PERENCANAAN PENILAIAN KRISIS

 PERENCANAAN PENILAIAN KRISIS


Pengenalan Rumor

         Rumor dalam kamus Bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, rumour atau rumor. Dalam Bahasa Inggris, istilah rumor sendiri sesungguhnya berasal dari Anglo-French, yakni berasal dari Bahasa Latin rumor clamor, gossip; akin to Old English rÄ“on to lament, Sanskritrauti he roars. Istilah ini sendiri digunakan luas sejak  abad 14. Sementara menurut Oxford AdvancedLeraner’s Dictionary of Current English artinya general talk, gossip, hearsay, (statement, report, story) which can not be verified and is of doubtful accuracy. Sedangkan menurut kamus merriam webster, rumor merupakan “information or a story that is passed from person but has not been proven to be true.” Dari sini dapat diperoleh gambaran sepintas bahwa rumor merupakan pernyataan, ataupun cerita yang masih bersifa simpang siur, yang belum dapat dipastikan kebenarannya.


Pakar komunikasi, Tjipta Lesmana (2010), menyebutkan bahwa komponen rumor setidaknya mengandung empat hal diantaranya adalah :

1. Public interest 
2. Kontroversial 
3. Sumber tidak jelas, tidak pasti
4. Masalahnya harus PENTING, very important

         Oleh karena itu, rumor berdasarkan unsur unsur tersebut bisa dikatakan sebagai suatu masalah penting yang berkaitan dengan kepentingan umum (public interest) yang sumbernya tidak jelas dan menjadi kontroversial.

         Rumor juga sering dipandang sebagai " cerita atau penjelasan dari peristiwa yang belum diverifikasi yang beredar dari orang ke orang dan berkaitan dengan suatu objek, peristiwa, atau masalah yang menjadi perhatian publik " (Peterson, Warren and Giest, 1951). Namun, tinjauan penelitian tentang rumor yang dilakukan oleh Pendleton di 1998 menemukan bahwa penelitian di bidang sosiologi, psikologi, dan komunikasi telah banyak memberi bermacam definisi rumor (Pendleton, 1998).

         Dengan demikian, rumor adalah sebuah konsep yang tidak memiliki definisi tertentu dalam ilmu-ilmu sosial. Tapi kebanyakan teori sepakat bahwa rumor melibatkan beberapa jenis pernyataan yang kebenarannya tidak cepat dikonfirmasi. 

         Wilbur Schram dalam bukunya yang berjudul “Procces and Effect of Mass Communication” mengemukakan tulisan dari Gordon Allport dan Leo Postman mengenai “The Psychology of Rumour”, rumor adalah cerita yang tidak tentu sumbernya yang menjalar dari mulut ke mulut. Rumor dapat disamakan dengan desas-desus dalam bahasa Indonesia. Rumor berpijak kepada motivasi tertentu yang dalam kegiatannya menjadi landasan dari Rumor.

Dalam kaitan dengan motif yang menjadi landasan dari rumor, maka rumor dapat dibagi menjadi beberapa bentuk :

1. Hostility Wedge-Driving Rumors, yaitu rumor yang mengandung pesan permusuhan.
2. Fear (Bogey) Rumors, yaitu rumor yang mengandung rasa takut.
3. Wish (Pipe Dream) Rumors, yaitu rumor yang mengandung berbagai harapan.
4. Hate/Hatred Rumors, yaitu rumor yang mengandung kebencian
5. Unclassifiable Rumors, rumor yang tidak termasuk pada kategori di atas.


         Seseorang atau orang-orang yang terlibat atau melibatkan diri dalam rumor biasanya karena dimotivasi untuk mencari kepuasaan atau pelampiasan rasa benci, rasa bermusuhan, rasa takut atau motivasi lainnya. Oleh karena itulah, rumor menjadi dasar yang subur dalam suatu permusuhan, bentrokan, konfrontasi, kompetisi dan kongkruensi. Rumor dapat berkembang cepat dalam suasana dan iklim tertentu. Seperti apabila komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik dan terlambat peredarannya misalnya dalam masa perang, ketegangan, pemberontakan, revolusi merupakan kesempatan dan iklim yang baik bagi rumor untuk berkembang.

         Namun demikian rumor tidak akan berkembang biak jika terdapat penyaluran berita secara mantap, kontinyu dan teratur. Allport dan Postman mengatakan bahwa rumor mendapat kesempatan untuk berkembang karena sifat dan ciri-ciri yaitu :

    1. Mengandung sifat-sifat penting (importance)
    2. dan sifat-sifat yang meragukan (ambiguity) 

Berpijak pada uraian di atas, Allport dan Postman mengajukan rumus :

                R = IX a 

         Dari rumusan tersebut dapat dikatakan bahwasanya berkembangnya rumor atau R merupakan produk dari meningkatnya i(importance) terhadap a (ambiguity). Dengan kata lain, semakin besar keraguan terhadap pemberitaan atau informasi mengenai sesuatu yang penting, makin besar pula kemungkinan berkembangnya rumor.

