ETIKET PERGAULAN

 

 

 

 

MODUL PERKULIAHAN

 

 

ETIK UMB

 

 

 

POKOK BAHASAN :

 

Etiket Pergaulan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Fakultas

Program Studi

Tatap Muka

 Kode MK

                 Disusun Oleh

 

 

Ekonomi dan Bisnis

Manajemen

09

900004 

                 Islahulben, SE.MM

 

 

 

Abstract

Kompetensi

 

 

Pergaulan pada setiap individu manusia adalah merupakan bagian dari tuntutan kehidupan manusia yang tidak bisa dihindari dalam masyarakat dari yang kelompok kecil sampai dengan kelompok yang lebih luas. Pergaulan manusia itu sendiri berkembang seiring dengan kemajuan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang secara dinamis sesuai perubahan jaman.

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian bergaul dan etiket dalam pergaulan, manfaat pergaulan dan hambatan dalam bergaul, menggunakan etiket dalam kehidupan

 

 

.
PENGERTIAN PERGAULAN

 

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat <49>:13)

 

Kalau kita bicara tentang pergaulan, maka yang umumnya kita pikirkan adalah hubungan persahabatan yang ada antara seseorang dengan orang lain. Kita jarang mengasosiasikan pergaulan dengan hubungan kerja. Dengan kata lain, kita umumnya memberikan pengertian yang berbeda kepada “lingkungan-kerja” dan “lingkungan-pergaulan”.


Bagi mereka yang masih sekolah, kita pun seakan-akan membedakan antara lingkungan sekolah dengan lingkungan pergaulan. Semua ini menunjukkan bahwa orang lebih mengartikan "pergaulan" sebagai sesuatu yang lebih dekat dengan "bermain" daripada dengan sesuatu yang serius seperti "bekerja" atau "bersekolah".


Sesungguhnya, pergaulan tidak dapat begitu saja dipisahkan dari pekerjaan maupun sekolah. Tidak jarang seseorang memilih teman bergaul yang juga sekaligus merupakan teman sekolah atau teman kerja. Tetapi, walaupun demikian, umumnya dapat dipahami bahwa bergaul tidaklah sama dengan bekerja atau bersekolah. Nyatalah bahwa orang membutuhkan pergaulan sebagai kegiatan ekstra di luar kegiatan-kegiatan yang bersifat serius.


Kebutuhan manusia akan pergaulan, sebenarnya telah muncul sejak manusia masih sangat muda. Pada masa kecil, seorang anak bergaul dengan orang tuanya, dengan saudara-saudarnya, dan dengan teman-teman permainannya. Kadang-kadang ia juga bergaul dengan pembantu rumah tangganya, atau dengan siapa saja yang "dekat" dengannya. Dalam pergaulan ini, ia belajar tentang banyak hal. Ia belajar tentang hal-hal yang boleh ia lakukan dan tidak boleh ia lakukan. Ia juga belajar tentang hal-hal yang diharapkan orang lain dari padanya. Semua ini menunjukkan bahwa salah satu hal yang diberikan oleh pergaulan adalah: pelajaran tentang hidup bersama orang lain.


Pelajaran tentang cara hidup bersama orang lain ini terus berlangsung ketika anak mengganti lingkungan pergaulan. Dari lingkungan rumah ke lingkungan di luar rumah. Ketika ia mulai bersekolah, ia bergaul dengan lebih banyak orang. Pada jam-jam istirahat di sekolah, ia bergaul dengan teman-teman sekolahnya. Dan ada kemungkinan bahwa ia akan memilih satu atau beberapa teman sekolahnya sebagai “teman-khusus”, teman dekat, atau sahabat karib. Pada mulanya, teman-khusus ini adalah teman yang sejenis. Dengan teman-khusus ini―yang tidak selalu harus merupakan teman sekolah―ia belajar lebih banyak hal lagi. Sejalan dengan perkembangan usianya, ia mungkin memiliki beberapa hal yang hanya bisa ia bicarakan dengan teman-khusus ini. Ia mungkin punya rahasia-rahasia yang hanya bisa ia ungkapkan kepada teman-khusus-nya, karena merasa kurang layak untuk ia ceritakan kepad orang tua atau saudara-saudaranya.


