia juga sangat lugas. saya menjelaskan kepadanya apa harapan saya dalam hal waktu tutup dan rincian lainnya. dia mengatakan dia akan memenuhi harapan itu tetapi dia melampaui mereka. saya menutup begitu cepat makelar saya dan penjual tentu saja bersemangat tentang itu. tapi sebagai pembeli saya menghargai berjalan melalui proses penawaran pinjaman mr pedro. dari pra-persetujuan hingga penutupan - perjalanannya sangat mulus dan saya menganggap diri saya beruntung karena saya pernah mendengar cerita horor. saya merekomendasikan dia kepada siapa pun yang mencari pinjaman. semuanya ditangani secara elektronik dengan bijaksana dan aman
BalasHapus