         Rumor sendiri sering dikaitkan dengan " informasi yang salah " dan " disinformasi " (dahulunya  sering dilihat sebagai salah dan yang terakhir dipandang sebagai kepalsuan secara disengaja, meskipun biasanya dari sumber pemerintah yang diberikan kepada media atau pemerintah asing ) (Oxford English Dictionary, 1989). 

         Rumor pada akhirnya sering dipandang sebagai bentuk-bentuk tertentu dari konsep komunikasi lainnya. Sejumlah ilmuwan mengidentifikasi rumor sebagai bagian dari propaganda, sehingga semakin sulit mendefinisikan rumor. Seorang perintis studi propaganda, Harold Lasswell tahun 1927 misalnya menyebutkan bahwa rumor adalah salah satu cara yang digunakan dalam propaganda. Menurutnya  propaganda merujuk sebagai " semata-mata untuk pengendalian opini dengan simbol yang signifikan, atau, berbicara lebih konkret dan kurang akurat, dengan cerita-cerita, rumor, laporan, gambar, dan bentuk lain dari komunikasi sosial " ( Laswell, 1927:9 ) .

         Rumor, karena dianggap sebagai berita yang belum jelas kebenarannya, seringkali juga dicampur adukkan dengan gossip. Namun Prashant dan Difonzio (2004) berusaha membedakan rumor dari gosip. Rumor yang terutama mengenai isu-isu publik dan gosip adalah mengenai pribadi, hal-hal sepele. Munculnya infotainment dan tabloidization pada berita berita khususnya Amerika dan Inggris telah menghilangkan perbedaan tersebut , karena politik sekarang membawa urusan pribadi ke dalam ruang publik, seperti dalam skandal Clinton – Lewinsky

         Pada dasarnya, sama seperti propaganda, rumor dan gosip merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dalam komunikasi. Seringkali rumor dan gosip menjadi alat pembentuk opini publik. Bahkan tidak jarang rumor dan gosip digunakan bersama propaganda untuk mengarahkan pembentukan opini di masyarakat mengenai suatu isu.

         Tak heran jika Rumor-Propaganda sering digunakan dalam masa perang, karena mampu menjadi salah satu senjata ampuh dalam kegiatan Psychological Warfare untuk mengacaukan serta melemahkan mental dan moral musuh. Namun rumor juga dapat dimanfaatkan dalam menyebarkan harapan untuk memperkuat mental dan moral, ketika seseorang berada dalam posisi terdesak dan terjepit.

         Dalam kehidupan sehari-hari sekalipun sarana komunikasi sudah modern, namun dalam situasi persaingan rumor dapat dipergunakan untuk merusak hubungan baik antara pihak-pihak yang bersangkutan.

Menurut Taylor Buckner, proses transmisi rumor ada dua :

1. Dari individu ke individu (serial chain) yang sangat laju beredarnya, namun lekas pula lenyap 
2. Multiple-interaction network yang sumbernya banyak dan menerpa banyak orang seperti rumor politik dan beredarnya lama. 


Sementara itu, Knapp (dalam Allport dan Postman, 1951) mengidentifikasi tiga karakteristik dasar yang berlaku untuk rumor: 

1. Rumor ditularkan dari mulut ke mulut; 
2. Rumor menyediakan "informasi" tentang "orang, kejadian, atau kondisi", dan 
3. Rumor mengekspresikan dan memuaskan "kebutuhan emosional masyarakat." 


Hal penting dari definisi ini dan karakteristiknya adalah penekanan pada transmisi (dari mulut ke mulut, yang kemudian diliput dalam surat kabar), adalah pada :

• Konten ("topikal" berarti bahwa hal itu dapat dibedakan dari sepele dan swasta subyek-nya domain adalah isu publik), dan 
• Penerimaan ("kebutuhan emosional masyarakat" menunjukkan bahwa meskipun rumor diterima dari individu ke  individu, namun hal ini tidak dipahami secara individual tetapi dalam konteks masyarakat atau sosial).


Berdasarkan studi dari kolom surat kabar, Knapp membagi rumor menjadi tiga jenis:

1. Pipe dream rumors: mencerminkan keinginan publik dan hasil yang diharapkan (misalnya cadangan minyak Jepang yang rendah dan dengan demikian Perang Dunia II akan segera berakhir.).
2. Bogie or fear rumors : mencerminkan hasil ditakuti. (Misalnya Sebuah serangan mendadak dari musuh sudah dekat).
3 Wedge-driving rumors: dimaksudkan untuk melemahkan loyalitas atau hubungan antar kelompok (misalnya jamaah Katolik Amerika sedang berusaha menghindari draft, Jerman-Amerika, Italia-Amerika, Jepang-Amerika tidak setia kepada Amerika).