Dengan makin bertambahnya usia seorang anak, makin banyak kebutuhan-kebutuhannya. Ia mulai memiliki kebutuhan untuk menyayangi orang lain dan merasakan kasih sayang orang lain. Ia pun tergerak untuk mencari teman khusus yang lebih istimewa lagi. Ia mulai mencari pacar. Ia mulai mengembangkan pergaulan khusus dengan pacarnya ini. Seperti pada tiap bentuk pergaulan, pergaulan dengan pacar ini pun mengajarkan sesuatu kepada dirinya. Ia belajar hal-hal yang diharapkan oleh seorang kekasih, ia belajar tentang rasa cemburu, belajar tentang konflik antara kepentingan pacar dengan kepentingan pribadi dan belajar tentang macam-macam hal yang lain.


Kalau kemudian suatu waktu seseorang memutuskan untuk menikah, ia pun memasuki suatu lingkungan pergaulan yang lebih khusus lagi, yaitu lingkungan pergaulan suami-istri, dengan sejumlah pelajaran-pelajaran barunya. Sebagian besar dari pelajaran ini, akan sangat sulit dipahami apabila seseorang belum pernah mengikuti pelajaran dalam masa pacaran. Dan pelajaran semasa pacaran pun banyak yang sulit dipahami jika sebelumnya seseorang tidak lebih dahulu "menamatkan" pelajarannya dalam lingkungan pergaulan yang lebih dini. Hal-hal ini sebetulnya menjelaskan mengapa orang-orang yang kurang pergaulan, sering kali juga mengalami kesulitan dalam pacaran dan dalam hubungan perkawinannya.


Jadi, jika seorang ingin sukses dalam pergaulan pada tingkat tertentu, haruslah ia lebih dahulu sukses dalam pergaulan di tingkat yang lebih awal. Dalam hal ini, lingkungan pergaulan suami-istri, dapatlah disamakan dengan pendidikan di tingkat Fakultas, sementara pergaulan semasa kanak-kanak dapat dianggap sebagai Sekolah Dasarnya.


Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. 

Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya.


Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat <49>:13)


Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.

 

.
ETIKET DALAM PERGAULAN

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yangberlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.

Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupunada persamaannya. Istilah etika sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores),sedangkan kata etiket adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata karma dalam pergaulan formal. Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara normatif yang etis. Artinya memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan. Istilah etiket berasal dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang biasanya dipergunakan semasaraja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan.

Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan sikap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi. Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab.

Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam  bertingkah lake sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan. Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, 1994. yaitu selain ada persamaannya, dan juga ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu
secara umumnya sebagai berikut:

1.Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat

baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah menetapkan cara, untuk melakukan perbuatan  

  benar sesuai dengan yang diharapkan.

2.Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang sesungguhnya

 timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas(lahiriah), tampak dari sikap luarnya 

 penuh dengan sopan santun dan kebaikan.  

3.Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat

 pujian dan yang salah harus mendapat sanksi. Etiket bersifat relatif, yaitu yang dianggap tidak 

  sopan dalam suatu kebudayaan daerah tertentu, tetapi belum tentu di tempat daerah lainnya.

4.Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir. Etiket hanya

  berlaku, jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak adaorang lain maka etiket itu tidak berlaku.

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kitalakukan dan yangperlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

.
MANFAAT PERGAULAN

Pergaulan memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam membentuk kepribadian,akhlak dan tingkah laku manusia.Seseorang akan terikut-ikut sifat sahabat-sahabatnya melalui pengaruh spiritual yang membuatnya mengikuti tingkah laku sahabatnya.

Manusia merupakan makhluk sosial yang harus bergaul dengan orang lain dan menjadikan sebahagian diantara mereka sebagai sahabat. Apabila ia memilih bergaul dengan orang yang perilakunya jahat atau rusak akhlaknya maka sifat-sifatnya akan terpengaruh kepada sifat tersebut tanpa disadarinya dan memungkinkan ia terjerumus ke dalam jalan hidup mereka.

Akan tetapi,jika dia memilih untuk bergaul dengan ahli iman,takwa, istiqamah dan makrifat kepada Allah,niscaya pada secara kebiasaannya dia akan melakukan jalan hidup yang sama .Dia akan dapat belajar dari mereka akhlak yang lurus,iman yang kukuh,sifat –sifat luhur dan makrifat kepada Allah. Dan ia akan terbebas dari perkara-perkara yang membawa dirinya kepada kemungkaran.

Oleh sebab itu akhlak seseorang dapat diketahui dengan mengetahui siapa sahabat yang paling rapat dengannya.Seorang penyair sufi mengatakan,

Jika engkau berada dalam satu kaum,maka bergaulah dengan orang-orang yang terbaik.Janganlah bergaul dengan orang-orang yang tercela.Sehingga engkau terjerumus kedalam kehinaan.Janganlah bertanya tentang sahabatnya sebab,setiap orang akan mengikuti sahabatnya.

Di atas, telah disebutkan bahwa fungsi utama pergaulan adalah sarana belajar tentang kehidupan bersama. Melalui pergaulan orang belajar bagaimana cara hidup bersama orang lain. Kalau pergaulan dianggap sebagai tempat belajar, tentulah harus ada yang menjadi gurunya. Ketika masih sangat kecil, dengan sendirinya orang dewasalah yang menjadi gurunya. Tetapi ketika seseorang menanjak remaja, dan pergaulan itu terjadi antara orang-orang yang seusia, siapakah gurunya?

Guru dalam suatu pergaulan adalah semua pengalaman yang terjadi di dalam pergaulan itu. Dan pengalaman yang akan terjadi, sangat tergantung pada semua pihak yang terlibat dalam pergaulan itu. Bila seorang anak kecil tidak pernah nakal, ia tidak akan belajar mengenai akibat dari kenakalannya. Kalau ia tidak pernah merengek, ia pun tidak akan merasakan dari rengekannya. Untuk mempelajari sesuatu melalui pengalaman, seseorang harus aktif mencoba melakukan sesuatu dan kemudian mempelajari akibat-akibat yang ditimbulkan oleh perbuatannya.

Karena guru adalah pengalaman, dan pengalaman akan tergantung pada inisiatif pelajaran, maka pelajaranlah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajar. Ini berarti bahwa untuk bisa memetik sebanyak mungkin pelajaran, seseorang harus berani berinisiatif, atau dengan kata lain berani mengambil resiko. Dalam pacaran, seseorang harus berani mengambil resiko untuk mengatakan, "Aku CINTA kamu". Tanpa pernah berani mengatakan hal ini, ia tidak akan pernah tahu akibat yang akan ditimbulkan oleh kata-kata bertuah ini. Seseorang yang sudah berulang kali mengucapkan kata-kata ini biasanya menjadi sangat ahli. Ia akan tahu kapan saat yang tepat untuk mengatakannya, ia tahu bagaimana cara mengatakannya, dan ia juga tahu apa yang harus ia lakukan terhadap macam-macam kemungkinan jawabannya. Ia juga belajar untuk menafsirkan berbagai reaksi yang tidak langsung dari inisiatifnya ini, misalnya: Apa artinya kalau si calon pacar diam saja, apa artinya kalau si kekasih mengatakan, "Beri saya waktu untuk berpikir," dan apa pula artinya kalau jawaban yang diterima adalah, "Kita sebaiknya berteman aja deh," dan lain-lain.

Singkatnya, untuk memetik pelajaran, seseorang harus berani mengambil resiko. Ada kalanya akibat yang ditimbulkan menyakitkan hati, tapi bagaimanapun juga resiko itu harus dijalani. Bayangkanlah saat-saat pertama seorang anak akan melangkahkah kaki. Ia takut, karena ia belum pernah. Kemudian ketika ia mencoba, ia jatuh. Sakit. Rasa sakit ini membuat ia ragu untuk mencoba kedua kalinya, tapi ia tahu bahwa kalau ia tidak mencoba, ia tidak pernah akan berhasil. Kita pun harus berbuat begitu. Mungkin pengalaman pacaran pertama sangat menyakitkan sehingga kita tidak berani mencoba untuk kedua kalinya. Tapi kalau kita mau mengambil resiko, barang kali kita kemudian―seperti anak yang lalu jadi pandai berjalan―akan menjadi ahli.