         Knapp juga menemukan bahwa rumor negatif lebih mungkin untuk disebarluaskan daripada rumor positif. Jenis ini juga membedakan antara rumor positif (Pipe dream rumors) dan negatif (Bogie or fear rumors dan Wedge-driving rumors).

         Dalam studi di tahun 1947, dalam Psikologi Rumor, Gordon Allport dan Joseph Postman menyimpulkan bahwa, " pada saat rumor berjalan,  [ ... ] tumbuh lebih ringkas , lebih tepat , lebih mudah digenggam dan diungkapkan. " (Postman, dan Allport, 1951) Kesimpulan ini didasarkan pada tes difusi pesan antara orang-orang, yang menemukan bahwa sekitar 70 % dari rincian dalam pesan hilang dalam penyampaian  dari mulut ke mulut pada penyampaian 5-6 pertama (Allport, and Postman, 1951).

         Dalam percobaan, subjek tes ditunjukkan ilustrasi dan diberi waktu untuk memeriksanya . Mereka kemudian diminta untuk menggambarkan adegan dari memori ke subjek tes kedua . subjek tes kedua kemudian diminta untuk menggambarkan adegan ke (subyek) ketiga, dan seterusnya dan seterusnya. Reproduksi Setiap orang tercatat . Proses ini diulangi dengan ilustrasi yang berbeda dengan pengaturan dan konten yang sangat berbeda.


Allport dan Postman menggunakan tiga istilah untuk menggambarkan pergerakan rumor . yakni  :

1. Leveling
         Leveling mengacu pada hilangnya detail selama proses transmisi, penajaman untuk pemilihan rincian tertentu yang untuk mengirimkan , dan asimilasi untuk distorsi dalam transmisi informasi sebagai hasil dari motivasi bawah sadar

2. Sharpening , dan

3. Asimilasi
         Asimilasi diamati ketika subjek tes menggambarkan ilustrasi yang seharusnya tapi tidak seperti yang sebenarnya. Sebagai contoh, dalam sebuah ilustrasi yang menggambarkan adegan pertempuran, subjek tes sering salah melaporkan truk ambulans di latar belakang ilustrasi sebagai membawa " perlengkapan medis , " ketika, dalam kenyataannya, truk itu jelas membawa kotak bertanda " TNT . "


         Di masa lalu, banyak penelitian pada rumor berasal dari pendekatan psikologis (seperti pembahasan Allport dan DiFonzio). Fokusnya adalah terutama bagaimana pernyataan kejujuran dipertanyakan (benar-benar kebohongan di telinga beberapa pendengar) beredar secara lisan dari orang ke orang. Perhatian para ilmuwan terhadap rumor politik setidaknya setua Retorika Aristoteles, namun selanjutnya  pengembangan konseptual diarahkan pada penggunaan politik rumor, di luar perannya dalam situasi perang

 

Penelitian yang dapat dilakukan untuk menilai krisis

         Sebelum suatu krisis bergerak semakin liar dan tak terkendali, suatu organisasi sudah selayaknya memiliki langkah langkah antisipasi yang dapat digunakan untuk mengendalikan krisis agar tak meluas dan semakin liar. Namun jika gagal dalam pencegahan tersebut, maka tidak ada jalan lain organisasi harus segera turun tangan. 

         Karena itu langkah pertama yang harus diambil organisasi adalah segera membentuk tim manajemen krisis yang dapat bekerja cepat.Tugas utama yang harus dilakukan oleh tim krisis adalah melakukan identifikasi krisis dan menilai krisis yang tengah terjadi, untuk selanjutnya dari hasil penilaian itu digunakan untuk menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Terdapat enam langkah yang sebaiknya diambil dengan segera (Nova):

1. Melakukan penilaian yang objektif terhadap penyebab krisis
2. Menentukan apakah penyebab terjadinya krisis memiliki dampak jangka panjang atau hanyalah fenomena sesaat.
3. Perhitungkan setiap kejadian dalam krisis.
4. Memusatkan perhatian pada upaya menyelesaikan masalah.
5. Lihat peluang yang ada, mungkin ada kesempatan yang dapat diambil.
6. Sesegera mungkin bertindak untuk melindungi cash flow perusahaan.