.
HAMBATAN DALAM BERGAUL

Dari sekian masalah yang harus kita hadapi dalam hidup ini, kesulitan dalam bergaul adalah salah satunya. Bagi yang kebetulan sedang menghadapi masalah ini, mungkin ada dua hal yang perlu diingat:

Pertama, pergaulan itu erat kaitannya dengan kemampuan. Kemampuan di sini artinya bukan hasil bawaan dari lahir tetapi merupakan kapabilitas yang diraih dari usaha dalam mengembangkan diri (developmental process). Jadi, apapun kepribadian anda, pada dasarnya anda punya kesempatan yang sama untuk bergaul seperti juga orang lain yang punya model kepribadian lain.

Sah-sah saja kita menyimpulkan, misalanya saja: saya orangnya termasuk Melankolis yang introvert, pemikir dan pesimis. Dia kan orangnya termasuk Sanguinis yang ekstrovert, suka ngomong dan optimis. Saya orangnya termasuk Phlegmatis yang introvert, pengamat dan pesimis. Dia kan orangnya termasuk Koleris yang ekstrovert pelaku dan optimis. Dan lainnya.

Tetapi ada satu hal yang perlu diingat bahwa dunia ini tidak peduli dengan apakah kita termasuk orang berkepribadian ini dan itu. Dunia ini hanya tahu satu hal: kalau kita mengalami kesusahan bergaul, hidup kita juga mengalami kesusahan yang tidak kita inginkan. Titik. Ini adalah sebuah dalil mengapa kita perlu mengembangkan potensi yang mendukung perbaikan kemampuan kita dalam bergaul, terlepas apapun model kepribadian kita.

Sejumlah istilah ilmiah yang bisa kita temukan dalam buku-buku kepribadian itu mestinya kita gunakan untuk melihat sisi plus-minus agar kita bisa mengembangkan diri sejati kita (bukan jadi seperti orang lain). Sebab, apapun model kepribadian kita pasti ada sisi plus yang perlu kita kembangkan untuk memperbaiki hidup dan pasti pula ada sisi minus yang perlu kita kontrol agar tidak sampai merugikan atau membahayakan.

Kedua, pergaulan itu tidak identik dengan banyak ngomong atau sedikit ngomong, tidak identik dengan apakah anda seorang pendiam atau tidak pendiam. Prinsip yang berlaku dalam pergaulan adalah bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain (to build) dan bagaimana kita menjaga hubungan itu (to maintain).  Karenanya, jangan heran bila menjumpai ada orang yang banyak ngomong tetapi pergaulannya sempit dan jangan heran pula bila melihat ada orang yang sedikit ngomong tetapi pergaulannya luas.

Kalau melihat acuan Pendidikan Ketrampilan Hidup (Life Skill Education) yang dipakai PBB (Unesco), akan kita temukan empat pilar utama yang harus dilatih untuk memperbaiki ketrampilan hidup (terlepas apapun latar belakang pendidikan formal dan apapun model kepribadian anda). Keempat pilar utama itu adalah:

§         Belajar untuk mengetahui )learning to know). Semua orang perlu meningkatkan kemampuannya di sini, yaitu: kemampuan berpikir kritis, berpikir dalam menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, memahami konsekuensi tindakan, dan seterusnya.

§        Belajar untuk menjadi (learning to be): meningkatkan kemampuan personal seperti bagaimana menangani stress, bagaimana meningkatkan kepercayaan diri, kesadaran diri, dan seterusnya

§        Belajar untuk hidup bersama (learning to live together): kemampuan sosial seperti komunikasi, negoisasi, kerjasama tim, bergaul, dan seterusnya

§         Belajar untuk melakukan (learning to do): kemampuan manual / praktek atau keahlian kerja teknis sesuai dengan bidang kita masing-masing

 

Sekali lagi perlu kita yakinkan pada diri sendiri bahwa bergaul adalah bagian penting dari ketrampilan hidup. Kita semua sudah tahu bahwa di dunia ini pasti tidak ada buku atau perpustakaan yang bisa mengungkap manfaat pergaulan karena saking banyaknya manfaat itu.