         Dari penentuan posisi, selanjutnya yang perlu dipertimbangkan adalah berbagai konsekuensi (misalnya, hukum, keuangan, public relations, efek pada administrasi, efek pada operasi), ruang lingkup krisis, dsb. Oleh karena itu salah satu keterampilan yang paling penting di saat suatu perusahaan sedang dalam situasi krisis adalah kemampuan untuk menentukan apakah, kapan dan tingkat berapa krisis telah menyerang, diantaranya sebagaimana dimuat dalam ivey business journal :

1. Apakah ini benar benar suatu krisis, atau hanya masalah bisnis yang muncul ke permukaan?
2. Apakah terbatas pada area lokal, atau apakah memiliki potensi untuk menjadi situasi kepentingan nasional atau internasional?
3. Apakah seseorang telah memverifikasi insiden atau krisis tersebut?
4. Apa implikasi hukumnya?
5. Berapa jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk mengelolanya?


Sementara itu Jamaludin ancok menyebutkan adanya upaya kuratif yang dapat dilakukan oleh manajemen di saat krisis mulai muncul. Upaya ini dapat dilakukan oleh perusahaan dalam beberapa langkah diantaranya :

1.Mengidentifikasi krisis, kemudian 
2.Mengisolasi krisis 
3.Menangani krisis.


Pengidentifikasian krisis menurut Jamaludin Ancok merupakan tahapan yang cukup penting karena beberapa alasan diantaranya adalah :

• Pertama, tanpa adanya kejelasan faktor yang merupakan krisis maka akan sulit untuk mengatasi krisis. 

• Kedua dengan mengidentifikasi factor yang menjadi aspek penting krisis, perusahaan dapat mengetahui apakah krisis tersebut dapat ditangani atau tidak. Daripada membuang energi untuk menangani krisis yang jelas bakal tanpa memberikan hasil, perusahaan dapat melihat ke hal lain yang kiranya dapat mengurangi dampak krisis.


         Harus disadari bahwa di kala perusahaan terkena krisis, banyak problem lain yang menyertainya yang merupakan krisis-krisis lainnya. Oleh karena itu krisis yang utama tersebut harus didentifikasi.

         Untuk mengisolasi ‘krisis utama’ dari krisis lainnya langkah berikut dapat dilakukan. Pertama masing-masing anggota Tim Krisis Manajemen menanyakan kepada diri sendiri beberapa pertanyaan berikut ini. Selanjutnya pertanyaan tersebut dinilai dengan menggunakan bantuan skala pengukur ‘Crisis Impact Values’ seperti contoh berikut.

1. Adakah kemungkinan krisis akan berkembang semakin serius bila tidak diambil tindakan apa-apa?

1           2          3          4          5          6          7          8          9          10

Tidak berkembang                                                                      Sangat berkembang

Berapa besar kemungkinan di atas terjadi ?

1           2          3          4          5          6          7          8          9          10

Sangat tidak mungkin                                                                   Sangat mungkin

2. Apakah krisis akan menarik pihak luar (seperti media-massa, perubahan lain yang merupakan saingan, atau pemerintah) yang justru merugikan perusahaan ?

1           2          3          4          5         6           7           8         9          10

Tidak menarik pihak luar                                                               Sangat menarik pihak luar

Berapa besar kemungkinan diatas terjadi ?

1           2          3          4          5          6          7           8          9          10

Sangat tidak mungkin                                                                     Sangat mungkin

3. Apakah krisis akan menganggu kegiatan perusahaan secara serius ?

1           2          3          4          5          6          7           8          9          10

Sangat tidak mengganggu                                                                 Sangat mengganggu

Berapa besar kemungkinan diatas terjadi ?

1           2          3          4           5         6           7           8          9          10

Sangat tidak mungkin                                                                      Sangat mungkin

4. Apakah keadaaan akan membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap perusahaan ?

1           2          3          4           5         6           7           8          9          10

Sangat tidak kehilangan kepercayaan                                         Sangat kehilangan kepercayaan

Berapa besar kemungkin diatas terjadi ?

1           2          3          4           5         6           7           8          9           10

Sangat tidak mungkin                                                                        Sangat mungkin

5. Apakah keadaan akan merusak sendi-sendi perusahaan? (tidak hanya dalam artian keuangan, tetapi juga menurunnya semangat kerja karyawan).

1           2          3          4          5          6           7           8           9          10

Sangat tidak merusak                                                                          Sangat merusak

Berapa besar kemungkinan diatas terjadi ?

1           2          3          4          5          6           7           8           9          10

Sangat tidak mungkin                                                                          Sangat mungkin


          Selanjutnya skor untuk masing-masing pertanyaan harus dikalikan dengan skor kemungkinan hal tersebut akan terjadi. Misalkan skor untuk pertanyaan satu adalah 7 dan skor kemungkinan terjadi adalah 9, maka skor perkalian untuk pertanyaan satu menjadi 7 x 9 = 63

         Untuk membuat kemampuan skala ‘Crisis Impact Value’ lebih baik tingkat presisinya, perlu pula pembobotan terhadap tingkat keseriusan dampak krisis.