Hambatan yang menyulitkan

Ada beberapa hal yang menghambat usaha kita untuk mengatasi kesulitan dalam bergaul, antara lain:

1.        Arogansi tersembunyi

Ini biasanya sangat halus bahkan kita sendiri kurang menyadarinya. Namun demikian ada bentuk-bentuk riil yang bisa mewakili, misalnya kita menolak untuk bertanya kepada orang lain lebih dulu dengan alasan “untuk apa”, menolak berjabat tangan lebih dulu, dan seterusnya. Meski ini adalah hak kita, tetapi kalau yang kita inginkan adalah menjalin pergaulan, maka kita perlu menggantinya dengan yang lebih friendly.

Selain arogansi tersembunyi ini, ada juga yang bisa kita sebut dengan istilah “terlalu pasif”. Kita memang tidak memiliki alasan “untuk apa” yang bernada mengangkat diri kita di atas orang lain, tetapi kita terlalu pasif, misalnya menunggu ditanya lebih dulu, menunggu diajak berjabat tangan lebih dulu, menunggu disapa lebih dulu, menunggu diajak senyum lebih dulu,  dan seterusnya. Dua hal ini bisa mengganggu pergaulan.

2.        Terlalu memikirkan diri sendiri

Ini bisa mengganggu kelancaraan saat sedang berbicara / berdialog dengan orang lain. Ketika sedang berbicara dengan orang lain, jangan memikirkan bagaimana sepatu anda, bagaimana rambut anda, bagaimana cara duduk anda, bagaimana seluler anda, dan seterusnya. Atau juga jangan mengembangkan asumsi seperti misalnya: bagaimana orang lain menilai kostum saya, dan sejumlah “bagaimana” yang lain. Ini kerap bisa membuat konsentrasi anda bukan pada pembicaraan, tetapi kepada diri sendiri. Kalau Anda sedikit-sedikit melihat ke diri sendiri, mungkin anda akan kehilangan momen untuk menghangatkan suasana. Jadi, fokuskan pada bagaimana menciptakan suasana supaya bisa menjadi hidup, bukan memikirkan diri sendiri. 

3.        Terlalu banyak menilai orang lain (jugdmental)

Menilai itu tahapan berikutnya. Untuk membuka pintu pergaulan, nomor duakan itu. Atau juga, simpan dulu di batin anda. Terlalu cepat menghakimi orang lain bisa mengganggu kelancaran usaha dalam membuka pergaulan. Yang lebih dibutuhkan di sini adalah kemampuan memunculkan asumsi bahwa semua orang itu punya sisi positif dan juga punya sisi negatif. Asumsi ini akan banyak membantu dalam melancarkan urusan pergaulan. Ada sebuah pepatah yang mengingatkan kita begini: “Kalau Anda menginginkan orang yang sempurna seperti yang Anda inginkan, sebaiknya Anda hidup seorang diri dengan mengunci kamar”

4.        Terpenjara oleh pemahaman sempit dan mempersempit

Sadar atau tidak, seringkali kita menciptakan pemahaman yang mempersempit hidup kita sendiri. Ini biasanya terkait dengan urusan agama, suku, ras, almamater, status sosial, status pendidikan, dan lain-lain. Meski jarang kita ucapkan tetapi dalam prakteknya kerap kita jalankan. Kita merasa agak kurang sreg bergaul dengan lain agama, lain suku, lain almamater, lain status, dan seterusnya.

Memang ini hak kita juga tetapi bila dikaitkan dengan upaya mengatasi kesulitan pergaulan, ya hendaknya ini perlu kita pikirkan ulang. Jangan-jangan hanya karena kita punya pemahaman yang sempit lalu hidup kita menjadi sempit. Dunia ini sebetulnya tidak mempersempit kita. Tetapi karena kita punya pemahaman yang sempit tentang dunia, akhirnya dunia kita menjadi sempit.

5.        Masalah kejiwaan yang umum

Ada sejumlah masalah kejiwaan umum yang juga kerap menghambat pergaulan, seperti misalnya kurang pede, malu tanpa alasan yang jelas, minder, takut, cepat ngambek, sering terjadi konflik dengan orang lain, dan lain-lain. Ada banyak tip yang bisa kita baca dari berbagai sumber untuk mengatasi masalah ini. Namun begitu, ada satu kata kunci yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu: menghilangkannya dengan cara mempraktikkan (learning by doing), belajar memperbaiki diri dari praktik yang kita lakukan.  

Keberanian Anda dalam bergaul akan membaik apabila Anda terus mempraktikkan pergaulan. Kepercayaan diri Anda akan tumbuh membaik bukan karena Anda banyak tahu tentang tip pergaulan tetapi karena Anda banyak latihan bergaul (practicing). Tip, strategi atau pengetahuan itu dibutuhkan pada saat Anda sedang mempraktikkan, bukan sedang memikirkan.

Hal lain yang tak kalah pentingnya untuk diingat juga adalah mencampuradukkan antara pergaulan dengan kepentingan lain, katakanlah di sini misalnya kepentingan bisnis. Untuk orang tertentu pada keadaan tertentu dengan konteks tertentu dan pada level keakraban tertentu, terkadang bisa menganggu kalau kita bergaul tetapi tujuan kita adalah ingin memasarkan produk.  

Ini memang tidak mutlak dan terkadang lebih banyak terkait dengan persoalan cara dan level keakraban. Berdasarkan omongan orang yang sering saya dengar, orang agak merasa terganggu dengan model pergaulan yang keakrabannya belum begitu mendalam tetapi sudah bicara menawarkan produk dengan cara yang agresif. Jika Anda harus melakukannya juga, tempuhlah cara yang paling asertif (sopan, tidak bernada “memaksa”, didukung dengan alasan yang kuat).

.
SOLUSI HAMBATAN DALAM BERGAUL

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah kesulitan bergaul ini, antara lain:

1.        Melatih kepedulian

Kepedulian itu bentuknya bermacam-macam dari mulai yang paling ringan bisa kita lakukan sampai ke yang paling berat. Ini misalnya adalah showing interest (menunjukkan ketertarikan) pada kehidupan orang lain, bisa diajak berbicara tentang apa yang penting menurut orang lain, memberikan alasan pada orang lain bahwa Anda tidak berada di pulau yang berbeda dengan mereka, dan seterusnya. Di sini berarti Anda perlu meningkatkan wawasan yang terkait dengan beberapa topik utama di lingkungan Anda.

Meskipun showing interest itu gratis tetapi kalau untuk kepentingan mengatasi masalah kesulitan bergaul, biasanya berperan sangat penting. Untuk selanjutnya, bentuk kepedulian ini bisa Anda tingkatkan, misalnya melibatkan diri pada aktivitas bersama dengan orang lain, memainkan peranan yang bermanfaat bagi orang lain, memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan anda, dan seterusnya. Intinya, jangan sampai kita menyalahkan model kepribadian yang kita miliki seiring dengan serangkaian kesulitan bergaul yang kita alami sementara kita sendiri jarang menunjukkan ketertarikan pada topik atau hal yang menarik buat orang lain. Kita merasa hidup di pulau yang jauh dengan orang lain.

2.        Fokuskan pada pengembangan dialog dan suasana

Seperti yang sudah kita bahas di muka, terlalu memikirkan diri sendiri dan terlalu membuat penilaian atas orang lain pada saat pembicaraan berlangsung, ini bisa mengganggu suasana. Karena itu, fokuskan pada suasana, topik pembicaraan, dan kehangatan dialog. Bagaimana caranya? Di antaranya adalah: a) mengajukan pertanyaan yang bisa kita pelajari dengan menggunakan kaidah 5W+1H (what, where, who, why, when, dan how), b) mendengarkan dan mengungkapkan, c) memunculkan humor atau guyonan yang mendukung dan sesuai kebutuhan.

3.        Menghormati “privacy” orang lain

Ada beberapa hal tentang orang lain yang membuatnya akan lebih suka kalau kita ketahui, tetapi juga ada beberapa hal tentang orang lain yang akan membuatnya tidak nyaman kalau kita ketahui. Hal-hal tentang orang lain yang membuatnya tidak nyaman kalau kita ketahui inilah yang saya maksudkan dengan privacy. Biasanya yang kedua ini adalah masalah-masalah yang sangat pribadi.