         Masing anggota Tim akan mempunyai skor total, yang merupakan jumlah perkalian skor pertanyaan, skor kemungkinan, dan skor bobot masing-masing pertanyaan. Tingkat keseriusan krisis adalah skor rata-rata dari skor total yang diberikan oleh beberapa anggota Tim (Ancok, 2008)


         Manajemen krisis selalu ditekankan pentingnya identifikasi permasalahan dan langkah untuk melakukan isolasi. Jika krisis telah dapat teridentifikasi dan diisolasi, krisis akan lebih mudah diatasi. Tetapi untuk mengatasi krisis yang datang tiba-tiba, perusahaan membutuhkan waktu untuk menelusuri proses mulai dari identifikasi sampai pengendaliannya. Langkah yang disarankan adalah agar perusahaan memiliki guidance atau pegangan bila sewaktu-waktu krisis muncul. Ada tiga generic strategy yang disarankan, yakni strategi (defensive), strategi adaptasi (adaptive) dan strategi dinamis (dynamic). Dengan pegangan ini, seorang praktisi public relations akan dengan mudah melakukan langkah-langkah implementasi yang dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Oleh karena itu jika terjadi kondisi krisis, perusahaan dapat mendefinisikan dan merespon dengan baik.



Pemetaan pihak pihak yang dapat membantu mengidentifikasi krisis

         Public relations sebagaimana disebutkan dalam ICMA (international Crisis Management Association) memainkan peran penting dalam respon krisis dengan membantu untuk mengembangkan pesan-pesan yang dikirim ke berbagai publik. Studi mengenai hal tersebut dilihat pada dua fase : (1) respon krisis awal dan (2) perbaikan reputasi dan niat perilaku.  Pentingnya membina hubungan baik dengan semua pihak sangat membantu efektifitas public relations. Ada dua tahapan proses PR yang mendahului hasil hubungan:

1. Scanning environmental untuk menentukan publik mana yang paling dibutuhkan oleh organisasi;
2. Mendesign Proses PR yang paling efektif dalam mempertahankan hubungan dengan publik strategis. 


Untuk itu, yang harus dilakukan seorang public relations adalah : 
1. Mengidentifikasi stakeholder kunci dan mengukur hubungan dengan masing masing stakeholders secara terpisah.
2. Menanyakan secara kualitatif tentang reputasi dan hubungan.
3. Mengukur hubungan secara kuantitatif.
4. Mengeksplorasi strategi yang dapat meningkatkan kualitas hubungan


         Seringkali saat terjadi krisis, kebutuhan berkomunikasi bersifat darurat. Saat pasokan produk terganggu, para konsumen akan mempertanyakan mengapa mereka terpengaruh. Komunitas dimana perusahaan berada juga memerlukan informasi, terutama jika membahayakan keadaan mereka. Pemerintah juga berkepentingan untuk memperoleh informasi mengenai apa yang sedang terjadi dalam komunitas. 

         Setelah krisis berhasil diidentifikasi, sangat penting bagi tiap organisasi untuk mengidentifikasi seluruh stakeholders sebelum krisis menyerang untuk menghindari jumlah stakeholders yang sangat besar. Selanjutnya memahami stakeholders atau pihak pihak yang berkepentingan dalam suatu krisis merupakan langkah pertama, sebelum membuat perencanaan krisis. Yang menjadi tantangan adalah mengidentifikasi audience potensial, menentukan kebutuhan mereka dan kemudian mengidentifikasi sumber yang mampu berkomunikasi dengan  mereka.




Daftar StakeHolder

         Berikut adalah daftar dari stakeholders dilayani oleh banyak departemen komunikasi. Ketika seorang public relations bekerja pada krisis, ia perlu mempertimbangkan apa metode komunikasi yang paling efektif akan untuk setiap kelompok (Freeo, 2013). Pastikan bahwa komunikasi dilakukan dengan masing-masing kelompok yang merupakan bagian dari audiens.

1. Karyawan : Manajemen, karyawan (dengan status kerja per jam / calon / gaji tetap), keluarga mereka, anggota perserikatan buruh, dan pensiunan;

2. Masyarakat :Di mana karyawan tinggal, koalisi lingkungan, organisasi masyarakat, lokasi pabrik, Chambers of Commerce;

3. Pelanggan, berdasarkan 

a. Geografis : Lokal, regional , nasional , dan internasional
b. Fungsional :Distributor , jobbers , pedagang besar, pengecer , dan konsumen;

4. Industri / Bisnis : Pemasok, mitra kerja sama, pesaing, masyarakat profesional, subkontraktor , usaha patungan , dan asosiasi perdagangan;

5. Media :Umum , nasional lokal dan internasional , perdagangan luar negeri , khusus

6. Academia : Pembina, rektor, direktur, pendukung keuangan, mahasiswa, prospek, administrasi , fakultas dan staf, alumni;