Setiap orang itu biasanya memiliki tiga wilayah kehidupan. Pertama adalah wilayah publik (diketahui secara umum, misalnya tinggal di mana, sekolah di mana, dst), kedua, wilayah privat (diketahui hanya oleh orang yang dekat, pacarnya siapa, musuhnya siapa, dst), dan ketiga adalah wilayah pribadi (tidak ingin diketahui oleh siapapun kecuali dirinya atau suami-istrinya). Untuk kepentingan kelancaran bergaul, akan lebih OK kalau kita memfokuskan diri untuk mengetahui hal-hal yang memang orang lain merasa nyaman untuk diketahui (wilayah publik) dan melupakan apa saja yang membuat orang lain merasa tidak nyaman bila diketahui (wilayah pribadi)

4.        Lihat orang lain yang lebih berhasil

Pergaulan itu erat kaitannya dengan seni (the art) atau permainan, (playing the game) tentang bagaimana menjalin hubungan dengan orang lain. Karena seni, maka gayanya berbeda-beda dan ini tidak terkait dengan apakah anda orang yang tipenya banyak ngomong atau sedikit ngomong. Dan, dalam seni permainan, biasanya ada dua hal yang mendasar, yaitu: a) bagaimana anda mengontrol emosi, b) bagaimana anda mengimbangi emosi orang lain.

Dua hal ini memang agak sulit kalau dijelaskan dengan kata-kata. Akan lebih cepat bisa anda pahami dengan melihat bagaimana orang lain yang secara prestasi di atas Anda menjaga hubungan. Mereka yang telah berhasil menjaga hubungan sampai bertahun-tahun, umumnya sudah memiliki kematangan emosi yang lebih bagus. Ini bukan berarti mereka tidak pernah konflik, gap, berbeda pendapat dan lain-lain, tetapi karena mereka sudah tahu bagaimana bermain-main dengan emosi. Karena itu, ada hal-hal yang ditanggapi dengan diam, dengan bicara, dengan ketawa, dengan biasa-biasa, dengan humor, dan lain-lain.

Kalau Anda kesulitan mencari contoh, lihatlah bagaiman orang tua kita yang telah bertahun-tahun mempertahankan hubungan dalam membina keluarga. Secara umum bisa kita lihat bahwa kecanggihannya dalam memainkan emosi terletak pada kemampuannya untuk tidak “meng-ekstrim-kan” sesuatu yang berpotensi akan mengacaukan keadaan atau hubungan. Untuk mencapai kemampuan ini memang perlu latihan dan ini tidak terkait langsung dengan umur tetapi terkait dengan pengalaman hidup (life experiencing).

5.        Tingkatkan prestasi Anda

Ini adalah kunci untuk mengatasi masalah-masalah kejiwaan umum itu. Semakin banyak hal-hal positif yang bisa Anda realisasikan dari diri Anda, maka semakin baguslah Anda merasakan diri anda. Bagaimana kita merasakan diri kita akan terkait dengan bagaimana kita berhadapan dengan orang lain. Karena itu, menurut teori kesehatan mental, orang yang sedang depresi (punya perasaan negatif terhadap diri sendiri, orang lain, keadaan atau Tuhan) tidak bisa membangun hubungan dengan orang lain secara positif dan konstruktif.

.
MENGGUNAKAN ETIKET DALAM KEHIDUPAN

Etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita harus selalu memperhatikan etiket dalam melakukan suatu tindakan. Misalkan dalam berkomunikasi dengan seseorang, kita harus memperhatikan etika komunikasi yang baik.

 

Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari :

1.
Jujur tidak berbohong
2.
Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
3.
Lapang dada dalam berkomunikasi
4.
Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
5.
Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6.
Tidak mudah emosi / emosional
7.
Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8.
Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9.
Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
10.
Bertingkah laku yang baik

Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik

1.
Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
2.
Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
3.
Menatap mata lawan bicara dengan lembut
4.
Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
5.
Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar
6.
Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
7.
Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
8.
Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
9.
Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
10.
Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara.
11.
Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
12.
Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri)
13.
Dan lain sebagainya.


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Artiningrum, Kurniasih; Nugroho, 2012, Etika Perilaku Profesional Sarjana, Graha Ilmu, Yogayakarta

Srijanti, Purwanto, Artiningrum, 2007, Etika Membangun Sikap Profesionalisme Sarjana, Graha Ilmu, Yogyakarta

 

Sumber Internet :

http://belajarpsikologi.com/memelihara-etika-pergaulan/

2013

Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearning

 

 

Islahulben, SE.MM

http://www.mercubuana.ac.id

                            

Komentar