7. Investasi / Keuangan : Analis - membeli dan menjual sisi , pemegang institusional , pemegang saham , bankir - komersial dan investasi , pialang saham , manajer portofolio , calon investor;

8. Pemerintah

a. Geografis : Lokal, negara , regional , nasional, internasional
b. Fungsional :Legislatif , peraturan , eksekutif, dan yudikatif

9.Kelompok kepentingan khusus : Lingkungan, keselamatan , cacat, minoritas , think tank , konsumen, kesehatan , manula , dan agama


         Hampir serupa, Herbert dan Jewer juga mengelompokkan stakeholders atau pihak pihak yang berkepentingan yang dapat berpengaruh dalam krisis yang menimpa organisasi bisa termasuk yang berikut ini (Jewer, and Herbert):

1. Investor
2. Konsumen/anggota/donor
3. Karyawan dan serikat pekerja
4. Organisasi finansial seperti pejabat perbankan, perwakilan bank lokal, dan perwakilan asuransi
5. Pemimpin komunitas
6. Pemerintah
7. Supplier/retailer
8. Keluarga karyawan
9. Partner industri
10. Asosiasi yang berafiliasi


Memelihara Daftar Kontak atau Kontak Informasi

         Suatu organisasi yang telah memiliki langkah langkah antisipatif bila terjadi krisis, umumnya memiliki kontak informasi yang akurat. Gunanya ketika terjadi krisis, maka kontak informasi ini menjadi salah satu kran dalam penyaluran informasi. Capanigro, Heath, dan Miller menyebutkan bahwa salah satu bagian yang paling penting dari suatu respon komunikasi yang efektif adalah kemampuan untuk menjangkau karyawan, media, dan stakeholders lainnya dengan menggunakan kontak informasi yang akurat yang diperbarui secara periodik sebelumnya (Caponigro, 2000, hal 192, 214,. Heath & Millar, 2004).

         Kontak Informasi untuk setiap kelompok audience harus disusun dan segera dapat diakses dalam suatu insiden. Informasi yang ada seperti pelanggan, pemasok, dan informasi kontak karyawan mungkin dapat dimasukkan  dari database yang ada. Sertakan sebanyak mungkin informasi untuk setiap kontak (misalnya, nama organisasi, nama kontak, nomor telepon bisnis, jumlah sel, nomor fax dan alamat email). Daftar harus diperbarui secara teratur, dijamin untuk melindungi informasi rahasia dan tersedia untuk pengguna yang berwenang di pusat operasi darurat atau lokasi alternatif untuk digunakan oleh anggota tim komunikasi krisis. Daftar elektronik juga dapat dikelola pada server yang aman untuk akses jarak jauh dengan web browser. Hard copy daftar juga harus tersedia di lokasi alternatif.

Beriktu adalah contoh dari daftar audience potensial dari suatu krisis beserta kontak informasinya (sumber : FEMA).

• Pelanggan
• Korban yang dipengaruhi oleh insiden dan keluarga mereka
• Karyawan dan keluarga mereka
• Media Berita 
• Masyarakat terutama komunitas yang tinggal di dekat fasilitas
• Manajemen perusahaan, direksi dan investor
• Pejabat pemerintah terpilih, regulator dan otoritas lainnya
• Pemasok

 

a. Pelanggan 

         Pelanggan adalah yang yang menjadi pusat bisnis, sehingga kontak dengan pelanggan adalah prioritas utama. Pelanggan dapat menyadari masalah segera setelah panggilan telepon mereka tidak dijawab atau permintaan elektronik mereka tidak diproses. Rencana kesinambungan bisnis harus mencakup tindakan memberi infomrasi khusus pada para konsumen saaat terjadi krisis. Rencana kesinambungan bisnis juga harus mencakup prosedur untuk memastikan bahwa konsumen memperoleh informasi yang  benar mengenai peristiwa yang terjadi.

         Layanan pelanggan atau staf penjualan biasanya ditugaskan untuk berkomunikasi dengan para konbsumen jika ada insiden. Jika ada banyak konsumen, maka harus diprioritaskan daftar untuk menjangkau pelanggan yang paling penting


b. Suplier/pemasok

         Krisis komunikasi atau rencana bisnis kontinuitas harus mencakup prosedur terdokumentasi untuk memberitahu para pemasok. Prosedur harus mengidentifikasi kapan dan bagaimana mereka harus diberitahu.


c. Manajemen 

         Protokol untuk memberitahu manajemen harus dipahami dengan jelas dan didokumentasikan. Pertimbangkan peristiwa yang terjadi pada waktu waktu tertentu di luar jam kerja yang  memerlukan pemberitahuan langsung dari manajemen. Protokol dan prosedur yang sama harus ditetapkan untuk pemberitahuan pada CEO dan eksekutif lainnya seperti direksi, investor dan para stakeholders lainnya. 


d. Pemerintah dan regulator

         Komunikasi dengan pejabat pemerintah tergantung pada sifat dan tingkat keparahan insiden dan peraturan yang berlaku.  Organiasasi bisnis  yang tidak  memberitahu pihak pemerintah atau regulator dalam waktu yang ditentukan beresiko menimbulkan sanksi atau denda.. Peraturan lingkungan membutuhkan pemberitahuan jika ada tumpahan bahan kimia atau rilis yang melebihi jumlah ambang batas. Regulator lainnya mungkin perlu diberitahu jika ada insiden yang melibatkan produk. Persyaratan pemberitahuan yang ditetapkan dalam peraturan harus didokumentasikan dalam rencana komunikasi krisis. Sebuah insiden besar di masyarakat akan menangkap perhatian pejabat yang berkusa. Seorang manajer senior harus ditugaskan untuk berkomunikasi dengan pejabat setempat.



e. Karyawan, korban dan keluarga mereka

         Sumber Daya Manusia (SDM) atau HR bertanggung jawab untuk komunikasi sehari-hari dengan karyawan tentang masalah ketenagakerjaan dan administrasi. Manajemen SDM harus mengasumsikan peran serupa di tim komunikasi krisis. HR harus mengkoordinasikan komunikasi dengan manajemen, supervisor, karyawan dan keluarganya. HR juga harus mengkoordinasikan komunikasi dengan mereka yang terlibat dengan pemeliharaan karyawan dan pemberian tunjangan karyawan dan keluarga mereka. Koordinasi yang erat antara manajemen, juru bicara perusahaan, lembaga-lembaga publik dan SDM yang dibutuhkan ketika mengelola sensitifitas komunikasi yang berhubungan dengan insiden yang melibatkan kematian atau cedera serius


f. Komunitas

         Jika ada bahaya di fasilitas perusahaan yang dapat mempengaruhi komunitas sekitar, maka masyarakat menjadi audience  yang penting. Jika demikian, jangkauan komunitas harus menjadi bagian dari rencana komunikasi krisis. Rencana tersebut harus mencakup koordinasi dengan pejabat keselamatan publik untuk mengembangkan protokol dan prosedur untuk menasihati masyarakat dari setiap bahaya dan tindakan protektif yang paling tepat yang harus diambil jika terjadi peringatan.


g. Media massa

         Jika insiden ini serius, maka media massa akan berada di tempat kejadian atau menelepon untuk mendapatkan rincian. Mungkin ada banyak permintaan informasi dari media lokal, regional atau nasional. Tantangan mengelola sejumlah besar permintaan informasi, wawancara dan pernyataan publik dapat berlimpah limpah jumlahnya. Prioritas permintaan informasi dan pengembangan siaran pers dan berbicara pada poin poin dapat membantu dalam berkomunikasi dengan cepat dan efektif.


         Mengembangkan kebijakan perusahaan dimana hanya  juru bicara yang berwenang, diizinkan untuk berbicara kepada media berita. Mengkomunikasikan kebijakan kepada seluruh karyawan bahwa yang terbaik adalah berbicara dengan satu suara. Tentukan terlebih dahulu siapa yang akan berbicara kepada media berita dan mempersiapkan juru bicara yang berbicara langsung pada poin kejadian, sehingga mereka dapat berbicara dengan efektif dan dapat dengan mudah dipahami.

         Selanjutnya yang menjadi bagian penting dari proses  persuasi dengan mereka adalah menyesuaikan pesan seseorang kepada pihak pihak tersebut . Misalnya, sebuah perusahaan dituduh mencemari lingkungan dengan limbah. Setidaknya lima khalayak potensial yang berbeda dapat diidentifikasi dalam situasi ini. Pertama, para enviromentalist (para pemerhati lingkungan), dimana perusahaan berharap dapat  meredakan kekhawatiran mereka. Kedua, pendapat pemegang saham utama , jika mereka menyadari adanya kontroversi. Regulator pemerintah, dimana pemerintah dapat memberi denda atau sanksi pada perusahaan. Selanjutnya konsumen atau klien, Jika mereka memutuskan untuk memboikot perusahaan karena serangan, maka di sini konsumen adalah audience potensial lainnya. Pemilih lokal (local voter), mereka mendorong disahkannya undang-undang yang membatasi praktik bisnis perusahaan. Kepentingan ari berbagai kelompok ini sangat berbeda (misalnya , pemegang saham prihatin dengan keuntungan, lingkungan dengan kualitas lingkungan; regulator dengan hukum , pemilih lokal dengan komunitas mereka ), dan dengan demikian pesan yang disampaikan berbeda satu dengan lainnya.

 

         Perusahaan yang sedang menghadapi krisis tentu berharap dapat mempengaruhi banyak pihak. Oleh karena itu, yang terbaik adalah dengan memprioritaskan kelompok audience tersebut, memastikan bahwa kelompok atau pihak paling penting dapat diredakan. Selanjutnya prioritas pada kelompok atau pihak lain sebanyak mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan mengirimkan pesan berbeda pada kelompok yang berbeda. Namun hal ini perlu kehati hatian karena pesan yang terpisah dengan penekanan ynag berbeda dapat beresiko menciptakan pesan pesan yang bertentangan (Benoit, 1997)



Memelihara Hubungan Baik dengan Semua Publik sebagai Antisipasi Krisis

Public relations mengidentifikasi publik yang paling strategis sebagai bagian dari proses manajemen strategis dan melakukan program komunikasi untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan jangka panjang yang efektif antara manajemen dan publik mereka. Public relations strategis terdiri dari (ICMA) :

1. Mengidentifikasi publik yang paling strategis dimana organisasi perlu mengembangkan hubungan;
2. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program komunikasi untuk membangun hubungan dengan publik, dan
3. Mengukur dan mengevaluasi hubungan jangka panjang antara organisasi dan publik strategis.


Public relations sendiri menjadi efektif jika memiliki peran dalam pengambilan keputusan strategis. Public Relations memberi kontribusi pada Manajemen Strategis melalui (ICMA):

• Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen untuk mengidentifikasi konsekuensi pada publik.
• Segmentasi stakeholders dan publik .
• Menggunakan komunikasi untuk menumbuhkan hubungan dengan publik strategis.
• Mempengaruhi perilaku manajemen .
• Mengukur kualitas hubungan .


Berikut ini adalah kontribusi penting dari Public Relations untuk Manajemen Strategis (ICMA):

• Scanning lingkungan .
• Manajemen isu .
• Manajemen krisis .
• Hubungan manajemen .
• Manajemen reputasi .

Manfaat Hubungan Baik dengan Publik Strategis (ICMA)

• Pergeseran ke atas kurva permintaan .
• Penurunan biaya pemasaran dan peningkatan biaya pemasaran untuk pesaing .
• Penurunan angka keluar masuk karyawan .
• Peningkatan sumbangan dan dukungan lainnya .
• Sebagai  penyangga terhadap dampak dari krisis .








Daftar Pustaka

Allport, Gordon; Joseph Postman (1951). Psychology of Rumor. Russell and Russell. p. 75.

Ancok, Jamaluddin, Kiat Dalam Menghadapi Krisis dalam Perusahaan, 10 September 2008) http://ancok.staff.ugm.ac.id/main/kiat-menghadapi-krisis-dalam-perusahaan/

Barton, Laurence, Crisis in Organizations: Managing and Communicating in the Heat of Crisis 

Benoit, William L., Public Relations Review, Summer 1997 v23 n2 p177(10) http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:y4_SEEV94ToJ:www.ou.edu/deptcomm/dodjcc/groups/98A1/Benoit.htm+&cd=12&hl=id&ct=clnk

Bordia, Prashant; Nicolas DiFonzo (March 2004). "Problem Solving in Social Interactions on the Internet: Rumor As Social Cognition". Social Psychology Quarterly 67 (1): 33–49.doi:10.1177/019027250406700105. JSTOR 3649102.

FEMA, Crisis Communications Plan, (http://www.ready.gov/business/implementation/crisis)

Freeo,  Sandra K. Clawson, Crisis Communication Plan: A PR Blue Print, 2013, http://www3.niu.edu/newsplace/crisis.html

Harsin, Jayson. The Rumour Bomb: Theorising the Convergence of New and Old Trends in Mediated US Politics [online]. Southern Review: Communication, Politics & Culture; Volume 39, Issue 1; 2006; 84-110; - http://search.informit.com.au/documentSummary;dn=264848460677220;res=E-LIBRARY

Jewer, Charlotte and Herbert Stephen, Crisis Communciation Handbook: Are You Prepared, http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:yzajSHtrSGwJ:www.slideshare.net/CharlotteJewer/final-crisis-communications-handbook+&cd=1&hl=id&ct=clnk

Lasswell, Harold, Propaganda Technique in the World War (1927; Reprinted with a new introduction, 1971)

Merriem webster encyclopedia, http://www.merriam-webster.com/dictionary/rumor Oxford English Dictionary, 2nd ed., 1989

Pendleton, S.c. (1998), 'Rumor research revisited and expanded', Language& Communication, vol. 1. no. 18, pp. 69-86.

Peterson, Warren A., Warren; Gist, Noel (September 1951). "Rumor and Public Opinion". The American Journal of Sociology 57 (2): 159–167. doi:10.1086/220916. JSTOR 2772077


Komentar